Cerita

Dendi Santoso dan Transformasi Posisi Sayap serta Gelandang Serang di Sepak Bola Indonesia

Kapten tim Arema FC, Dendi Santoso, memainkan peran yang tidak biasa ketika timnya berhadapan dengan Persipura Jayapura di pekan kelima Liga 1. Dendi yang biasanya bermain di sektor sayap, digeser posisinya ke area tengah. Ia mengaku tidak mempermasalahkan perubahan tersebut karena memang nyatanya dalam sejarah taktikal sepak bola Indonesia, hal tersebut sering terjadi.

Jauh sebelum Dendi, ada beberapa pemain yang mengalami transformasi posisi yang hampir serupa. Perubahan ini melibatkan dua posisi yaitu sayap dan gelandang serang. Cukup banyak pemain di kancah sepak bola Indonesia yang berpindah posisi dari gelandang serang ke posisi sayap, begitu pula sebaliknya. Fenomena ini semakin marak terjadi terutama selepas tahun 2010.

Cerita soal Fandi Eko Utomo, putra pemain legendaris Persebaya Surabaya, Yusuf Ekodono, adalah salah satu yang paling menarik. Ketika masih bermain di kompetisi usia muda di Jawa Timur, Fandi dikenal sebagai gelandang serang yang cerdas. Tetapi ketika kariernya beranjak ke level senior, ia lebih sering bermain di sektor sayap kanan. Posisi yang serupa ketika ia membela timnas Indonesia di Asian Games 2014.

Hal serupa juga terjadi kepada Septian David Maulana. Trequartista dari Semarang ini ketika bermain di klubnya, Mitra Kukar, ia ditempatkan di posisi sayap kiri. Barulah ketika ia membela timnas usia muda Indonesia, David bermain kembali di posisi naturalnya sebagai gelandang serang. Situasi serupa juga dialami oleh David Laly dan I Nyoman Sukarja. Mereka berpindah posisi dari gelandang serang ke sayap.

Baca juga: Septian David Maulana, Trequartista dari Semarang

Fenomena dalam bentuk lain juga terjadi. Sebelum terjadi kepada Dendi yang berpindah dari sektor sayap ke gelandang serang, Ian Louis Kabes sudah melakukannya terutama selepas membawa Persipura melaju ke partai puncak Liga Super Indonesia tahun 2014. Ian sudah tidak lagi bermain di sektor sayap, kini ia lebih banyak bermain di area tengah. Serupa dengan Adam Alis yang ketika masih bermain di Persija Jakarta dan Timnas U-22, kini ia lebih banyak bermain melebar.

Ada banyak faktor yang membuat fenomena perubahan posisi ini terjadi. Secara taktikal, memainkan gelandang serang di posisi sayap memungkinkan tim memiliki kreativitas di area yang lebih melebar. Di sepak bola Eropa kita mengenal Mesut Özil yang sering memainkan peran sebagai playmaker yang bermain melebar. Sementara ketika yang terjadi sebaliknya, pemain sayap yang ditempatkan sebagai gelandang serang, tentu yang diharapkan adalah cairnya penyerangan tim. Pun dengan kecepatan mereka yang kemudian dimanfaatkan di area tengah.

Perubahan dari sektor sayap ke gelandang serang sebenarnya menunjukan sebuah indikasi yang baik. Karena seperti yang terjadi dalam kasus Fandi Eko, Nyoman Sukarja, dan Septian David. Mereka mesti mengubah posisi mereka dari gelandang serang ke sektor sayap adalah agar mereka bisa tetap bertahan dan dimainkan.

Meskipun demikian, nyatanya perubahan posisi Dendi, Ian, dan Adam Alis sebenarnya juga merupakan indikasi terhadap masalah taktikal lain di sepak bola Indonesia. Tidak berkembangnya Fandi Eko, Nyoman Sukarja, dan Septian David adalah karena skema 4-2-3-1 yang begitu menjamur di Indonesia selepas Piala Dunia 2010, dan posisi gelandang serang lebih sering diberikan kepada pemain asing. Formasi 4-2-3-1 ini betul-betul populer, bahkan hampir semua tim di Indonesia memakai  formasi ini.

Sementara bermainya Dendi, Ian, dan Adam Alis pun karena permasalahan serupa. Soal variasi dan pengetahuan taktikal yang tidak begitu baik di kancah sepak bola Indonesia. Anda sendiri bisa menghitung sejak tahun 2016 lalu, berapa kesebelasan di sepak bola Indonesia yang menggunakan skema 4-3-3. Di musim ini saja, ada hampir 13 sampai 14 kesebelasan yang menggunakan formasi ini. Mungkin hanya Persib Bandung saja yang benar-benar berbeda dengan menggunakan 4-4-2. Pertanda lain bahwa formasi awal di sepak bola Indonesia bukan berdasarkan sesuatu yang sifatnya filosofis atau fungsional. Sebuah formasi digunakan hanya karena memang sedang tren atau menjamur.