Dalam dunia sepak bola, media berfungsi untuk menginformasikan banyak hal, mulai dari jalannya pertandingan, pemberitaan transfer pemain, hingga gosip-gosip percintaan pemain di luar lapangan. Namun bagaimana jika suatu media yang berpihak pada suatu tim memberitakan hal-hal negatif tentang calon lawan sebelum bertanding, demi ‘mengganggu’ persiapan calon lawan mereka tersebut?
Sejarah Piala Dunia mencatat bahwa hal ini pernah terjadi. Apakah pemberitaan negatif tersebut berpengaruh besar terhadap hasil akhir, memang masih diperdebatkan. Namun mengingat tim yang ‘diganggu’ ini akhirnya kalah, tentu akan membuat beberapa orang berpikir bahwa, ‘mungkin memang lawan terganggu dengan pemberitaan negatif yang ada’. Ini dia secuil kisah singkatnya.
Skandal ‘pool party’ timnas Belanda jelang final Piala Dunia 1974
Pada Piala Dunia 1974, timnas Belanda adalah tim yang berhasil memikat jutaan penonton sepak bola lewat aksi total voetbal yang menawan. Bagaimana sebuah sistem permainan yang amat cair, mengandalkan penguasaan bola, dan para pemain yang konstan bergerak berpindah posisi berhasil membungkam lawan-lawan mereka serta menjadikan Belanda tim yang tak terkalahkan saat melaju ke babak final, dengan berhasil mencetak 14 gol dan hanya kebobolan satu gol sepanjang turnamen. Johan Cruyff dan kawan-kawan pun menjadi favorit juara kala itu.
Namun siapa sangka bahwa ternyata tim Oranje tak hanya menarik perhatian banyak pihak kala bertanding di lapangan, namun juga di luar lapangan. Keseharian mereka selama turnamen ikut disorot, dan puncaknya adalah sebuah berita menghebohkan yang muncul pada 6 Juli 1974, sehari sebelum final digelar. Bild, tabloid ternama asal Jerman (Barat) merilis berita berjudul ‘Cruyff, Champagne and Naked Girls’, dengan foto utama menampilkan kolam renang yang kosong, tanpa ada siapapun.
Menurut berita tersebut, ada 4 orang pemain Belanda terlibat dalam sebuah pesta bersama dengan dua gadis Jerman berbikini (yang bukan pasangan resmi mereka) di dekat kolam renang Hotel Wald.
‘Pesta’ itu dikabarkan terjadi sebelum pertandingan melawan Brasil, partai terakhir Belanda yang memastikan langkah mereka ke final beberapa hari setelahnya. Meski tak terungkap siapa pemain Belanda yang terlibat, namun keputusan Bild mencantumkan nama Cruyff di dalam judul tersebut jelas membuat heboh banyak kalangan.
Berita kontroversial ini pun sampai ke telinga para penggawa timnas Belanda, tak terkecuali Cruyff. Itu adalah pertama kalinya mereka mendapatkan pemberitaan dengan cara seperti itu. Pelatih Belanda kala itu, Rinus Michels pun mengecam Bild yang dianggap tak punya etika. Namun dari kubu pemain, muncul reaksi yang beragam. Bek tengah mereka, Arie Haan, mengungkapkan ada sedikit perubahan dalam diri pemain sejak saat itu.
“Kami sedikit berubah malam itu. Sebelumnya kami tak pernah memikirkannya, namun setelah kejadian itu kami baru tahu bagaimana rasanya menjadi terkenal, menjadi yang terbaik. Semua orang melihatmu, mengikutimu. Semua dimulai dari artikel tersebut. Kemudian muncul tekanan dan rasa stres, lalu pasangan kami menelepon (untuk menanyakan kabar tersebut),” ujar Haan.
Di lain pihak, Ruud Krol, bek kiri Belanda saat itu, bersikeras bahwa semua pemain tetap fokus untuk menghadapi Jerman Barat di final, namun bagaimana kenyataan sebenarnya, tak ada yang tahu. Cruyff dikabarkan menghabiskan berjam-jam di telepon untuk menjelaskan pada istrinya, Danny, tentang masalah tersebut, membuat dirinya terjaga di malam hari saat seharusnya ia bisa beristirahat.
Pada hari final dilangsungkan, Jerman Barat akhirnya berhasil mengalahkan Belanda dengan skor 2-1, sekaligus mengawinkan gelar juara dunia tersebut dengan gelar juara Eropa yang mereka raih dua tahun sebelumnya. Hasil itu membuat perjalanan fantastis Belanda sepanjang turnamen berakhir antiklimaks.
Bagaimana dengan Cruyff? Ia mati kutu dikawal ketat oleh bek Jerman, Berti Vogts, sepanjang laga. Apakah ia tampil buruk karena terpengaruh berita tadi? Bisa jadi, namun orang secerdas Cruyff tak pernah membahas hal ini lebih lanjut. Hingga turnamen selesai (bahkan hingga sekarang), tak pernah terungkap siapa-siapa yang terlibat dalam ‘pesta’ itu. Pasalnya pemberitaan Bild juga berakhir di situ saja.
Apakah berita dari Bild itu menjadi alasan utama kekalahan Belanda? Belum tentu juga. Banyak faktor yang diperkirakan menjadi alasan utama, salah satunya para penggawa Belanda yang kelewat percaya diri dan arogan, menganggap mereka sudah pasti juara. Namun yang jelas, Bild sudah melakukan ‘peran’ mereka untuk membantu timnas Jerman Barat.
Secara logis, buat apa mereka menulis artikel itu jika bukan untuk merusak psikologis timnas Belanda? Sehari sebelum final pula.