Berbeda dengan dua pertandingan fase knock–out sebelumnya di mana laga sudah berakhir setelah 90 menit, malam kemarin kita disuguhkan dengan dua pertandingan yang diakhiri dengan babak adu penalti. Tuan rumah Rusia sukses memaksa Spanyol untuk memainkan babak tersebut setelah mantan juara dunia itu tidak mampu mencetak gol tambahan dan skor 1-1 tetap bertahan meski babak tambahan sudah dilangsungkan. Kejadian yang sama juga terjadi di pertandingan antara Denmark dan Kroasia.
Beberapa orang mungkin terkantuk-kantuk karena jalannya pertandingan terasa lebih panjang, ada juga yang masih bersemangat menunggu hasil akhir sampai pagi hari, namun tak sedikit juga yang merasa bingung dan bertanya-tanya perihal masalah adu penalti yang dilakukan tadi malam. Loh, ada apa dengan adu penalti tersebut?
Di zaman modern ini, ada dua format penalti yang dikenal di dunia sepak bola. Pertama, ada format yang dinamakan ABAB. Format ini merupakan format tradisional dan sudah biasa digunakan dalam beberapa tahun belakangan. Formatnya adalah begini, pemain dari tim A akan menendang penalti terlebih dahulu, lalu kemudian pemain dari tim B, diulangi dengan pemain dari tim A, dan begitu seterusnya sampai ada yang kalah.
Format penalti lain dan paling terbaru adalah format ABBA. Jika kalian menyaksikan pertandingan antara Arsenal dan Chelsea di ajang Community Shield tahun lalu, kalian akan menyaksikan format ini. Formatnya hampir sama dengan format ABAB. Sebuah koin akan dilempar untuk menentukkan mana tim yang duluan mengambil tendangan penalti. Yang berbeda adalah, pemain dari tim B adalah penendang ketiga dalam format penalti ini. Seperti nama formatnya, urutannya seperti ini; tim A, tim B, tim B, tim A dan begitu seterusnya.
Format ini sudah dicoba di beberapa kompetisi oleh FIFA dan UEFA. Di Inggris, Piala Liga Carabao dan Checkatrade Trophy menjadi kompetisi yang menguji cobakan format adu penalti terbaru ini. Beberapa alasan disebutkan mengapa FIFA mencoba format baru untuk adu penalti.
Pertama, tekanan mental pemain yang menendang kedua jauh lebih besar dibanding pemain yang menendang pertama. Kedua, stastitik yang menyebutkan bahwa 60 persen tim yang menendang pertama keluar sebagai pemenangnya.
Yang kemudian menjadi pertanyaan beberapa orang adalah mengapa Piala Dunia 2018 masih menggunakan format ABAB? Sejujurnya, alasannya sangat sederhana yaitu FIFA memutuskan untuk tidak menggunakan format ABBA dan lebih memilih menggunakan format ABAB. Keputusan tersebut kemungkinan besar disebabkan karena format ABBA masih merupakan format eksperimental dan belum teruji benar.
Piala Dunia kali ini mungkin masih belum menggunakan format baru, namun jika format ABBA terus-menerus diujicobakan, bisa saja di Piala Dunia mendatang FIFA akan mulai menerapkan format tersebut.