Turun Minum Serba-Serbi

Wajah-Wajah Segar di Dunia Kepelatihan Inggris yang Siap Mendobrak Lingkaran Setan

Akuilah, Anda pasti bosan melihat perputaran para pelatih di klub-klub medioker Liga Primer Inggris. Nama-nama seperti Sam Allardyce, Alan Pardew, dan bahkan Roy Hodgson, adalah nama-nama gaek berkebangsaan Inggris selalu beruntung mendapat pekerjaan, meski tak lama kemudian dipecat. Padahal, beberapa nama yang tergolong berusia muda berikut ini lebih berhak untuk menjadi sorotan karena prestasi mereka:

Eddie Howe (Bournemouth)

Muda, ganteng, dan memiliki visi tajam. Inilah yang membuat nama Eddie Howe dihubung-hubungkan dengan kursi pelatih tim nasional Inggris selama dua tahun terakhir. Hanya dalam kurun waktu tiga musim, ia membawa Bournemouth ke kasta tertinggi, Liga Primer Inggris. Pria berusia 40 tahun ini sukses membawa klub debutan tersebut finis di posisi terhormat klasemen akhir musim 2016/2017, yaitu posisi sembilan. Musim ini, besar kemungkinan Howe akan mengulangi kesuksesannya.

Sean Dyche (Burnley)

Belum selesai kekaguman kita terhadap Howe, datanglah Sean Dyche. Pelatih bertampang sangar ini telah mengabdi di Burnley sejak tahun 2012. Setelah membawa klub tersebut bolak-balik ke Liga Primer dalam empat tahun terakhir, Dyche membuat sensasi pada musim 2017/2018. Di luar dugaan semua orang, The Clarets mampu bersaing di tujuh besar klasemen bersama para raksasa Liga Primer.

Graham Potter (Östersunds)

Ingat ketika klub Swedia, Östersunds, merepotkan Arsenal di Liga Europa pada awal tahun 2018 ini? Klub tersebut dipimpin pria asli inggris bernama Graham Potter. Pelatih ini telah lama meninggalkan zona nyaman untuk merintis karier di negara dengan  budaya yang berbeda dan bahasa yang berbeda. Sejak tahun 2011, Potter membesarkan Östersunds sampai akhirnya tampil di kompetisi terhormat. Mentalitas seperti ini jarang dimiliki para juru latih asal Inggris, sehingga pria 42 tahun ini diyakini sangup bersaing di kampung halamannya.

Neil Harris (Milwall)

Selama bertahun-tahun, Milwall punya reputasi buruk sebagai klub kota London dengan kelompok hooligans yang ganas. Pada musim 2017/2018 ini, setidaknya Neil Harris menjadikan klub tersebut cukup dihormati. Dikenang sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Milwall, Harris sangat dicintai para pendukungnya. Kerja keras pelatih berusia 40 tahun ini membawa The Lions dari League One (kasta ketiga) ke divisi Championship (kasta kedua) pada akhir musim lalu. Saat ini, Milwall berada di papan tengah dan masih berpeluang menembus Liga Primer Inggris musim depan.

Dean Smith (Brentford)

Pria berusia 47 tahun ini menangani Brentford sejak tahun 2015 dan selalu luput dari radar media. Klub berjulukan The Bees ini memang terlihat sulit menembus babak play-off musim 2017/2018. Smith dan pasukannya masih sulit menembus papan tengah. Namun, pelatih berusia 47 tahun ini membentuk Brentford menjadi tim yang memainkan sepak bola atraktif dan menghibur. Seolah tak ada instruksi lain dari Smith kecuali ‘menyerang’.

Gary Rowett (Derby County)

Peserta Liga Primer Inggris di dekade 2000-an, Derby County, kini serius menatap promosi berkat arahan Gary Rowett. Pria berusia 44 tahun ini pernah menangani Birmingham City dan mengambil alih Derby pada musim panas 2017 lalu. Bersama Rowett, The Rams kini stabil di lima besar Divisi Championship dan kemungkinan menjadi salah satu peserta play-off ke Liga Primer.

Lee Johnson (Bristol City)

Inilah pelatih paling sering dibicarakan di Divisi Championship pada musim 2017/2018. Dalam usia baru menginjak 36 tahun, Johnson menyelamatkan klub kecil Bristol City pada akhir musim 2016/2017 lalu. Kini, The Robins stabil di papan tengah dan saling kejar-mengejar poin dari Middlesbrough dan Milwall untuk memperebutkan satu tempat di play-off. Semua berkat kegeniusan Johnson, mantan playmaker lulusan akademi Arsenal yang sempat diperebutkan tim nasional Gibraltar.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’