Momen mengharukan memang melingkupi pemanggilan Fagner ke timnas Brasil yang akan berlaga di Piala Dunia 2018 nanti. Bagaimana bek berusia 28 tahun asal klub Corinthians ini tak kuasa menahan tangis ketika namanya disebutkan dalam daftar pemain yang akan dibawa pelatih Tite ke Rusia. Tetapi cerita menarik bukan saja milik Fagner. Ada sosok lain di lini pertahanan timnas Brasil saat ini yang juga memiliki cerita tersendiri. Ia adalah Pedro Geromel.
Sama seperti Fagner, pemanggilan Geromel juga mengejutkan. Tite lebih memilih memanggil bek tengah berusia 32 tahun ini ketimbang pemain-pemain tenar lain di posisi serupa. Geromel mengalahkan nama-nama pemain yang berusia lebih muda seperti Ricardo Caio, Gil, Jemerson de Jesus, dan tentunya juga sang kribo eksentrik, David Luiz.
Soal jumlah penampilan untuk timnas Brasil pun semakin membuat pemanggilan Geromel menjadi sesuatu yang mengejutkan. Sama seperti Fagner, Geromel adalah pemain yang paling sedikit caps-nya bersama timnas Brasil ketimbang para pemain bertahan lain. Bahkan, Geromel memiliki jumlah yang paling sedikit. Ia baru dua kali berseragam timnas Brasil dan justru di sini cerita menariknya.
Baca juga: Skuat Bombastis Tim Nasional Brasil untuk Piala Dunia 2018
Geromel baru mendapatkan pemanggilan ke timnas Brasil pada tahun 2016 lalu dan itu juga bukan sesuatu yang direncanakan. Tite yang saat itu baru ditunjuk menjadi pelatih timnas Brasil menggantikan Dunga, memanggil Geromel karena Ricardo Caio mengalami cedera. Tetapi debut pertandingan penuh Geromel baru terjadi setahun setelahnya ketika Brasil menang tipis 1-0 atas Kolombia pada Januari 2017.
Jalan panjang mesti ditempuh Geromel, sampai akhirnya ia bisa berseragam timnas Brasil. Menariknya, Geromel baru mendapatkan panggilan ketika ia akhirnya pulang ke tanah airnya setelah lama berkarier di Eropa. Geromel merupakan satu dari sekian banyak pemain Brasil yang hijrah ke Eropa di usia muda. Bahkan, karier profesional Geromel dimulai di Eropa. Kala itu usianya masih 18 tahun.
Karier awal Geromel di Eropa dihabiskan di Portugal. Selama kurang lebih empat musim di sana, ia tampil mengesankan. Bahkan di musim terakhirnya di Portugal pada 2007/2008, saat itu ia memperkuat Vitoria de Guimares, Geromel dianugerahi penghargaan pemain terbaik Liga Portugal. Semusim berselang, Geromel mendarat di FC Köln yang baru saja promosi ke Bundesliga. Pada masa ini, Geromel bermain bersama Lukas Podolski yang baru saja pulang ke Köln setelah memperkuat FC Bayern München.
Penampilan Geromel di Jerman begitu mengesankan, bahkan banyak klub-klub besar Eropa tertarik untuk mendaratkannya, termasuk Real Madrid. Geromel, dan juga tentunya bersama Podolski, membuat Köln menjadi tim kuda hitam yang sangat menyulitkan di Bundesliga ketika mereka bermain di sana. Sempat mendarat ke Spanyol untuk bergabung dengan Real Mallorca, selepas Piala Dunia 2014 yang digelar di tanah airnya, Geromel akhirnya kembali ke Brasil dan memperkuat Gremio.
Kualitas Geromel diakui, namun sayangnya panggilan ke timnas Brasil urung terjadi. Karena memang, saat itu Lucio begitu menjadi andalan di timnas Brasil dan bakat seorang Thiago Silva saat itu sedang mekar. Semakin sulit setelahnya karena bermunculan pemain bertahan lain yang berusia lebih muda dan tentunya memiliki spesialisasi yang berbeda dengan Geromel.
Peluang bermain Geromel memang sangat kecil. Ia mungkin adalah pilihan terakhir Tite seandainya Thiago Silva, Joao Miranda, dan Marquinhos mesti absen. Maka dengan pemanggilannya ke Piala Dunia ini saja adalah sebuah momen yang tak ternilai.