Tribe Tank

Tribe Tank: Pemosisian (Positioning) di Sepak Bola dan Cara Melatihnya

Pemosisian yang tepat dapat menjadi indikator awal kecerdasan sepak bola seorang pemain. Namun, lebih dari itu, bukan hanya sebatas menilai kecerdasan, pemosisian yang tepat juga dapat menjamin percepatan sirkulasi dan progres bola yang efektif nan efisien.

Pemosisian dan struktur

 

Struktur BUDiKi tim hijau

Sebagai pengingat, BUDiki merupakan singkatan dari ‘Build Up Dari Kiper’ yang biasanya kami gunakan di dalam tim. Tim hijau sendiri merupakan salah satu lawan yang sempat uji-tanding dengan kami di pengujung Maret 2018.

Dalam sebuah BUDiKi, tanpa menunggu rekan-rekannya menyebar (spread out) ke pos-pos yang ideal, kiper hijau segera memberikan umpan ke nomor 3 hijau. Hasilnya, seperti yang saya duga, dengan sedikit press dari 9 dan 10 kuning, 3 hijau segera membuang bola sejauh-jauhnya ke depan; menyebabkan kuning kembali menguasai bola. Build up semacam ini terjadi berulang-ulang dan, tentu saja, memudahkan tim kuning untuk menguasai pertandingan.

Garis lengkung (arc) di setiap pemain hijau adalah indikator arah menghadap. Dari ketiga pemain terdekat ke kiper, 2 pemain menghadap ke kiper secara diagonal dan 1 pemain lain menghadap frontal ke kiper (membelakangi gawang kuning).

Refleksi tentang salah atau tidaknya pemosisian dan struktur tim hijau dapat dinilai, salah satunya, berdasarkan model permainan masing-masing orang. Tetapi, di luar benar atau salah, fakta yang tidak dapat ditolak adalah selau ada efek yang ditimbulkan dari pemosisian pemain terhadap struktur tim dan efek dari struktur terhadap penguasaan permainan.

Salahkah struktur hijau dalam momen ini? Salahkah keputusan kiper memberikan bola kepada 3 hijau? Di dalam momen ini, iya. Karena keluaran (out put) hijau hanya menghasilkan umpan melambung prematur tanpa memberikan efek positif sama sekali.

Tentu saja merupakan sesuatu yang berbeda andai saja struktur BUDiKi hijau di sini dilakukan dengan sengaja guna memancing pressing pemain-pemain kuning untuk kemudian dengan briliannya ketiga hijau mampu meloloskan diri dengan “bersih” dilanjutkan dengan penetrasi ke pertahanan kuning. Bila ini yang terjadi, kita dapat mengatakan apa yang dilakukan hijau merupakan justifikasi sebuah taktik brilian.

Struktur hijau dalam grafis 2 dimensi di atas merupakan pemandangan sangat jamak di level akar rumput. Penyebabnya bisa beragam, mungkin karena faktor kepelatihan atau bisa pula karena pemahaman pemain yang masih sangat kurang (dikarenakan usia pemain yang tergolong “kecil”).

Efek jemput dan support

Beberapa instruksi yang seringkali terdengar dari pelatih kepada gelandang adalah ambil, jemput, atau support. Instruksi ini diberikan dengan maksud agar gelandang membantu lini belakang melakukan progres bola.

Yang menjadi masalah adalah, seringkali, instruksi ambil, jemput, atau support diteriakkan tanpa mempertimbangkan konteks. Salah satu akibatnya, pemain mengadopsi instruksi ini tanpa menyesuaikan dengan kondisi di atas lapangan. Salah satu contoh paling masif adalah gelandang no. 6 atau no. 8 turun sampai ke lini belakang untuk menjemput bola.

Lagi-lagi, salahkah aksi no. 6 dan no. 8 seperti yang disebutkan di atas? Tidak, bila dilakukan dengan taktik yang pas. Iya, menjadi salah, bila dilakukan tanpa mengerti maksud dan tujuannya serta, yang lebih amsiong, malah menimbulkan efek sangat merugikan bagi tim.

Di bawah ini merupakan contoh salah satu momen dalam latihan (4vs.4)+1 yang pernah kami praktikkan. Perhatikan struktur tim merah ketika membangun serangan dari belakang:

2 – Struktur tim merah

Setelah 3 merah memberikan umpan ke 2 merah, 6 merah yang tadinya berada di pucuk berlian malah turun melebar ke area di depan 8 dan 10 kuning. Hal ini dilakukan tanpa koordinasi dengan netral biru; menyebabkan netral juga ikut turun sampai ke depan lini pressing kuning. Alhasil, kelima pemain berposisi di depan lini pressing lawan.

Ini semua membuat merah kehilangan komponen kedalaman (depth) di depan yang membuat progres serangan menjadi sangat sulit. Walaupun pada akhirnya merah mampu meloloskan diri dari press kuning dengan cara memindahkan bola ke nomor 4 merah melalui nomor 3, tetapi potensi masalah tetap ada dikarenakan pemosisian pemain-pemain merah di awal build-up.

Pemosisian pemain-pemain merah tidak memberikan efek positif pada percepatan progres bola. Di samping itu, apa yang dilakukan nomor 6 merah dan netral juga boros energi karena mereka bukannya berusaha memanfaatkan keunggulan jumlah pemain dengan “berdiam” pada posisi awalnya, keduanya malah turun jauh ke bawah.

Bila netral dan 6 merah tetap berada di posisi awal – dalam sebuah formasi berlian dinamis – merah bisa saja melakukan progres bola dengan cara: 2 merah mengumpan ke netral di tengah lalu, bergantung pada dinamik permainan, netral bisa segera memanfaatkan 6 merah di pucuk berlian atau memainkan bola kepada 4 merah yang berlari di ruang sayap kiri.

3 – Opsi progres tim merah

Melatih pemosisian

Salah satu metode yang sering digunakan adalah, secara eksplisit, membagi lapangan menjadi beberapa grid berbeda sebagai pembatas atau penanda ruang mana saja yang boleh dan tidak boleh diisi oleh pemain ketika timnya berada dalam fase menguasai bola.

4 – Grid pemosisian

Contoh penggunaan grid adalah membatasi jumlah pemain yang masuk ke dalam kotak (ruang) yang sama. Contoh pada grafik di atas adalah dalam satu ruang yang sama hanya boleh diisi maksimal 2 pemain (lihat merah dan biru dalam ruang yang sama). Peraturan lain adalah membatasi jumlah pemain dalam satu arah/garis horizontal (perhatikan 2, 3, dan 4 merah).

Dengan penggunaan peraturan latihan yang pas, secara tidak sadar pemain akan mampu mempertahankan komponen “kedalaman’, formasi berlian fungsional, dan keberadaan netral yang berfungsi sebagai pivot di tengah-tengah formasi.

Yang perlu diperhatikan adalah tidak semua tim/pemain mampu bermain dalam setelan ini. Metode ini bisa terlalau kompleks, yang artinya malah membuat pemain semakin bingung dikarenakan kompleksitasnya yang terlalu berat. Tetapi, bila tim Anda mampu memainkannya maka cara ini sangat pantas untuk dicoba.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberlakuan metode ini harus mempertimbangkan kelompok usia (KU). Semakin kecil KU, latihan ini bisa menjadi sangat kompleks bagi mereka. Yang, parahnya, bila terus dipaksakan dapat berefek buruk pada motivasi instrinsik pemain.

Lantas, adakah cara lain? Tentu saja. Salah satunya adalah memberikan penjelasan eksplisit disertai demo pemosisian yang ideal guna menemukan solusi terhadap permasalahan faktual yang pemain hadapi. Dalam metode ini, pelatih tidak menandai ruang dengan grid tetapi pelatih mengingatkan apa itu berlian fungsional disertai apa pentingnya, bagaimana, dan kapan pemain harus melakukan pergerakan tanpa bola (lari ke depan atau bergerak menyamping) dalam penetrasi ke gawang lawan.

Bukan hanya pemosisian pemain dalam mengisi ruang, tetapi bagaimana pemain memosisikan tubuhnya untuk mendukung percepatan sirkulasi bola juga merupakan faktor penting. Pemain yang menerima bola dalam posisi 100% menghadap gawang sendiri sudah barang tentu memiliki daya jangkau pandangan yang berbeda dengan pemain yang menerima bola dengan sudut tubuh yang membuatnya sebisa mungkin melihat ke depan.

Yang harus diingat

Sampai sebelum pelatih berbicara soal berlian, kedalaman, dan lain sebagainya dalam permainan 4vs.4, 5vs.5, (4vs.4)+1, dan sebagainya, pemain harus terbiasa berlatih dalam bentuk-bentuk yang lebih simpel yang mana di dalam latihan-latihan tersebut para pemain mendapatkan priming yang tepat akan “sepak bola yang benar”.

Contoh-contoh bentuk sederhana yang dimaksud adalah memainkan 2vs.1, 3vs.1, 4vs.1, atau 4vs.2 sambil menekankan poin-poin esensial apa yang dipelajari oleh pemain. Dalam 2vs.1,esensinya adalah jalur umpan diagonal dan pentingnya bergerak di belakang lawan. Dalam 3vs.1, pemain paham cara memanfaatkan bentuk segitiga. Di dalam 4vs.2, pemain mempelajari mendayagunakan ketiga jalur umpan dalam formasi berlian.

Akhir kata, posisi menentukan prestasi! Selamat mencoba!