Cerita

Persebaya Surabaya: Harga Mati Pembenahan Guna Hindari Relegasi

Tatkala Ramadan menyapa, operator Go-Jek Liga 1 (PT. Liga Indonesia Baru) dan asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI) tetap menggulirkan kompetisi. Alhasil, 18 klub yang mentas di kasta teratas sepak bola nasional, salah satunya adalah Persebaya Surabaya, wajib memeras keringat hingga beberapa hari sebelum Hari Raya Idulfitri.

Berdasarkan jadwal yang ada, ada empat partai yang kudu dilakoni tim asuhan Angel Alfredo Vera dalam periode ini, masing-masing melawan Madura United (imbang 2-2), Persipura Jayapura (1-1), Persija Jakarta (ditunda), dan PSM Makassar (0-1). Melihat kualitas lawan, jadwal di bulan Ramadan sungguh berat untuk Bajul Ijo yang berstatus promosi. Kendati demikian, puasa kemenangan yang mereka alami di empat laga tersebut benar-benar kelewatan.

Alhasil, posisi Persebaya di papan klasemen ikut menukik secara perlahan. Berdasarkan klasemen per hari ini (10/6), mereka terpatri di peringkat ke-16 atau berkubang di zona degradasi! Dipandang dari sisi manapun, hal itu sangat jauh dari kata ideal, utamanya bagi kesebelasan yang memasang target finis di papan atas sekembalinya ke Liga 1. Suporter fanatik Bajul Ijo, Bonek, juga tampak gerah dengan keadaan ini.

Mengingat kompetisi akan memasuki jeda Hari Raya Idulfitri selama kurang lebih tiga pekan, Persebaya tak dapat berleha-leha menikmatinya dengan nyaman. Momen tersebut, wajib dimanfaatkan untuk membenahi segala kekurangan yang sampai detik ini, tampak jelas setiap kali Fandry Imbiri dan kolega merumput.

1) Kondisi kebugaran

Sejak bertempur di Liga 1, cedera seolah jadi momok menakutkan bagi kesebelasan yang bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo ini. Secara bergiliran (mulai dari David da Silva, Otavio Dutra, Fandry, Robertinho Pugliara, sampai Rachmat Irianto), para penggawa mereka terpaksa diistirahatkan akibat cedera.

Keadaan tersebut jelas mengebiri sisi kompetitif tim lantaran nyaris di setiap pekan, Persebaya tak pernah bermain full team. Apalagi jadwal pertandingan di Liga 1 amat ketat. Perihal ini, staf pelatih mesti bertindak dan mencari tahu apa masalah sebenarnya.

Terlepas dari permainan keras lawan, wajar jika Bonek mengajukan beberapa pertanyaan. Apakah ini berkaitan dengan skema permainan high pressing yang senantiasa diterapkan oleh Vera? Metode latihan yang overworked atau malah sebaliknya?

Andai tak ada pembenahan berarti dari masalah yang satu ini, maka sulit rasanya untuk melihat Bajul Ijo kembali kompetitif sebab satu, dua atau bahkan tiga pemainnya begitu rajin absen di sebuah partai gara-gara cedera.

2) Fleksibilitas taktik Alfredo Vera

Sedari membesut Persebaya di kompetisi Liga 2 musim lalu, Vera selalu menginstruksikan anak buahnya untuk memainkan pola high pressing dan mengalirkan bola dari kaki ke kaki. Gaya tersebut tetap diperagakan oleh Persebaya begitu mentas di Liga 1 per musim ini.

Namun layaknya suatu hal yang dilakukan berulang-ulang, para pesaing Bajul Ijo juga mulai memahami skema ini sehingga intensif mempersiapkan antisipasi. Ironisnya, Vera seolah tak punya rencana B andaikata rencana A-nya sudah mentok. Padahal, ada bermacam-macam kondisi yang sulit ditebak bisa muncul dari sebuah laga.

Bila tak ingin Persebaya makin tenggelam di papan bawah, Vera sudah sepatutnya mencari berbagai alternatif taktik yang bisa diterapkan guna mengubah alur pertandingan.

Jangan sampai sektor depan yang macet dan mandul akan ‘dibiarkan’ begitu saja. Pun dengan lini tengah yang kurang kreatif dan ngotot serta banyaknya lubang pada area belakang yang mudah diekspos tim lawan.

3) Perbaiki mentalitas

Salah satu aspek yang sangat perlu dibenahi oleh Persebaya adalah mentalitas bertanding mereka. Pasalnya, di satu laga mereka dapat tampil spartan dan luar biasa tapi pada laga lainnya memperlihatkan aksi luar biasa jeblok.

Di Liga 1, Persebaya tak bisa memilih partai mana yang wajib dimenangi dan mana yang boleh dilepas. Misalnya saja ngotot begitu main di Stadion Gelora Bung Tomo tapi loyo saat giliran bertandang ke markas lawan.

Bermain di manapun, dalam kondisi apapun, semangat dan motivasi untuk beroleh hasil positif tatkala pertandingan berakhir adalah sebuah keharusan. Jangan sampai Fandry dan kawan-kawan jadi buaya di kandang (Persebaya miliki rekor 2 kemenangan, 2 kali imbang dan 1 kekalahan) namun bak cicak kala main tandang (punya rekor 1 kemenangan, 3 kali seri dan 2 kekalahan).

4) Benahi skuat

Salah satu poin yang acapkali diteriakkan Bonek sebagai biang keladi merosotnya performa Bajul Ijo adalah kualitas pemain yang ada di tubuh skuat. Walau memiliki jumlah pemain yang cukup ideal, tim ini memiliki masalah pelik dalam hal kedalaman. Sebagai contoh, ketika Pugliara absen, maka kreativitas tim akan terdistraksi. Pun begitu kala da Silva menepi, penyerang pengganti justru gagal menunjukkan ketajamannya. Artinya, ada banyak lubang di dalam tubuh tim manakala para penggawa inti absen.

Oleh karena itu, pihak manajemen dan staf pelatih wajib melakukan evaluasi selama libur guna mengatasi masalah ini. Kalau perlu, pemain-pemain yang kontribusinya kurang maksimal, dilepas untuk kemudian mencari sosok pengganti yang lebih mumpuni.