Southeast Asia

Inilah Klub dengan Logo Terbaik dan Terburuk di Asia Tenggara!

Selain menjadi identitas klub, logo juga bisa menjadi gengsi tersendiri bagi sebuah kesebelasan sepak bola. Semakin ciamik logonya mereka bisa sangat disegani, minimal banjir apresiasi. Sebaliknya, jika logonya buruk maka tak jarang mengundang cibiran.

Menjelang dimulainya kembali liga-liga domestik Asia Tenggara, berikut ini jaringan internasional Football Tribe menghadirkan 4 klub dengan logo terbaik dan 4 klub dengan logo terburuk di Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Baca juga: 5 Kiper Asia Tenggara yang Memukau di Musim 2018

Terbaik di Thailand: Chonburi FC

Dengan logo hiu yang dimodifikasi secara apik dan dibentuk dengan elegan serta simpel, logo Chonburi FC benar-benar merepresentasikan klub yang haus gelar juara dan sangat tangguh. Tak heran, julukan “The Sharks” sangat melekat di Chonburi FC, dan suvenir resmi mereka juga sangat kental dengan desain ikan hiu.

Terburuk di Thailand: E-san D-beach Aura Pattaya

Dari namanya saja sudah membuat orang mengernyitkan dahi. Apa artinya dan bagaimana dibacanya? E-san, anehnya lebih identik dengan “Isaan”, sebuah daerah di utara Thailand yang sama sekali bukan bagian Pattaya. Kemudian logo klub juga tidak jelas apa maksudnya, terutama bendera Thailand di pipi lumba-lumba.

Terbaik di Malaysia: Petaling Jaya Rangers FC

Simpel dan elegan, sangat terlihat dari tampilan logo Petaling Jaya Rangers FC. Klub yang dimiliki Tony Fernandes ini didirikan pada 2011, dan mengubah logo pada 2016. Meski berkompetisi di kasta ketiga Liga Malaysia, PJ Rangers tidak malu-malu untuk memakai logo mewah ala klub-klub papan atas.

Terburuk di Malaysia: MISC-MIFA

Bernama lengkap Malaysian Indian Sports Council-Malaysia India Football Association, klub ini adalah perwakilan suku India di Malaysia. Namun di materi pemainnya justru minim pemain keturunan India. Keanehan yang kedua adalah logo klub yang minim kreativitas, dan terlihat sangat mendasar desainnya.

Terbaik di Indonesia: PSM Makassar

Identitas kota Makassar ditunjukkan dengan jelas di logo PSM Makassar. Mulai dari gambar perahu Pinisi, sampai warna merah yang merupakan warna kebesaran PSM. Sebagai klub tertua Indonesia, PSM layak diapresiasi karena sukses mengubah logo lawasnya menjadi lebih modern dan mewah.

Terburuk di Indonesia: Barito Putera

Bentuk logo yang sangat sederhana, dan minim sentuhan elite, membuat logo Barito Putra tampak biasa-biasa saja. Dengan gambar bola dan angka 88 yang menunjukkan tahun didirikannya Barito Putera, desain tersebut terlalu minimalis. Sangat disayangkan, mengingat grafik Barito meningkat dalam dua musim terakhir.

Terbaik di Vietnam: Hanoi FC

Logo baru Hanoi FC, yang baru saja dirilis sebelum musim 2018 dimulai. Tiga bintang di atas menunjukkan gelar juara, sedangkan pagoda merupakan bangunan khas kota Hanoi. Hanoi FC merupakan klub besar di Vietnam, dan saat ini sedang menuju gelar berikutnya di V.League 1.

Terburuk di Vietnam: Song Lam Nghe An (SLNA)

SLNA pernah bertemu Persija Jakarta di fase grup Piala AFC 2018. Sebagai salah satu klub tertua di Vietnam yang belum terdegradasi sejak dibentuk pada 1979, SLNA sayangnya tidak memiliki logo klub yang estetis. Bentuknya sangat sederhana, dan tidak mencerminkan ciri khas provinsi Nghe An.