Hari Jumat menjadi hari yang membahagiakan bagi sebagian orang. Hari Jumat menjadi hari terakhir masuk kerja di pekan itu, menjadi hari untuk menyambut akhir pekan, menjadi hari dengan jam bolos terpanjang usai Jumatan, dan…. harinya membaca tabloid sepak bola.
Begitulah rutinitas hari Juma.. Dianggap “hari pendek” karena masa istirahat yang lebih panjang dengan adanya salat Jumat berjamaah, dan dibilang hari yang paling tepat untuk ancang-ancang mengatur kegiatan akhir pekan.
Tapi itu bukan berarti hari Jumat hanya dianggap pijakan menuju liburan. Ibarat hari Senin yang selalu menjadi momok mayoritas orang, hari Jumat punya sisi keramat tersendiri, terutama bagi penikmat si kulit bundar: membaca tabloid sepak bola mingguan.
Dulu, tabloid sepak bola di Indonesia bagaikan buku panduan menuju pertandingan di akhir pekan. Menyambut laga-laga weekend tanpa membaca ulasannya lebih dulu di tabloid kesayangan, seperti berjalan di tempat wisata tanpa tour guide. Kita tidak tahu ada apa saja, di tengah pilihan yang saking banyaknya.
Begitu keramatnya keberadaan tabloid sepak bola, karena saat itu belum lahir media daring (online). Selain televisi dan radio, media cetak masih jadi primadona dengan kelebihannya yang bisa dibaca ulang dan disimpan. Awetnya bentuk fisik media cetak bahkan bisa berlangsung tahunan, dengan fungsi yang berganti seperti bungkus makanan atau alas sajadah di salat Idulfitri.
Di kaver tabloid ditampilkan berita terpanas pekan ini. Laga-laga big matches misalnya, rumor terpanas di bursa transfer contohnya, dan tak lupa jadwal pertandingan. Elemen yang disebut terakhir itulah yang biasanya paling dicari para pembaca tabloid sepak bola.
Bergeser ke halaman pertama, berita-berita terpanas di pekan itu mulai menyapa satu per satu. Seringkali dimulai dari pemberitaan sepak bola Eropa, yang menampilkan Serie A, LaLiga, Liga Primer Inggris, dan Liga Champions. Liga Indonesia? Ada juga, dengan porsinya sendiri.
Beralih ke halaman-halaman berikutnya, giliran profil-profil pemain dan atau klub yang hadir. Cerita-cerita unik di balik pertandingan atau kisah hidup seorang pemain atau pelatih juga kerap menjadi bumbu penyedap, yang membuat otak kita secara otomatis menekan tombol F5 (refresh) untuk mengobati kejenuhan sehari-hari.
Baca juga: Para Pesepak Bola Jenaka di Sosial Media
Soccer atau BOLA?
Di Indonesia, ada dua tabloid sepak bola yang bersaing ketat di awal tahun 2000-an. Soccer dan BOLA merajai pasaran di masa-masa itu, dengan keunggulannya masing-masing.
Soccer lebih menekankan pada tampilan yang segar. Isi beritanya tidak terlalu mendalam jika dibandingkan Tabloid BOLA, tetapi halaman-halaman Soccer selalu menyajikan gambar-gambar menarik. Dan jangan lupa, bonus poster yang selalu hadir menemani di setiap edisi.
Keunggulan Soccer tersebut kemudian semakin dikembangkan dengan merilis edisi full color dan edisi khusus. Edisi full color menjadi ciri khas Soccer sebagai tabloid sepak bola yang berwarna di tiap halamannya, sedangkan edisi khusus ditayangkan menyambut pertandingan besar di tengah pekan maupun akhir pekan.
Sementara itu Tabloid BOLA sangat khas dengan ulasannya yang mendalam. Dihiasi headline berima, dan digarap oleh jurnalis senior seperti Weshley Hutagalung, Tabloid BOLA selalu kaya informasi yang menambah wawasan para pembacanya di setiap edisi.
Kepadatan isi memang menjadi fokus Tabloid BOLA. Walau secara tampilan tidak terlalu segar, tapi Tabloid BOLA hampir selalu bisa memberitakan dengan detail. Bahkan untuk segmen Liga Indonesia saja, tabloid dengan ikon Si Gundul ini punya rubriknya sendiri yang terpisah dari liga-liga Eropa.
Berburu tabloid sepak bola di hari Jumat, dulu menjadi rutinitas tersendiri yang sulit ditinggalkan. Sebelum media daring menyerbu dengan kecepatan mencapai satu berita per menit, menyisihkan uang Rp 5.000 sampai belasan ribu jadi agenda rutin demi mendapat satu eksemplar tabloid sepak bola kesayangan.
Sayang, kini mereka tinggal kenangan. Tergerus kemajuan zaman dan persaingan media yang semakin ketat. Setelah tabloid Soccer berpamitan pada 11 Oktober 2014 dan Harian BOLA mengucap sampai jumpa pada 1 November 2015, sekarang giliran Tabloid BOLA yang pamit undur diri.
Telah ditetapkan pada Jumat (19/10) dan Selasa (23/10) menjadi dua edisi terakhir yang dirilis Tabloid BOLA. Dua edisi yang sekaligus menjadi penanda berakhirnya era tabloid sepak bola, yang kini berpindah ke ruang nostalgia masa muda para pembacanya.
Sampai jumpa dan terima kasih, Tabloid BOLA…