Model permainan sepak bola dibangun berdasarkan prinsip-prinsip strategi dan taktik. Prinsip-prinsip ini dibawa ke dalam latihan guna memantapkan atau mematangkan model permainan. Dengan menentukan prinsip, pelatih dapat melakukan evaluasi yang terarah.
Kesalahan mendasar
Seringkali, di dalam latihan dan pertandingan, pemain menerima koreksi dari pelatih berdasarkan kesalahan eksekusi-bola si pemain. Contoh, ketika salah umpan, yang disalahkan adalah umpan yang kurang keras, umpan kurang akurat, atau pemain belum terbiasa bermain di lapangan tersebut. Contoh lain, ketika penyerang menerima bola di tengah kotak penalti dan tendangannya melenceng atau ditangkap dengan mudah oleh kiper, yang disalahkan adalah si penyerang bermental “tempe”, si penyerang tidak bisa finishing, dan lain-lain.
Tentunya, sampai batas tertentu, kita tidak bisa serta-merta menyalahkan koreksi-koreksi sejenis di atas. Bisa jadi, memang finishing yang salah disebabkan oleh umpan yang lemah. Bisa pula memang si penyerang yang gagal bikin gol memang tidak cocok menjadi finisher. Bisa jadi.
Tetapi, sampai sebelum sebuah koreksi atau penghakiman dilontarkan, pada kenyataannya ada banyak sekali aspek-aspek penilaian yang harus mendapatkan perhatian. Dan, juga penting untuk diketahui, koreksi terhadap eksekusi-bola seringkali merupakan sebuah koreksi prematur; sebuah penilaian yang tidak menyeluruh.
Kesalahan umpan bisa terjadi karena ada rekan-rekannya yang berada di posisi yang tidak semestinya sehingga membuat si pengumpan “kaget” dan kehilangan orientasinya. Perhatikan gambar di bawah:
Kesalahan umpan
Singkat cerita, eksekusi umpan 10 kuning gagal karena umpannya berhasil dipotong oleh 8 merah. Keadaan ini terjadi karena ada prinsip-prinsip pemosisian yang gagal dipraktikan oleh kuning.
Perhatikan area yang dilingkari garis putus-putus. Area-area tersebut merupakan ruang yang mana dan sudah menjadi kebiasaan untuk diisi oleh pemain-pemain kuning (11 dan 8) guna menyediakan opsi-opsi umpan bagi 10 kuning. Di momen ini, kuning gagal kolektif.
Akibatnya, kuning 10 “kaget” dan kehilangan orientasi. Pressing cepat oleh 9 merah dari sisi buta si 10 kuning ditambah pressing 8 merah membuat kuning panik sehingga ia memutuskan untuk melakukan progres bola ke 9 kuning. Sayangnya, 6 merah berhasil menggagalkan umpan tersebut dikarenakan kemudahan akses 6 merah ke jalur umpan yang diambil oleh 10 kuning.
Untuk mengevaluasi momen di atas, pertama-tama, pelatih perlu mempertimbangkan prinsip-prinisip menyerang yang ingin ia implementasikan ke timnya. Dengan hanya menimpakan kesalahan kepada 8 kuning, pelatih hanya akan memperburuk keadaan karena pada contoh yang ditunjukan di atas, 8 kuning memang kurang mendapatkan dukungan kolektif.
Pentingnya prinsip dalam sepak bola
Untuk mereduksi kemungkinan-kemungkinan munculnya situasi serupa di atas, tim kuning harus melatih struktur menyerang yang mereka butuhkan. Di dalam latihan, pelatih harus mampu mendesain lingkungan yang sesuai. Desain lingkungan yang sesuai adalah sebuah desain latihan (bentuk dan ukuran lapangan, jumlah pemain, peraturan, dan lain-lain) yang mampu mereplikasi/mensimulasi situasi-situasi pertandingan serta si pelatih mampu membuat pemain-pemainnya menjalankan prinsip taktik yang didesainnya.
Bisa jadi, untuk mengurangi kesalahan serupa di atas pelatih memberikan latihan 4 lawan 4 yang mana kuning 5, 8, 9, dan 11 terlibat di dalamnya. Pelatih memberikan pemahaman tentang pentingnya keberadaan jalur umpan diagonal bagi si pemegang bola demi mendapatkan progres serangan yang “enak”. Selain itu, pelatih memberikan pemahaman pentingnya kedalaman (di area depan). Dalam contoh di atas, opsi kedalaman, seharusnya, disediakan oleh 11 kuning apabila ia sukses memosisikan diri di area elips garis putus-putus.
Informasi-informasi dari pelatih inilah yang menjadi prinsip-prinsip strategis. Dari prinsip-prinsip ini, pelatih mendesain latihan yang membuat/mendorong para pemain untuk transfer prinsip strategis ke dalam aksi taktik fungsional.
Contoh desain latihan sederhana adalah dalam latihan 4vs.4, dalam rangka mendorong pemain-pemainnya lebih banyak/konsisten menyediakan opsi kedalaman bagi si pemegang bola, pelatih memberikan poin untuk setiap keberhasilan umpan dari pemegang bola ke pemain yang menyediakan opsi kedalaman. Dari poin-poin inilah tim pemenang dalam latihan ditentukan.
Sampai tahap ini, pelatih sedang mendorong pemain untuk memahami esensi strategis dari pentingnya opsi kedalaman.
Di tahap selanjutnya, pelatih harus memastikan pemain mampu mencapainya. Bagaimana detail-detail bagi pemain untuk mampu melakukannya adalah saat ketika prinsip taktis sedang diterapkan. Para pemain harus paham dan mampu memainkan konsep ruang dan waktu (space and timing). Merekaharus bergerak tepat waktu (timing) untukmerusak pertahanan lawan sekaligus menciptakan ruang bagi rekan-rekannya (space).
Untuk memberikan pemahaman prinsip taktik bagi pemain, salah satu hal yang pelatih perlu lakukan adalah menjabarkan atau mendetail apa saja penanda pemain untuk bergerak. Contoh, 5 bergerak naik ke pos 11 apabila 11 bergerak masuk ke ruang apit (half space); kalau 11 mendapatkan ruang besar, 8 kuning berikan umpan kepadanya; kalau tidak, opsi kedua adalah memberikan umpan melebar kepada 5 kuning, dan seterusnya.
Tentunya, semua aksi-aksi ini juga harus ditunjang oleh bagaimana pemain mampu memosisikan dirinya sehingga ia mendapatkan sudut pandang yang memungkinkannya memantau bola, gawang lawan, sebanyak mungkin pemain, dan ruang yang tersedia. Kurikulum sepak bola Indonesia (FILANESIA) menyebutnya body shape.
Melalui tahap-tahap inilah pelatih baru boleh melakukan evaluasi. Pelatih mengidentifikasi dan memahami apa, kenapa, bagaimana, siapa, dan kapan berdasarkan prinsip-prinsip sepak bola yang didesain dan dilatihnya. Bila tim pelatih mampu melakukannya dengan tepat, evaluasi yang ia buat akan menjadi sebuah evaluasi yang sangat kuat; sebuah evaluasi yang sangat logis; sebuah evaluasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sudah tepatkah prinsip-prinsip yang ditetapkannya? Sudah tepatkah semua prinsip-prinsip tersebut ditransfer ke dalam latihan? Sudah cocokkah prinsip sepak bola si pelatih dengan level kemampuan pemain?
Biar gak gampang-gampang nyalahin pemain, coach!