Barcelona menambahkan tulisan Cina di bawah nama pemain di belakang jersey. Berbagai cara dilakukan pihak Barcelona untuk menjual laga semi-final Copa del Rey pertama melawan Real Madrid. Sepertinya pihak klub takut laga ini akan sepi penonton.
Laga yang dilaksanakan pada Rabu, 6 Februari 2019 itu, memang merupakan laga bergengsi El Clasico. Namun, tak bisa diabaikan fakta bahwa antusiasme penonton dunia cenderung berkurang belakangan ini. Kepergian Cristiano Ronaldo ke Serie A yang mengakhiri rivalitas legendarisnya dengan Lionel Messi disebut-sebut menjadi salah satu faktor utama menurunnya antusiasme publik terhadap duel klasik ini. Apalagi, performa Real Madrid yang sempat buruk setelah kepindahan sang megabintang sempat membuat para Madridista kehilangan gairah.
Namun, hipotesis awal tadi ternyata tidak terbukti. El Clasico tetaplah laga papan atas yang ditunggu-tunggu. Meskipun terselenggara hanya di ajang Copa del Rey yang sering disebut-sebut sebagai kompetisi kurang bergengsi, ‘Copa Clasico’ pertama dalam lima tahun terakhir ini tetap diminati publik Barcelona.
Ini terlihat dari kapasitas stadion Camp Nou yang tetap penuh. Stadion berkapasitas 90 ribu penonton itu nyaris tak menyisakan bangku kosong, meskipun laga berlangsung cukup larut, yaitu pukul 9 malam. Para suporter Barcelona yang merupakan warga Catalunya tak lupa menggunakan kesempatan ini untuk menyuarakan aspirasi politik mereka.
Sebelum laga dimulai, mereka membentangkan spanduk bertuliskan “self-determination is a right, not a crime”. Tentu saja seruan itu ditujukan kepada otoritas Spanyol yang mereka anggap kurang berlaku adil terhadap Catalunya akhir-akhir ini.
Sayang, laga ini juga tidak menampilkan megabintang lain, setidaknya dari awal laga. Lionel Messi yang sebenarnya tidak mengalami masalah apa-apa dengan kondisi fisiknya disimpan di bangku cadangan oleh pelatih Ernesto Valverde. Sang pelatih lebih memercayai duo Brasil, Malcom dan Philippe Coutinho, untuk mendukung Luis Suarez di lini depan.
Di pihak lain, pelatih Real Madrid, Santiago Solari, juga memilih untuk tidak menurunkan pemain yang pernah memegang rekor harga transfer termahal dunia, Gareth Bale. Solari malah membuat kejutan dengan memercayai dua darah muda, penyerang Brasil, Vinicius Junior dan playmaker Marcos Llorente.
Menurut media-media lokal Spanyol, Llorente sengaja dipasang Solari untuk menjadi senjata anti-Messi. Meskipun pemain genius asal Argentina itu absen di babak pertama, Llorente cukup berhasil mematikan peran Arthur sebagai playmaker Barca.
Menariknya lagi, sang pelatih menginstruksikan gelandang Toni Kroos untuk sering naik menyerang lewat sayap kanan. Strategi ini terbukti berhasil menuai gol pertama Los Blancos. Sodoran Kroos dari sudut kiri pertahanan tuan rumah dimanfaatkan dengan sontekan jitu Lucas Vazquez.
Gol cepat di menit keenam itu bertahan hingga babak pertama berakhir. Real Madrid terlihat sangat tenang mengendalikan permainan karena nyaris tak terlihat satupun serangan berbahaya dari tuan rumah. Memasuki babak kedua, penonton tuan rumah yang mulai gerah meneriakkan nama Messi berkali-kali. Ketika sang bintang terlihat berlari untuk melakukan pemanasan, seluruh stadion pun riuh.
Namun, Malcom yang dipercaya mengisi posisi Messi rupanya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bersinar. Suatu serangan berbahaya yang dimulai pergerakan berbahaya Jordi Alba di sisi kiri pertahanan Real Madrid berujung kemelut di depan gawang Keylor Navas. Bola muntah yang jatuh ke kaki Malcom diselesaikan dengan tendangan menghujam.
Pada menit ke-63, sosok yang ditunggu-tunggu penonton pun masuk. Messi menggantikan Philippe Coutinho yang tampil buruk. Namun, pemain terbaik dunia lima kali ini masih gagal mendatangkan kemenangan bagi Barcelona. Mereka pun harus berjuang keras di laga kedua semi-final di stadion Santiago Bernabeu . Skor 1-1 menjadi akhir laga keras tapi seolah kehilangan pesona ini.