Portugal berhasil meraih kemenangan di laga kedua mereka di Piala Dunia 2018. Megabintang tim, Cristiano Ronaldo lagi-lagi menjadi pahlawan dengan gol tunggal yang ia cetak pada babak pertama. Fenomena ini tentu seakan semakin menunjukan bahwa Portugal begitu bergantung kepada Cristiano. Pemain Portugal lain seakan merupakan pemeran pembantu dalam penampilan solo seorang Cristiano. Mereka seakan kesulitan mengimbangi, termasuk penyerang muda Goncalo Guedes.
Guedes punya musim yang cukup mengesankan dalam masa pinjamannya bersama Valencia. Menggeser Santi Mina dari tim utama, bermain di sebanyak 33 pertandingan, dan mencetak 5 gol. Dengan kata lain, Guedes banyak berperan dalam kembalinya Valencia di Eropa musim depan.
Penampilannya musim lalu tentu memunculkan ekspektasi bahwa Guedes akan menjadi partner sepadan untuk Cristiano Ronaldo di timnas Portugal. Apalagi mengingat Andre Silva tampil melempem bersama AC Milan.
Tetapi yang terjadi di dua laga awal Portugal di Piala Dunia kali ini menunjukan sebaliknya. Potensi Guedes seakan padam. Sangat terlihat bahwa dirinya begitu canggung ketika beraksi di lapangan. Dalam dua pertandingan, Guedes melepaskan tiga peluang terbuka dengan begitu saja.
Tidak tenang, dan seakan tergesa-gesa untuk segera mencetak gol. Penampilan Guedes pada Piala Dunia edisi kali ini lebih mirip dengan seseorang yang begitu haus untuk membuktikan diri sendiri, ketimbang pemain yang berguna untuk tim.
Pangkal masalah yang meliputi Guedes adalah urusan yang sama dengan yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Semua berujung pada sebuah perkara besar bagi pelatih-pelatih timnas Portugal, terutama sejak Piala Dunia 2006, yaitu bagaiamana tim bisa memaksimalkan -atau lebih tepatnya- menopang seorang Cristiano Ronaldo.
Carlos Queiroz dan Paulo Bento gagal melakukanya, mereka tidak bisa menemukan formula tepat yang bisa mengakomodir Cristiano. Kemudian Fernando Santos yang ditunjuk menjadi pelatih timnas Portugal sejak September 2014 yang kemudian berhasil melakukannya. Formasi dasar 4-4-2 dengan menjadikan Cristiano sebagai ujung tombak. Permasalahan lain kemudian muncul, yang tercakup dalam satu pertanyaan besar, siapakah sosok yang tepat untuk mendampingi Cristiano di lini depan Portugal?
Sejak Santos memulai pekerjaanya pada tahun 2014, hingga kemudian membuat pencapaian besar dengan berhasil membawa Portugal menjuarai Piala Eropa 2016, Nani kemudian dijadikan pilihan utama sebagai pendamping Cristiano. Bukan Ricardo Quaresma, Eder, atau Andre Silva. Alasan utamanya adalah Nani bisa bermain sinergis dengan Cristiano. Keduanya punya ikatan emosional, karena sempat bermain bersama, dan juga sama-sama berasal dari Sporting Lisbon.
Tetapi kemudian pilihan ini memunculkan permasalahan lain. Nani seakan mengalami inferioritas yang begitu besar tiap dipasangkan bersama Cristiano. Uniknya, Inferioritas ini bukan membuat permainannya menjadi pasif, tetapi lebih mengakibatkan Nani lebih sibuk untuk membuktikan diri bahwa ia tak kalah dari Cristiano. Hal inilah kemudian yang membuat serangan Portugal agak mampet di dua turnamen internasional terakhir, Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016.
Semua baru berjalan lebih baik ketika Nani kemudian memilih untuk “menyerahkan diri” untuk menjadi penopang Cristiano. Permainannya membaik. Pada pengujung turnamen, raihan gol Nani kemudian menyamai Cristiano, yaitu tiga gol. Semakin manis lagi karena Portugal kemudian berhasil menjadi juara Eropa.
Fenomena Nani bisa saja akan terjadi kembali kepada Guedes, karena situasinya saat ini hampir serupa. Portugal kesulitan mencetak gol (kecuali melalui Cristiano), sementara Guedes nampak lebih sibuk membuktikan bahwa dirinya tidak merasa inferior disandingkan dengan Cristiano. Boleh jadi yang mesti dilakukan Guedes adalah meniru apa yang dilakukan oleh Nani, “menyerahkan diri” untuk menopang seorang Cristiano.
Sebab pada akhirnya, selama Cristiano masih bermain untuk timnas Portugal, dialah yang akan selalu menjadi pemeran utama, apapun kondisinya. Sementara pemain lain seakan hanya menjadi figuran. Ironisnya, baik Nani maupun Guedes, keduanya memiliki titel sebagai penerus Cristiano.