Cerita

Motivasi Indonesia Ulangi Prestasi Lima Tahun Silam di Piala AFF U-19

Dua kota yang ada di Provinsi Jawa Timur, Gresik dan Sidoarjo, sudah ditetapkan oleh asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI) sebagai tuan rumah penyelenggaraan ajang Piala AFF U-19 tahun 2018 yang bergulir pada 1 hingga 14 Juli 2018.

Dari sekian venue yang tersedia, Stadion Gelora Joko Samudro (Gresik) dan Stadion Gelora Delta (Sidoarjo) menjadi pilihan utama buat menggelar turnamen Piala AFF U-19 edisi kelima belas sepanjang sejarah tersebut.

Secara keseluruhan, ajang ini diikuti oleh 11 negara Asia Tenggara yang dibagi ke dalam dua grup berlainan. Tim nasional Indonesia U-19 sendiri bercokol di Grup A bersama Filipina, Laos, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Melihat para calon lawan, perjuangan mahaberat jelas menanti skuat Garuda Muda besutan Indra Sjafri. Pasalnya, kualitas tim belia yang dipunyai oleh rival-rival segrupnya itu terbilang ciamik.

Walau demikian, mental Hanis Saghara dan kawan-kawan tak sepatutnya ciut dengan kenyataan itu. Pasalnya, masyarakat Indonesia pasti siap memberi dukungan penuh kepada Garuda Muda dengan memerahkan sekaligus memadati arena yang jadi tempat Indonesia berlaga.

Lebih lanjut, penyelenggaraan Piala AFF U-19 juga meninggalkan satu kenangan teramat indah bagi Indonesia. Di tahun 2013 silam, kala berstatus tuan rumah (di mana Gresik dan Sidoarjo juga menjadi kota penyelenggara), Indonesia berhasil menggondol titel juara pertamanya sepanjang sejarah.

Bermodal skuat yang dihuni nama-nama seperti Evan Dimas Darmono, Hansamu Yama Pranata dan Ilham Udin Armaiyn, Garuda Muda tampil eksepsional sedari babak penyisihan dengan meraup tiga kemenangan serta masing-masing sekali seri dan kalah. Catatan itu sendiri membawa Indonesia finis sebagai runner-up Grup B di bawah Vietnam serta berhak melaju ke semifinal.

Pada fase tersebut, Indonesia dihadang oleh Timor Leste yang tanpa diduga-duga malah keluar sebagai kampiun Grup A dengan mengangkangi Filipina, Kamboja sampai Singapura. Namun bermaterikan skuat yang luar biasa berikut dukungan masif para pendukungnya, Garuda Muda mampu menumpas perlawanan O Sol Nascente via kedudukan akhir 2-0.

Berhasil mengantongi tiket ke partai final, Indonesia ditunggu oleh Vietnam, satu-satunya kubu yang bikin Ilham beserta kolega, bertekuk lutut di babak penyisihan grup. Alhasil, semangat revans sekaligus mewujudkan mimpi beroleh titel prestisius di level junior, meroket tinggi-tinggi.

Sama-sama tampil dengan skuat terbaik, Garuda Muda maupun The Golden Dragons langsung jual beli serangan demi mencetak gol lebih dahulu. Namun sial, hingga pertandingan menghabiskan 120 menit, tak ada satu biji gol pun yang tercipta di Stadion Gelora Delta.

Deadlock yang berkelindan menabalkan adu penalti sebagai satu-satunya cara buat mencari pemenang dari partai ini. Raut wajah tegang karena jantung yang berdetak lebih laju, seolah jadi satu-satunya wujud paling kentara dari semua orang yang ada di stadion atau menyaksikannya via siaran langsung televisi.

Namun berbekal determinasi, dan ketenangan, Indonesia akhirnya unggul 7-6 di momen penentuan tersebut, membalas kekalahan di fase grup sekaligus mengunci titel juara! Pencapaian prima itu membuat penggila sepak bola di tanah air gembira bukan kepalang. Kendati trofi yang diraih cuma berasal dari kategori usia dini, tapi kesenangannya setara dengan gelar dari level senior. Terlebih, prestasi itu jadi yang perdana buat Indonesia pada kancah Asia Tenggara setelah terakhir kali menggamit medali emas South East Asia (SEA) Games 1991 di Manila, Filipina.

Kondisi sepak bola nasional, termasuk di level timnas, memang tak kunjung stabil dan mengilap hingga detik ini. Akibatnya, performa Indonesia seringkali mematahkan hati para suporter setia yang rela menghabiskan uang dan tenaganya buat memberi dukungan.

Genderang perang di Piala AFF U-19 2018 sudah siap ditabuh mulai besok (1/7). Artinya, tantangan besar demi raihan prestasi sudah menunggu di depan mata Hanis serta rekan-rekannya. Satu-satunya langkah yang bisa diambil Indonesia hanyalah bekerja semaksimal mungkin hingga titik darah penghabisan.

Memori akan prestasi jawara lima tahun silam, tak sepatutnya jadi beban Garuda Muda buat tampil lepas, penuh semangat, dan tak gampang menyerah. Sebaliknya, hal tersebut bisa dijadikan motivasi oleh tim asuhan Indra Sjafri guna beraksi sehebat-hebatnya demi mengharumkan nama Indonesia di kancah Asia Tenggara.