Piala AFF 2018

5 Poin Penting dari Indonesia vs Filipina

Indonesia hanya bisa menutup perjalanan di Piala AFF 2018 dengan satu poin di Gelora Bung Karno, Minggu (25/11) lalu. Pertandingan melawan Filipina juga berarti Indonesia mulai membuka perjalanan di tahun baru.

Apa saja hal menarik dan pelajaran yang didapat Tim Garuda untuk bekal menghadapi tahun 2019 yang penuh tantangan?

Baca juga: 7 Ucapan Menggelitik Edy Rahmayadi di Media Massa

Pembuktian Andritany Ardiyasa

Andritany menegaskan dirinya sebagai kiper utama Indonesia, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Tiga penyelamatan pentingnya di laga kontra The Azkals menuai pujian dari Sven-Goran Eriksson.

Menurut statistik resmi yang dikeluarkan AFF, total 11 tendangan dilakukan ke gawang Indonesia dan tiga diantaranya tepat sasaran. Itu tandanya kiper Persija Jakarta ini berhasil memblok seluruh tendangan tepat sasaran Filipina.

Foto: AFF Suzuki Cup

Andik dan Riko, sayap terbaik yang tak diduga

Andik Vermansyah dan Riko Simanjuntak sebenarnya bukan pilihan utama dalam skema pelatih Bima Sakti di Piala AFF 2018. Andik dipanggil Bima menggantikan Saddil Ramdani yang terkena kasus kekerasan, di detik-detik akhir sebelum pertandingan pertama. Sementara Riko bukan pemain yang bergabung sejak Asian Games 2018.

Keduanya bahkan hanya menjadi cadangan di laga perdana kontra Singapura, namun berhasil menunjukkan kualitasnya, sehingga mendapat tempat utama di laga-laga berikutnya. Meski tak ada gol atau asis dari keduanya, mereka sukses meneror lini belakang Filipina dengan akselerasi dan kecepatan mereka.

Foto: AFF Suzuki Cup

Minim kreativitas

Indonesia berhasil menguasai bola sebanyak 54%, memiliki total 374 operan dengan rasio kesuksesan sebanyak 80%. Semua angka pada data tersebut lebih besar dibandingkan yang dimiliki Filipina. Namun sayang Tim Garuda hanya mampu membuat total enam tendangan ke arah gawang Michael Falkesgaard, dan lebih nahas lagi tak satupun tepat sasaran.

Indonesia berani untuk mengontrol pertandingan terutama di daerah pemainan mereka sendiri, tetapi kesalahan demi kesalahan terus dilakukan ketika sampai di daerah final-third Filipina. Beto ataupun Lilipaly kurang tenang dalam mengeksekusi umpan yang diberikan kepada mereka.

Foto: AFF Suzuki Cup

Bima Sakti perlu waktu ‘tambahan’

Indonesia bermain lebih baik ketimbang Filipina dalam pertandingan yang berakhir tanpa gol Minggu (25/11) lalu. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki skuat mumpuni di Piala AFF 2018. Kegagalan yang dialami timnas Indonesia bisa terjadi karena miss-management PSSI sejak awal. Pergantian pelatih dari Luis Milla ke Bima Sakti sudah menjadi indikasi awal kecemasan di kubu Garuda.

Hal tersebut terlihat pada pemilihan pemain yang sedikit gegabah di laga kontra Singapura dan Thailand. Bima yang belum pernah menjadi pelatih utama bahkan di kelas klub terlihat masih butuh jam terbang untuk membuktikan kualitasnya.

Foto: AFF Suzuki Cup

Menyusun kerangka timnas Piala AFF 2020 mulai sekarang

Indonesia memiliki waktu dua tahun penuh untuk menyusun kerangka tim di Piala AFF 2020, tapi Indonesia sedikit tidak beruntung karena hanya Tim U-22 yang sibuk di 2019. Dua agenda yang diikuti adalah Piala AFF U-22 pada Februari dan kualifikasi Piala Asia U-22 pada Maret. Ada pula SEA Games yang digelar akhir tahun 2019.

PSSI selambat-lambatnya akan menunjuk pelatih baru pada 20 Januari, dan praktis timnas senior hanya memiliki agenda uji coba dalam kalender FIFA ataupun kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023. Apakah PSSI akan kembali menunjuk satu pelatih untuk dua tim berbeda?