Piala Dunia 2018

Piala Dunia 2018, Denmark vs Australia: Dinamit Denmark yang Batal Meledak di Samara

Denmark begitu bersemangat menghadapi laga kedua melawan Australia kali ini. Kemenangan atas Peru di laga pertama betul-betul membuka peluang mereka untuk lolos ke fase gugur, sesuatu yang tak lagi mereka rasakan sejak 16 tahun silam. Oleh sebab itu, kesempatan menyegel kemenangan kedua coba mereka manfaatkan dengan baik.

Age Hareide pun begitu percaya dengan winning team miliknya. Itu sebabnya ia menurunkan starting line-up yang hampir sama seperti di laga pertama. Formasi 4-3-3 tetap diusungnya. Untuk menggantikan William Kvist yang cedera, Hareide memilih si gondrong tampan asal Ajax Amsterdam, Lasse Schone.

Sejak peluit kick-off dibunyikan, Danish Dynamite pun langsung menggebrak. Mereka mengincar gol cepat. Thomas Delaney sudah mempunyai peluang saat laga baru berjalan dua menit, namun sundulannya tak menemui sasaran.

Usaha Christian Eriksen dan kawan-kawan untuk unggul pun tak bisa dibilang mudah, karena seperti Peru, Australia juga bermain dengan ngotot. Diancam gawangnya di awal laga, Socceroos langsung gantian membalas, juga dengan sundulan, kali ini oleh Mathew Leckie. Hasilnya? Melebar, sama seperti percobaan Delaney.

Namun untungnya Denmark punya Eriksen. Target unggul cepat itu tercapai di menit ke-7. Sundulan Aaron Mooy yang hendak membuang bola justru sampai di kaki Schone, yang kemudian mengumpan pada Nicolai Jorgensen. Dengan satu sentuhan, Jorgensen mengumpan pada Eriksen yang tanpa basa-basi langsung melancarkan tendangan yang menjebol gawang Mathew Ryan. Denmark unggul satu gol.

Denmark pun tak ragu menyerang untuk mencari gol kedua. Sayangnya, mereka semakin kesulitan. Pertahanan Australia, yang begitu tangguh kala melawan Prancis di laga pertama, kembali menunjukkan kualitasnya. Tak ada lagi peluang berbahaya yang bisa diciptakan lini serang Denmark.

Sebaliknya, Australia yang mengandalkan trio Robbie Kruse, Leckie, dan Tom Rogic untuk membongkar pertahanan Denmark, mulai kembali menyusun serangan untuk menyamakan kedudukan. Aksi-aksi lewat sayap mereka peragakan untuk melayani sang penyerang tunggal, Andrew Nabbout. Ada tiga peluang mereka ciptakan, namun semuanya masih jauh dari sasaran. Barulah di kesempatan berikutnya mereka bisa menyamakan kedudukan.

Tepat pada menit 36, sundulan Leckie ke gawang Denmark membentur tangan Yussuf Poulsen terlebih dahulu. Awalnya wasit Antonio Mateu tak menggubrisnya, namun ia akhirnya memutuskan untuk mengecek Video Assistant Referee (VAR), dan untuk kali kedua, Australia mendapat penalti kedua mereka di turnamen kali ini.

Kapten Mile Jedinak yang menjadi eksekutor tanpa kesulitan berhasil menaklukkan Kasper Schmeichel, kiper Denmark. Kiper Leicester City itu sebenarnya berusaha memprovokasi Jedinak, namun tendangan penalti sudah menjadi makanan sehari-hari bagi pria berjanggut lebat itu, sehingga usaha Schmeichel pun sia-sia saja.

Skor imbang berlanjut pada babak kedua, tapi kini situasinya telah berubah. Mengendurnya permainan Denmark sejak pertengahan babak pertama kembali berlanjut di babak kedua. Serangan-serangan mereka yang monoton mudah dipatahkan begitu saja. Tak ada lagi sepakan yang mengarah ke gawang.

Sebaliknya, Australia berhasil membuat Schmeichel bekerja lebih keras di babak kedua, dengan mengandalkan serangan balik yang cepat dan umpan-umpan silang yang mengerikan. Setidaknya ada tiga penyelamatan yang harus dilakukan Schmeichel untuk menjaga gawangnya tetap aman. Meski begitu, hingga laga usai, Australia gagal mendapatkan gol kedua. Hasil imbang menjadi penutup laga ini.

Dinamit Denmark memang gagal meledak kali ini, namun asa mereka melaju ke babak 16 besar semakin lebar. Sebaliknya, peluang Socceroos pun semakin berat untuk lolos, jika tak mau dibilang mendekati nihil.