Turun Minum Serba-Serbi

Mereka yang Ternyata Pernah Menjadi Starter di Final Liga Champions

Andrew Robertson dan Trent Alexander-Arnold calon kuat bermain sebagai pemain utama di final Liga Champions. Jelas ini sangat mengejutkan. Robertson, yang berposisi sebagai bek kiri, sebelumnya adalah pemain cadangan dan sempat “galau” di Twitter pada tahun 2012 karena tak punya penghasilan alias pengangguran.

Sedangkan Trent, yang awal musim hanya jadi pilihan ketiga sebagai bek kanan setelah Nathaniel Clyne dan Joe Gomez, selain akan berada di Kiev, juga akan berangkat ke Piala Dunia 2018 bersama timnas Inggris.

Dua bek sayap Liverpool ini mungkin tak disangka-sangka menjadi pemain utama di laga maha penting semacam final Liga Champions. Namun pada sejarahnya, final Liga Champions beberapa kali menghadirkan nama kejutan. Berbagai alasan tentu menjadi latar belakangnya. Mulai dari akumulasi kartu, cedera, atau kurang fit-nya pemain inti, tren performa si pemain ataupun alasan kebutuhan taktik.

Berikut inilah beberapa nama yang mungkin terlupakan, namun ternyata pernah menjadi pilihan utama atau starter di final Liga Champions:

Jermaine Pennant

Ketika Liverpool kalah 1-2 oleh Milan pada final Liga Champions 2006/2007, seorang pemain bernama Jermaine Pennant membuat kisah yang indah pada catatan kariernya dengan menjadi starter. Musim di mana ia bermain di final Liga Champions, adalah musim pertamanya berada di Liverpool setelah dibeli dari Birmingham City. Saat itu, mantan pemain Arsenal ini sukses mengunci satu tempat di tim utama asuhan Rafael Benitez. Kelebihan Pennant adalah pada lari kencang dan kemampuannya memberi umpan silang.

Anderson

Anderson datang ke Manchester United dari FC Porto pada musim 2007/08 dengan reputasi sebagai youngster. Keberhasilan Cristiano Ronaldo bersama The Red Devils, membuat Sir Alex Ferguson mulai kepincut talenta dari klub-klub Semenanjung Iberia kala itu, dan Anderson-lah salah satu hasil kebijakan tersebut. Selain itu. United pun butuh peremajaan lini tengah karena Paul Scholes semakin menua, serta perlu pelapis untuk Michael Carrick dan Owen Hargreaves.

Fabio da Silva

Manchester United pernah identik dengan kakak dan adik, yaitu Neville’s Brother yang mulai muncul pada 1990-an. Hal itu coba terulang ketika Manchester United mempunyai pemain bersaudara; Rafael dan Fabio da Silva. Bahkan, dua pemain asal Brasil ini kembar identik karena lahir hampir bersamaan pada 9 Juli 1990. Rafael lebih lama berada di United sejak 2008 hingga 2015, sedangkan Fabio dua tahun lebih dulu angkat kaki dari Old Trafford. Tetapi soal keberuntungan, Fabio lebih besar. Dirinya pernah bermain di laga besar semacam final Liga Champions, pada musim 2011/12. Hal yang mendasari Fabio dimainkan di final adalah karena soal kedispilinan bertahan yang lebih ia miliki daripada Rafael.

Diego Contento

Diego Contento adalah pemain Jerman keturunan Italia yang berposisi bek kiri. Pemain kelahiran tahun 1990 ini dulu sempat menjadi prospek cerah bagi Bayern München. Dirinya adalah calon bek kiri masa depan Bayern dan timnas Jerman saat itu. Tetapi, menyandang harapan tinggi tak selalu menghasilkan dampak nyata yang tinggi pula. Contento gagal bersaing dengan juniornya, David Alaba. Saat ini Contento terdampar di Bordeaux, ketika justru Alaba disebut-sebut sebagai salah satu bek kiri terbaik di dunia. Penampilan Contento di final Liga Champions 2011/2012 terjadi lebih karena akumulasi kartu yang diterima Alaba pada semifinal sebelumnya.

Anatoliy Tymoshchuk

Sudah pasti, pemain asal Ukraina yang paling populer sepanjang masa adalah Andriy Shevchenko. Pernah meraih Ballon d’Or dan tajam bersama klub besar seperti AC Milan ketika masih berada pada masa jayanya. Lalu, kira-kira siapa yang mengenal pemain bernama Anatoliy Tymoshchuk? Kalau tidak seorang hipster yang detail dengan Bayern München atau seluk beluk timnas Ukraina, mungkin jarang yang tahu akan pemain berposisi gelandang bertahan ini. Tymoshchuk menjadi pilihan darurat di pos bek tengah Bayern, ketika menjalani partai final Liga Champions 2011/2012 melawan Chelsea.

Ryan Bertrand

Ryan Bertrand (28), yang kini bermain di Southampton, mungkin tak pernah bermimpi akan merasakan tampil pertama kali di Liga Champions justru ketika memasuki fase partai final. Ya, Bertrand menjalani debutnya di Liga Champions ketika Chelsea bersua Bayern München di final musim 2011/2012. Apa yang lebih aneh lagi dari laga tersebut bagi Bertrand? Dirinya tidak dimainkan pada posisi alaminya sebagai bek kiri. Di final itu pelatih Chelsea, Roberto Di Matteo, memasangnya sebagai gelandang kiri karena bek kiri sudah ditempati oleh Ashley Cole.

Augusto Fernandez

Mungkin adalah Augusto Fernandez (32), pesepak bola yang paling cepat mengalami progres dalam waktu singkat, untuk dipercaya bermain di klub besar, dan tampil di final Liga Champions dalam hanya kurun waktu kurang dari lima bulan saja. Augusto datang dari Celta Vigo ke Atletico Madrid pada bulan Januari 2016 dengan biaya transfer 6,5 juta euro. Berkat konsistensinya di Atleti, Augusto dipercaya tampil di final Liga Champions 2015/2016 melawan Madrid di Milan. Namun selepas final itu, di musim selanjutnya dia mengalami cedera parah, absen lama, performa tak membaik, dan kini justru bermain di Liga Super Cina.