Lewat sebuah gol dramatis di masa perpanjangan waktu yang dibukukan oleh Mario Götze, Jerman sukses menyudahi perlawanan Argentina dalam final Piala Dunia 2014. Kubu Die Mannschaft pun memastikan titel dunianya yang keempat sepanjang sejarah.
Terasa lebih manis, Jerman mencaplok titelnya itu saat Piala Dunia dihelat di luar Eropa, tepatnya Amerika Latin. Mereka pun secara resmi memutus ‘kutukan’ bahwa tim-tim asal Eropa tidak bisa membawa pulang trofi juara bila turnamen dihelat di benua Amerika (Utara dan Selatan).
Berdasarkan sejarah, semua penyelanggaraan Piala Dunia yang dimainkan di Amerika sebelum Piala Dunia 2014 memang selalu dimenangi oleh tim dari kawasan tersebut antara lain Piala Dunia 1930 di Uruguay (kubu tuan rumah keluar sebagai kampiun), Piala Dunia 1950 di Brasil (Uruguay), Piala Dunia 1962 di Cile (Brasil), Piala Dunia 1970 di Meksiko (Brasil), Piala Dunia 1978 di Argentina (tuan rumah lagi-lagi jadi jawara), Piala Dunia 1986 di Meksiko (Argentina), dan Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat (Brasil).
Di sisi seberang, perwakilan Eropa juga lebih andal buat jadi pemenang saat turnamen dihelat di kawasan Benua Biru. Pada sepuluh turnamen yang sudah berlangsung di sana, mereka cuma kehilangan tajinya di Piala Dunia 1958 yang sukses dimenangi Brasil kendati Swedia menjadi lokasi penyelenggaraan.
Lebih menariknya lagi, setelah memutus catatan minor itu Manuel Neuer dan kolega langsung ditunggu oleh satu ‘kutukan’ lain yang sudah bertahan lama jelang mentas di Piala Dunia 2018. Usut punya usut, semua kesebelasan yang berstatus sebagai juara bertahan belum ada satu pun yang mampu mempertahankan titelnya saat turun pada kejuaraan selanjutnya. Jinx ini sendiri telah berlangsung sedari Piala Dunia 1962, di mana Brasil ketika itu sukses jadi kampiun.
Terasa makin tragis, mayoritas dari juara bertahan itu malah tumbang pada fase-fase awal kejuaraan. Menengok data statistik, hanya Argentina di Piala Dunia 1990 dan Brasil pada Piala Dunia 1998, tim dengan status juara bertahan namun sanggup masuk ke final.
Sedangkan di edisi-edisi lainnya, banyak dari mereka yang kampanyenya justru tamat pada babak penyisihan grup walau memegang status juara bertahan (contoh nyatanya adalah Brasil di Piala Dunia 1966, Prancis di Piala Dunia 2002, Italia di Piala Dunia 2010, dan Spanyol di Piala Dunia 2014).
Masih di bawah asuhan Joachim Löw, Jerman yang punya skuat terbaik kembali dijagokan sebagai salah satu kandidat bersama Argentina, Brasil, Prancis dan Spanyol untuk memenangi Piala Dunia 2018. Berbekal kekuatan paripurna, memang sangat sulit untuk meminggirkan Die Mannschaft dari persaingan menuju tangga juara. Terlebih, mereka juga kondang sebagai tim spesialis turnamen. Football Tribe Indonesia pun memprediksi kalau Jerman akan menembus babak pamungkas pada gelaran prestisius tahun ini.
Namun apakah mereka sanggup mematahkan ‘kutukan’ lawas itu atau tidak, hanya waktu yang bisa menjawabnya dalam tempo satu bulan lagi dari sekarang.