Piala Dunia 2018

Laga-Laga di Piala Dunia yang Berlangsung Kasar dan Keras hingga Melewati Batas

Sebagai kompetisi sepak bola terbaik di dunia, Piala Dunia kerap kali menyuguhkan pertandingan menarik yang sarat aksi memanjakan mata. Meskipun begitu, bukan berarti Piala Dunia tak memiliki sisi yang bernoda.

Beberapa pertandingan di Piala Dunia juga pernah berjalan keras dan diwarnai oleh pelanggaran kasar. Sebenarnya wajar, mengingat para pemain berjuang untuk mengharumkan nama negaranya. Walaupun begitu, ada beberapa laga yang kerasnya melewati batas.

Laga apa sajakah itu? Simak di bawah ini:

Brasil vs Cekoslovakia (1938)

Jauh sebelum ayah atau mungkin kakek kita lahir, Piala Dunia telah diwarnai satu pertandingan bak medan perang. Pertemuan antara Brasil dan Cekoslovakia (kini Republik Ceko) di perempat-final Piala Dunia 1938 menghasilkan tiga pemain Ceko dan tiga pemain Brasil harus ditarik keluar karena cedera, dua pemain Ceko mengalami patah tangan. Tiga pemain, dua dari Brasil dan satu dari Ceko, akhirnya harus diusir. Ricuhnya pertandingan ini disinyalir karena ketidaktegasan sang wasit, Pal von Hertzka. Kini, pertarungan ini termashyur dengan nama Battle of Bordeaux, merujuk pada kota Bordeaux, tempat pertandingan ini berlangsung.

Hungaria vs Brasil (1954)

Brasil lagi-lagi terlibat “perang” di lapangan. Pertandingan Selecao melawan Hungaria di babak perempat-final Piala Dunia 1954 kini terkenal dengan nama Battle of Berne. Keributan di pertandingan yang berlangsung di kota Berne, Swiss ini, dimulai dari invasi yang dilakukan suporter Brasil setelah wasit memberikan penalti kepada lawan. Tensi pertandingan memanas hingga berujung pada diusirnya tiga pemain. Tak sampai di situ, keributan pun menjalar hingga ruang ganti, berujung pada terlukanya Gustav Sebes, pelatih Hungaria. Pertandingan antara dua negara ini, yang notabene merupakan dua terbaik di dunia kala itu, berakhir di luar ekspektasi.

Cile vs Italia (1962)

Pertandingan antara Cile dan Italia di Piala Dunia 1962 barangkali lebih tepat disebut sebagai pertumpahan darah. Tensi panas antara pertemuan dua negara ini dimulai dari disebutnya Cile, tempat Piala Dunia 1962 berlangsung, sebagai negara yang buruk oleh jurnalis Italia. Pertanda buruk terasa setelah pelanggaran terjadi ketika pertandingan baru berlangsung selama 12 detik. Kedua tim melakukan aksi kotor, satu pemain hidungnya patah, dua pemain diusir, dan tiga kali polisi harus mengintervensi pertandingan. Pertandingan ini akhirnya populer dengan nama Battle of Santiago, merujuk pada ibu kota Cile. Satu sisi baik dari laga ini adalah ketika Ken Aston, wasit yang memimpin laga ini, menciptakan kartu kuning dan merah untuk memudahkan wasit memimpin laga.

Denmark vs Afrika Selatan (1998)

Laga antara Denmark dan Afrika Selatan sebenarnya tak terlalu parah dalam sudut pandang kekerasan. Meskipun begitu, tiga pemain diusir oleh wasit, dan tujuh lainnya mendapat kartu kuning. Mengapa? Wasit di laga ini, John Toro Rendon, nampak terlalu “ringan kartu”. Wasit asal Kolombia ini akhirnya mendapat kritikan, meskipun pada dasarnya pertandingan memang berjalan keras.

Belanda vs Portugal (2006)

Salah satu pertandingan tergila dalam sepanjang sejarah sepak bola. Bagaimana tidak, 4 kartu merah dan 16 kartu kuning dikeluarkan wasit dalam satu laga! Jumlah ini memecahkan rekor satu laga dengan total kartu terbanyak di turnamen yang diselenggarakan FIFA. Pertandingan memang berlangsung luar biasa kotor. Dimulai dari aksi Khalid Boulahrouz mencederai Cristiano Ronaldo, pertandingan berubah menjadi perkelahian. Tekel-tekel keras berterbangan, sikutan merajalela, hingga pemain di bangku cadangan pun turut serta. Kepemimpinan Valentin Ivanov, wasit asal Rusia yang bertugas di laga ini dikritik keras. Pertandingan ini pun terkenal dengan nama Battle of Nuremberg.

Spanyol vs Belanda (2010)

Pertandingan final Piala Dunia kebanyakan berjalan seru dan berkelas, terkecuali final Piala Dunia 2010. Pertandingan final ini dikotori oleh serentetan tekel keras, yang puncaknya tentu saja tendangan kungfu Nigel de Jong terhadap Xabi Alonso. Wasit Howard Webb memang mengeluarkan 14 kartu kuning, namun, ia tetap dikritik karena hanya mengeluarkan satu kartu merah, itu pun terhadap John Heitinga, bukan de Jong. Pelatih Belanda, Bert van Marwijk, dikritik habis-habisan karena tak mampu mengontrol anak buahnya.

Brasil vs Kolombia (2014)

Pertandingan yang satu ini memang tak diwarnai kartu merah. Namun, pertandingan ini berjalan dengan keras yang mana masing-masing bintang dari tiap tim menjadi target “kekerasan”. Dilansir dari Forbes, James Rodriguez menerima enam tekel yang berujung pelanggaran dari pemain Brasil. Sementara Neymar, seperti yang sudah kita tahu, mendapat terjangan keras dari Camillo Zuniga hingga berujung pada absennya ia di semifinal, di laga yang berakhir tragis bagi Brasil.