Cerita

Dahsyatnya Mesin Gol di Lini Tengah Barito Putera

Sejak ditangani Jacksen F. Tiago, Barito Putera menjelma jadi kesebelasan yang menarik. Mereka tidak hanya sekadar kuda hitam yang kerap menjegal tim-tim kandidat juara, tapi juga memiliki corak permainan yang khas. Musim ini contohnya, kesebelasan berjuluk Laskar Antasari ini memiliki lini tengah yang sangat mematikan.

Dari 6 pekan yang telah dilalui, Barito Putera telah mencetak 10 gol. 9 di antaranya bersumber dari gelandang, dan 1 sisanya dicetak oleh bek, Dandi Maulana. Sejauh ini, hanya Madura United yang bisa mendekati torehan lini tengah Barito Putera, itupun hanya berjumlah 5 gol.

Namun lini tengah Barito Putera tidak hanya istimewa karena jumlah golnya, melainkan para gelandangnya juga hampir rutin menghiasi papan skor di setiap pekan. Tercatat dari pekan pertama sampai keenam, hanya di pekan kelima para gelandang Barito Putera absen mencetak gol, ketika kalah 2-0 di kandang Bali United.

Selebihnya, tiga penggawa lini tengah Barito Putera secara bergantian menggetarkan jala lawan. Douglas Packer jadi yang tersubur dengan 5 gol, disusul Matias Cordoba dengan 2 gol dan 2 asis, lalu Paulo Sitanggang yang juga mengemas sepasang gol tapi tanpa asis. Artinya, hanya M. Rafi Syarahil saja gelandang inti yang belum mencetak gol.

 

Douglas Packer yang semakin super

Dari ketiga gelandang Barito Putera yang produktif tersebut, sorotan utama tentunya akan tertuju pada Douglas Packer. Salah satu marquee player yang masih bertahan ini sekarang telah mengemas 5 gol, berdiri sejajar dengan David da Silva di daftar top skor, dan hanya terpaut satu bola dari Fernando Rodriguez dan Ezechiel N’Douassel di atasnya.

5 gol ini juga membuatnya hampir menyamai torehan musim lalu yang berjumlah 6 gol. Dengan 27 pekan tersisa, sangat terbuka kesempatan Packer untuk melewati pencapaiannya musim lalu, juga berpeluang mengukir double figures, jika tidak terkena cedera parah atau halangan lainnya.

Salah satu alasan moncernya Packer adalah kekompakan yang semakin terjalin dengan Matias Cordoba. Di awal musim lalu, kohesi seperti ini tidak terlihat karena keduanya kerap bertabrakan peran. Namun dengan seiring bertambahnya menit bermain, keduanya sudah saling memahami apa yang diinginkan satu sama lain.

Packer biasanya akan berdiri lebih ke depan, dengan Cordoba yang berpatroli di lingkaran tengah. Keduanya bisa nyaman melakukan serangan, karena Paulo Sitanggang sejauh ini sangat baik dalam menjalankan tugasnya sebagai perebut bola, atau menghentikan laju serangan lawan.

Selain itu pergerakan Samsul Arif yang melebar juga memungkinkan Packer untuk masuk ke kotak penalti, yang meningkatkan peluangnya mencetak gol. Situasi ini berbeda dari musim lalu karena Thiago Cunha dan Willian Lira adalah tipe target man yang menjadikan kotak penalti sebagai area utamanya untuk mencetak gol.

Berbeda dengan Samsul, ia lebih banyak beredar di sisi kotak penalti, mendekati pemain yang memegang bola. Ketika Samsul melebar, Packer akan masuk ke kotak penalti, atau Gavin Kwan Adsit, atau bisa juga Paulo Sitanggang, seperti gol terakhir Barito Putera ke gawang Persebaya Surabaya.

Skema ini membuat progresi serangan Barito Putera sulit ditebak, karena tidak ada pemain khusus yang dibebani tugas mencetak gol. Di musim 2017, Barito Putera merupakan salah satu tim dengan sumber gol paling merata, dari lini belakang sampai depan, dan di musim ini mereka menghentak dengan ketajaman lini tengah.

Jacksen F. Tiago telah melakukan pekerjaan yang sangat bagus di Barito Putera. Membuat klub asal Banjarmasin yang dulu identik dengan papan bawah, kini memiliki karakter tersendiri dan terus mencoba merangsek ke papan atas, juga menyumbang cukup banyak pemain di tim nasional.