Cerita

Anniversary Cup dan Asa bagi Timnas Indonesia

Bertempat di Stadion Pakansari, Cibinong, empat negara yaitu Bahrain, Indonesia, Korea Utara, dan Uzbekistan akan berjibaku dalam turnamen PSSI Anniversary Cup 2018 yang dihelat pada 27 April hingga 3 Mei mendatang.

Ajang ini sendiri diselenggarakan oleh federasi sepak bola Indonesia (PSSI) sebagai perayaan atas ulang tahun mereka yang ke-88 sekaligus sarana bagi tim nasional Garuda U-23, buat mempersiapkan diri jelang bertempur di Asian Games 2018 bulan Agustus-September nanti.

Mengacu pada situasi tersebut, Luis Milla yang merupakan pelatih Indonesia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan langsung mengumpulkan amunisi terbaiknya.

Nama-nama seperti Evan Dimas (Selangor FA), Hansamu Yama Pranata (Barito Putera), Lerby Eliandry (Pusamania Borneo FC), Rezaldi Hehanusa (Persija Jakarta), dan Septian David Maulana (Mitra Kutai Kartanegara) kembali muncul di dalam skuat.

Dipandang dari sudut manapun, skuat Indonesia nanti terbilang cukup mumpuni untuk bersaing lantaran nama-nama di atas dan beberapa orang lain yang mendapat panggilan punya kualitas bagus. Akan tetapi, kita pun harus ingat bahwa calon lawan timnas Garuda bukanlah tim-tim dengan kualitas semenjana sebab mereka juga tim-tim dengan kemampuan apik di Asia.

Uzbekistan yang akan melawat ke Cibinong adalah tim nomor satu di Benua Kuning untuk kategori U-23. Status tersebut mereka emban setelah jadi kampiun Piala Asia U-23 2018 bulan Januari lalu usai menekuk Vietnam di partai final.

Baca juga: Jumlah Kontestan Lengkap, PSSI Anniversary Cup 2018 Siap Diselenggarakan

Berbekal pemain-pemain seperti Azizjon Ganiev, Akramjon Komilov, dan Jasurbek Yakhshiboev, serta Ravshan Khaydarov yang bertindak sebagai pelatih, sangat wajar apabila The White Wolves dianggap sebagai kubu paling kuat di Anniversary Cup.

Bergeser ke Korea Utara, keadaannya pun tidak jauh berbeda sebab negara yang di Piala Asia U-23 kemarin gugur pada babak penyisihan grup ini juga memiliki skill mumpuni. Sosok semisal An Song-il, Kim Yu-il dan Ri Hun kemungkinan bakal jadi tumpuan Chollima guna tampil sebaik-baiknya dan pulang ke Pyongyang dengan perasaan riang.

Terakhir, kendati Bahrain punya nasib yang sama dengan Indonesia karena sama-sama gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-23, kekuatan mereka jelas tak boleh disepelekan. Pasalnya, Al-Ahmar tergolong kesebelasan kuat dari wilayah Timur Tengah.

“Publik pasti berharap jikalau Indonesia dapat tampil baik di Anniversary Cup. Asa tersebut bisa memberi motivasi tambahan untuk kami. Namun wajib disadari kalau penyelenggaraan turnamen ini adalah sebagai test event sebelum Asian Games 2018 sekaligus sarana menyiapkan diri buat Lerby dan kolega”, papar Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, seperti dilansir detiksport.

Menilik ucapan dari figur yang akrab disapa Jokdri tersebut, ada baiknya jika pencinta sepak bola nasional tidak memasang ekspektasi yang kelewat tinggi kepada anak asuh Milla walau perasaan rindu akan titel juara selalu meletup di dalam dada.

Lantas apa yang patut diharapkan dari Indonesia selama bertempur di Anniversary Cup, nanti?

Tanpa bermaksud memandang sebelah mata ramuan strategi Milla atau kehebatan para penggawa yang ada di skuat, tapi apa yang disampaikan Jokdri sudah mewakili segalanya. Target utama yang diincar Indonesia dari Anniversary Cup adalah proses mematangkan diri sebelum bertempur di Asian Games.

Sederhananya, lewat momen inilah Milla diharapkan bisa mencari strategi yang paling tepat dan fleksibel untuk timnas U-23 guna menghadapi kesebelasan-kesebelasan tangguh dari Asia.

Menjadikan Lerby dan kawan-kawan sebagai satu unit yang tangguh dalam bermain, baik pada fase bertahan ataupun menyerang, memiliki mentalitas super sehingga pantang menyerah dan berani menghadapi lawan sekuat apapun adalah poin-poin yang wajib diwujudkan sehingga tim ini memiliki fondasi yang betul-betul kokoh.

Andai Indonesia sanggup menjadi kampiun di pengujung turnamen, maka itu tidak lebih dari bonus karena penampilan apik yang disuguhkan oleh tim besutan Milla.

Pada penyelenggaraan Asian Games 2014 silam, Indonesia yang tergabung bersama Maladewa, Thailand, dan Timor Leste di Grup E, sanggup finis sebagai runner-up sehingga lolos ke babak perdelapan-final. Namun sayang, pada fase itu pulal Indonesia mesti angkat koper akibat tumbang dari Korea Utara dengan skor mencolok 1-4.

Mengakhiri kampanye sebagai perdelapan-finalis, Indonesia yang ketika itu dimotori oleh Alfin Tuasalamony, Bayu Gatra, dan Manahati Lestusen menerima pujian dari khalayak ramai. Kendati demikian, performa mereka pun beroleh kritik sebab tumbang dengan skor mencolok sebanyak dua kali. Selain kontra Korea Utara di perdelapan-final, Indonesia juga kalah dengan kedudukan 0-6 dari Thailand pada fase penyisihan grup.

Hal tersebut menjadi sebuah pertanda jika kekuatan Indonesia hanya lebih baik dari negara-negara lemah seperti Maladewa dan Timor Leste. Sementara melawan kubu yang lebih bertaji macam Korea Utara dan Thailand, inferioritas mereka terlihat begitu jelas.

Para penggemar sepak bola nasional tentu memendam asa bila keadaan seperti itu jangan sampai terulang kembali di Asian Games 2018 mengingat Indonesia adalah tuan rumah.

Harapan utama mereka tentu sederhana dan beralasan yakni Indonesia dapat tampil meyakinkan di Anniversary Cup serta tidak inferior di hadapan tim-tim kuat Asia sehingga di Asian Games mendatang, mereka sanggup memperlihatkan aksi-aksi yang tidak mengecewakan walau gagal merengkuh medali.