Berpartisipasi di Piala Dunia 2018 dengan status tuan rumah plus peringkat dunia FIFA per bulan Juni yang paling rendah dari semua kontestan (ada di posisi ke-70), membuat Rusia dipandang sebalah mata oleh para pengamat. Terlebih, aksi-aksi yang mereka perlihatkan satu tahun terakhir begitu jauh dari kata eksepsional.
Jebloknya penampilan yang sering disajikan anak asuh Stanislav Cherchesov bahkan membuat para pendukungnya diliputi pesimisme tinggi. Hasilnya, perjalanan Sbornaya di kejuaraan sepak bola antar-negara paling bonafide itu juga digadang-gadang bakal selesai secara prematur (amblas di babak penyisihan grup), alias mengulang pencapaian buruk Afrika Selatan di Piala Dunia 2010, kendati memanggul jabatan sebagai host.
Akan tetapi, justifikasi publik yang mengerdilkan kapasitas Rusia untuk bersaing di Piala Dunia 2018 sukses dibalikkan secara elok. Segala prediksi tentang kegagalan, aib dan hal-hal miris lain yang mengiringi langkah Denis Cherysev beserta kolega, memudar perlahan-lahan.
Sama-sama menghuni Grup A bareng Arab Saudi, Mesir dan Uruguay seolah memberi secercah asa buat Rusia untuk membuktikan diri. Benar saja, The Green Falcons dan The Pharaohs yang jadi dua lawan perdana mereka di babak penyisihan grup, sukses dikangkangi dengan skor telak yaitu 5-0 dan 3-1.
Raihan enam angka tersebut melambungkan asa Sbornaya untuk mempertontonkan tajinya sebelum berduel dengan Los Charruas pada laga terakhir babak penyisihan grup.
Namun keputusan Cherchesov buat mengistirahatkan sejumlah penggawa pilarnya berujung musibah lantaran Cherysev dan kawan-kawan digilas dengan skor 0-3. Beruntung, catatan minor itu tidak berakibat fatal sebab Rusia tetap melaju ke babak 16 besar.
Lebih jauh, kekalahan itu ibarat pukulan telak yang mengirim Rusia kembali ke bumi usai terbang tinggi. Walau demikian, Cherchesov tidak memandang hal itu secara berlebihan. Sederhananya, harus ada pembenahan yang dilakukan agar skuatnya tampil lebih di fase gugur tapi jangan kelewat takut.
“Kekalahan dari Uruguay memang mengecewakan untuk kami maupun fans. Namun kita tak perlu meratapinya berlarut-larut karena masih ada sesuatu yang bisa kami perjuangkan. Buat saya pribadi, takluk di tangan Uruguay adalah tamparan keras yang bisa kami ubah jadi motivasi agar tampil lebih baik”, terang lelaki berumur 54 tahun itu kepada RT.
Apa yang diutarakan Cherchesov memang tidak salah karena saat ini, Rusia sah menjejak fase 16 besar dengan Spanyol menjadi lawannya. Maknanya, mereka memang punya sesuatu yang wajib dan masih bisa diperjuangkan. Apalagi kalau bukan tiket melenggang ke perempat-final.
Sayangnya, di tengah keyakinan yang tengah menyeruak, Rusia dihantam isu negatif perihal doping. Beberapa waktu lalu mantan Kepala Laboratorium Anti-Doping Moskow, Grigory Rodchenkov, melaporkan bahwa sejumlah pemain Rusia menggunakan obat-obatan terlarang guna meningkatkan performa.
Tetapi hasil dari beberapa investigasi yang dilakukan FIFA dan Agensi Anti-Doping Dunia, menyatakan bahwa tuduhan Rodchenkov tidak benar. Kurang lebih satu pekan lalu, FIFA juga menepis klaim salah satu media asal Inggris kalau pemain-pemain Sbornaya menggunakan doping.
Dilansir oleh RT, pada hari Jumat (29/6) kemarin, petugas doping FIFA kembali hadir di markas latihan Rusia yang terletak di Novogorsk untuk mengambil sampel urine para penggawa mereka. Meski begitu, pihak federasi sepak bola Rusia (RFS) menjelaskan bahwa mereka siap menjalankan semua prosedur tes doping yang dilakukan tanpa sedikit pun rasa cemas gara-gara isu yang berhembus sebelum memacu kembali persiapan jelang laga esensial melawan La Furia Roja.
Disadari atau tidak, langkah Rusia dalam melakoni kampanyenya di Piala Dunia 2018 memang terbentur cukup banyak masalah seperti yang telah saya paparkan.
Namun untuk membuktikan diri sekali lagi, Rusia tak perlu buang-buang waktu guna memikirkan rintangan yang ada. Fokus terhadap performa di atas lapangan merupakan poin terpenting bagi Cherysev dan kawan-kawan saat ini.
Pasalnya, cuma dengan jalan seperti itulah, Rusia dapat memperlihatkan aksi-aksi terbaiknya buat menumbangkan Spanyol, menggapai mimpi lolos ke babak selanjutnya sekaligus menyumpal mulut orang-orang yang selama ini memandang remeh dan mengganggu persiapan mereka.