Nasional Bola

Tidak Ada Laga Ke-16 bagi Djadjang Nurdjaman di PSMS Medan

Petualangan Djadjang Nurdjaman di PSMS Medan resmi berakhir. Jumat (13/7) siang ini, pelatih yang akrab disapa Djanur itu resmi diberhentikan oleh klub yang dibesutnya, PSMS Medan. Ini berarti, hanya 15 pertandingan yang dilakoni Djanur bersama Laskar Ayam Kinantan di Go-Jek Liga 1 2018.

“Sudah resmi. Tentu, pencapaian ini perlu dievaluasi dan kami ganti pelatih,” tutur sekretaris PSMS, Julius Raja, tentang pemecatan coach Djadjang, dikutip dari Viva. Sementara itu untuk penggantinya, ia mengaku PSMS sedang mempertimbangkan tiga nama pelatih, lokal dan asing.

Pencapaian Djadjang Nurdjaman di PSMS Medan musim ini memang tidak memuaskan. Berstatus tim promosi yang merupakan runner-up Liga 2 2017, Djanur gagal membawa PSMS terbang tinggi di kasta tertinggi. Dari 15 laga, klub yang bermarkas di Stadion Teladan ini terjerembab di dasar klasemen.

Jebloknya performa PSMS sangat dipengaruhi buruknya hasil mereka di laga tandang. Dari tujuh kali bertamu ke markas lawan, tidak ada satupun poin yang didapat, alias selalu kalah. Bahkan dalam tiga laga terakhir PSMS menerima tiga kekalahan beruntun, satu di kandang dan dua di tandang.

Buruknya performa PSMS di liga sebenarnya tidak diperkirakan sebelumnya. Sebab, di Piala Presiden 2018 PSMS tampil baik, dengan menembus semifinal dan mengakhiri turnamen di peringkat 4. PSMS saat itu terbang tinggi berkat kontribusi masif Sadney Urikhob (diputus kontrak di tengah jalan Liga 1), dan Abdul Rohim (cedera panjang sejak awal musim).

Mengenai pemecatan yang dialaminya, Djanur mengaku sudah merasa sejak jauh-jauh hari. Dimulai dari dipecatnya dua asistennya, Yusuf Prasetyo dan Suwanda, tanpa persetujuan darinya terlebih dulu. Manajemen PSMS kemudian menggantinya dengan asisten baru bernama Suharto dan pelatih fisik bernama Nimrod.

Djanur juga mengaku hubungannya dengan manajemen PSMS sudah tidak baik, terutama sejak berakhirnya Piala Presiden 2018. Dengan hubungan yang tidak kondusif, turut memengaruhi sulitnya Djanur membentuk tim yang tangguh.

Meski demikian, Djanur tidak dendam pada PSMS Medan. Ia justru berharap PSMS bisa segera keluar dari zona merah agar tidak numpang lewat di Liga 1. Sebab Djanur sudah susah payah mengangkat PSMS ke divisi teratas, sehingga sangat disayangkan jika jerih payahnya justru berujung tiket turun kasta ke Liga 2.