Ada banyak momen spesial yang bisa diingat dari Piala Dunia 2010. Pertama adalah tempat berlangsungnya kompetisi itu sendiri. Sama seperti di tahun 2002 di mana Jepang dan Korea Selatan menjadi negara yang melangsungkan Piala Dunia di Benua Asia, Afrika Selatan menjadi negara dari Benua Hitam pertama yang melakukannya. Kedua, jatuh kepada lagu resmi kompetisi tersebut, yaitu lagu berjudul “Waka Waka” yang dibawakan oleh Shakira yang merupakan salah satu lagu resmi terbaik dalam sejarah Piala Dunia.
Masih banyak momen spesial lain yang bisa diingat, seperti ketika Slovakia berhasil menyingkirkan sang juara bertahan, Italia, dan ketika Andres Iniesta mencetak gol kemenangan di final melawan Belanda untuk mengantarkan trofi Piala Dunia pertama mereka. Walau banyak momen terbaik yang bisa kalian ingat, sama seperti Piala Dunia lainnya, tak sedikit juga momen-momen buruk yang diingat sampai sekarang.
Mulai dari kontroversi handball Luis Suarez ketika berhadapan dengan Ghana, tidak disahkannya gol dari Frank Lampard ke gawang Jerman, tendangan kung fu Nigel de Jong ke dada Xabi Alonso, sampai ke bola bernama Jabulani yang dibenci oleh semua kiper kala itu. Masih banyak momen-momen lain yang diingat oleh penggemar sepak bola, namun jika memilih mana momen yang paling diingat oleh penulis, maka pilihan tersebut jatuh kepada momen di mana penduduk Afrika Selatan memperkenalkan sebuah trompet bernama vuvuzela kepada dunia.
Vuvuzela adalah sebuah trompet yang cukup panjang dan terbuat dari plastik dengan warna beragam. Pada Piala Dunia 2010, vuvuzela dibawa oleh beberapa penonton ke stadion untuk memeriahkan kompetisi tersebut. Namun, yang menjadi sebuah permasalahan adalah suara yang ditimbulkan oleh vuvuzela. Vuvuzela menghasilkan sebuah suara keras yang membisingkan telinga!
Tak sedikit pemain yang membenci penggunaan vuvuzela di stadion dan kebencian mereka bukan tanpa sebab. Menurut penelitian yang dilakukan saat itu, suara yang dihasilkan oleh vuvuzela lebih keras dibanding suara gebukan drum ataupun suara dari gergaji mesin. Vuvuzela diperkirakan mengeluarkan intensitas suara sebesar127 desibel, sementara gebukan drum berada di kisaran 122 desibel lalu bunyi peluit wasit ada di angka 121.8 desibel. Dengan tingkat intensitas suara yang tinggi, vuvuzela dapat memberikan dampak kerusakan pada pendengaran manusia dalam waktu 15 menit.
Beberapa pemain pun memberikan komentar terhadapa penggunaan vuvuzela di stadion. Gelandang Spanyol, Xabi Alonso, meminta pelarangan penggunaan vuvuzela di stadion karena suara yang ditimbulkan memecah konsentrasi pemain. Patrice Evra bercerita bahwa timnya tak bisa tidur karena vuvuzela dimainkan sejak pagi hari. Efeknya di lapangan, mereka kesulitan berkomunikasi dengan satu sama lain.
Pemain bintang Argentina, Lionel Messi, juga mengatakan hal serupa. Pun begitu dengan Cristiano Ronaldo, yang tidak menampik bahwa vuvuzela dibenci oleh banyak pemain karena gangguan yang diberikannya. Meski begitu, pemain asal Portugal itu tetap menghormati penggunaan vuvuzela yang digemari oleh penduduk Afrika Selatan.
Masalah yang ditimbulkan oleh vuvuzela berlanjut ke pelarangan di berbagai acara olahraga yang akan dilangsungkan setelah Piala Dunia 2010 berakhir, termasuk salah satunya adalah Piala Dunia 2018. Suka tidak suka, vuvuzela tetap menjadi bagian dari sejarah sepak bola. Walau sudah delapan tahun lamanya, sepertinya suara bising vuvuzela akan selalu menggema di telinga para penikmat sepak bola sampai saat ini.