Masalah di dalam dunia sepak bola Indonesia begitu banyak. Mulai dari “menghilangnya” ketua umum federasi sepak bola Indonesia, kerusuhan antar-suporter, jadwal kompetisi yang berantakan, hingga berbagai konflik kepentingan. Namun, ada satu masalah yang menurut saya pribadi adalah hal yang paling tercela, yaitu penunggakan gaji.
Penunggakan gaji terhadap pesepak bola di Indonesia yang dilakukan oleh klub yang dibela adalah sesuatu yang jamak terjadi. Seorang pesepak bola profesional berhak akan upah yang sudah tertera di kontraknya, dan penunggakan gaji yang dilakukan oleh klubnya telah menyalahi hak asasi dari sang pemain itu sendiri. Bahkan, penunggakan gaji adalah hal yang melanggar undang-undang, dan bisa diganjar hukuman pidana apabila sang pemain yang bersangkutan menggugat klubnya. Sayang, saking seringnya terjadi, penunggakan gaji sudah menjadi hal yang banal.
Meskipun begitu, tak banyak yang bisa dilakukan oleh para pesepak bola yang ditunggak gajinya. Selain karena proses adminstrasi yang sulit menghambat mereka untuk membawa kasus seperti ini, ke meja hijau, federasi sepak bola di Indonesia juga tak banyak membantu. Dibandingkan dengan FAM Malaysia yang tak hanya tegas namun juga solutif, PSSI kerapkali cuek dalam menangani hal ini.
Baca juga: FAM Bantu Kuantan FA Selesaikan Kasus Tunggakan Gaji
Kalau sudah seperti itu, pesepak bola yang ditunggak gajinya hanya bisa pasrah saja. Syukur-syukur, gajinya kemudian mampu dilunasi, atau mungkin sang pemain bisa pindah ke klub lain yang diurus dengan lebih baik. Lalu, kalau kenyataannya tak seindah itu, bagaimana?
Berangkat dari rasa penasaran, kami akhirnya mencoba untuk langsung bertanya kepada pesepak bola yang mengalami penunggakan gaji ketika bermain di salah satu klub di Indonesia. Kami mewawancarai dua pemain yang pernah mengalami penunggakan gaji di salah satu klub yang berbasis di Jawa Timur, yang saat ini berkutat di Liga 2 Indonesia. Untuk ke depannya, mari sebut saja klub yang satu ini sebagai klub X.
Dimulai dari pemain pertama, yang akan kita sebut dengan Andi (bukan nama sebenarnya). Berposisi sebagai pemain sayap, Andi dikenal sebagai pemain yang gesit ketika bermain di klub X. Setelah mengalami penunggakan gaji, ia menolak untuk kembali bermain bagi klub X, dan memilih untuk mengundurkan diri dari tim. Sempat melakukan seleksi bersama beberapa klub, saat ini Andi masih belum menemukan pelabuhan selanjutnya.
Ketika ditanyakan mengenai penunggakan gajinya, Andi mengaku bahwa hal tersebut sangat menyedihkan dan berdampak besar baginya.
“Iya mas, sangat berdampak bagi saya, terlebih karena saya sudah memiliki keluarga,” begitu ungkap Andi.
Tak hanya itu, ia juga menyatakan bahwa hingga saat ini, perkara gajinya dengan klub yang bersangkutan masih belum selesai, alias belum dibayarkan.
“Klub masih memiliki utang dua bulan gaji terhadap saya. Harusnya kemarin bisa dilunasi saat PT. LIB (Liga Indonesia Baru) melunasi utang subsidi ke klub bulan Maret lalu.”
Senada dengan Andi, pemain kedua, Budi (bukan nama yang sebenarnya), juga menyampaikan hal yang kurang lebih serupa. Budi bermain sebagai gelandang serang, dan terhitung sebagai figur yang cukup populer di klub X. Nasib Budi sedikit lebih beruntung ketimbang Andi, karena meskipun gajinya juga belum dilunasi oleh klub X, ia kini telah menemukan klub yang menggunakan jasanya, dan membayar gajinya tepat waktu.
“Yang jelas saya sedih banget, mas. Bingung juga karena punya keluarga yang harus dinafkahi di rumah, dan satu-satunya pemasukan untuk menafkahi keluarga ya dari main bola, mas,” ujar Budi. Terlihat familiar, kan dengan Andi?
Berdasarkan penuturan Andi dan Budi, kami merasa yakin bahwa pernyataan kedua pemain ini mewakili pesepak bola lain yang ditunggak gajinya. Pernyataan mereka yang serupa menunjukkan bahwa urusan penunggakan gaji tak hanya berdampak pada performa mereka di lapangan, namun juga kehidupan mereka di luar lapangan, yang juga menyangkut nyawa orang lain.
Satu hal yang jug mereka sepakati adalah, mereka berharap bahwa tak ada lagi pesepak bola yang bernasib sama seperti mereka. Mereka berharap bahwa tak ada lagi masalah penunggakan gaji di sepak bola Indonesia.
Tentu saja, harapan Andi dan Budi adalah harapan kita semua sebagai pencinta sepak bola Indonesia. Masalah sepak bola di Indonesia memang terlampau banyak, namun, sebagai negara yang tinggi martabatnya, tak sepantasnya satu klub sepak bola profesional menahan hak dari karyawannya sendiri.