Cerita

Cristian Gonzales, Super-sub Baru PSS Sleman?

Debutnya ditandai dengan gol di menit akhir, dan di laga keduanya kemarin (2/5) ia hampir kembali jadi pahlawan. Cristian Gonzales, penyerang gaek yang sempat dianggap sudah habis, kini menemukan kehidupan barunya di Yogyakarta sebagai super-sub PSS Sleman.

Usia Gonzales tak lagi muda. Ia bukan lagi penyerang yang seganas ketika di Persik Kediri, atau yang klinis di periode awalnya bersama Arema FC. Dengan umur kepala empat, Heri Kiswanto menyadari kekurangan sang pemain, dengan baru memainkannya ketika laga memasuki babak kedua.

Di pertandingan pertama melawan PSMP Mojokerto Putra, Gonzales dimasukkan sekitar menit 70-an. Saat itu PSS sedang unggul 1-0, dan masuknya Gonzales membuat Super Elja menambah dua gol lagi, yang salah satunya dicetak El Loco dengan sundulan pada menit 85. Skor akhir, PSS menang 3-1 di Stadion Maguwoharjo.

Gegap gempita para suporter tuan rumah langsung meluap seketika Gonzales mencatatkan nama di papan skor. Bagaimanapun juga, Gonzales adalah seorang legenda sepak bola nasional. Bersama Syamsul Haeruddin yang saat itu juga dimasukkan sebagai pengganti, mereka diharapkan dapat membimbing rekan-rekannya untuk tampil lebih baik, demi meraih tiket promosi ke Liga 1.

Kemudian di laga kedua yang berlangsung kemarin sore (2/5), Gonzales lagi-lagi memulai laga dari bangku cadangan, dan kembali mencetak gol. Kali ini ia masuk lebih awal, sekitar menit 56 untuk menggantikan Tambun Naibaho yang minim peluang di babak pertama.

Masuknya Gonzales langsung menghidupkan skema permainan PSS. Bola-bola daerah banyak dikurangi, dan digantikan dengan operan yang jatuh tepat di kaki Gonzales. Ini dilakukan karena meskipun El Loco telah kehilangan kecepatannya, tapi dia adalah tipe penyerang yang penuh trik. Bukan diving atau menipu wasit, tapi bagaimana caranya mendapat bola dengan menjaga lawan tetap di belakangnya, agar bola tidak mudah direbut.

Hasilnya pun positif. Di sebuah kesempatan Gonzales dijatuhkan di kotak penalti, dan sepakan titik putih yang ia eksekusi sendiri menyamakan skor jadi 1-1. Namun sayangnya, keteledoran lini belakang membuat PSS harus bertekuk lutut di hadapan publik sendiri, dengan kekalahan 1-2 dari Madura FC.

Peluang “terlahir kembali” di Liga 2

Gonzales mulai “memopulerkan” cara bermain tersebut ketika di Arema FC terutama di ajang Piala Presiden 2017 dan Go-Jek Traveloka Liga 1 2017. Berbekal badan yang bongsor, Gonzales sangat bagus dalam mempertahankan bola, lalu membagikannya ke rekan-rekan lainnya.

Opsinya bisa ke kedua sayap, atau menanti gelandang yang merangsek masuk ke kotak penalti. Kebetulan, Gonzales juga dibekali visi yang bagus dan kemampuan mengoper bola yang baik untuk ukuran penyerang. Ditambah dengan pengalaman bertahun-tahun sebagai penyerang papan atas, El Loco tahu betul bagaimana mengatasi dan memanfaatkan situasi.

Apalagi di Liga 2 tempatnya berkompetisi sekarang, Gonzales tidak menghadapi bek-bek asing sebagai lawannya. Ia “hanya” berhadapan dengan bek-bek lokal yang secara postur lebih kecil darinya, dan secara pengalaman belum sebanyak dia. Meskipun lawannya lebih agresif atau lebih bertenaga, tapi pemosisian diri dan insting dari pengalaman tak diragukan lagi memegang peranan penting dalam kesuksesan pemain di lapangan.

Dua gol dari dua pertandingan adalah awalan yang sangat bagus dari seorang pemain baru, terlepas dari hasil yang diraih timnya. Bermain di Liga 2 memang membuat pamor Gonzales sedikit meredup, dan ada pula yang mengatakan ini hanya sebagai jembatan menuju pensiun, daripada tidak terpakai di klub Liga 1.

Namun sebaliknya, bermain di kasta kedua justru bisa membuat Gonzales terlahir kembali. Dengan kualitas kompetisi yang satu tingkat di bawah Liga 1, Gonzales sangat berpeluang menikmati kembali indahnya masa-masa menjaringkan puluhan bola ke gawang lawan, dan nama yang diserukan suporter melalui yel-yel mereka, atau pengeras suara di stadion.

Jika Anda meragukannya, silakan tengok karier John Terry, yang kini berpeluang kembali ke Liga Primer Inggris bersama Aston Villa. Berkarier di kasta kedua bukan akhir dari segalanya, justru bisa jadi awal dari perjalanan baru.