Saat itu, musim panas masih bergulir. Di tengah teriknya matahari, 22 orang, yang terbagi menjadi dua tim, bergumul di sebuah lapangan untuk memperebutkan satu bola. Tujuan mereka hanya satu yaitu membuat bola melewati garis gawang lawannya. Awalnya, semua berjalan dengan sempurna. Tim dengan pakaian putih bercampur merah berhasil mengungguli lawannya terlebih dan berhasil mempertahankannya hingga waktu istirahat.
Di paruh kedua, giliran tim berbaju hijau yang membuat gol. Tidak cukup satu, mereka berhasil membalikkan keadaan dengan menciptakan dua gol. Sampai saat itu, permainan masih berjalan lancar. Tim putih-merah yang tidak mau kalah berusaha mengejar ketertinggalan. Namun sayangnya, di menit ke-72, mereka berhenti berusaha. Bukan karena tidak mampu, tapi karena salah satu orang mereka terjatuh lemas di lapangan.
Nama orang itu adalah Abdelhak Nouri. Hari itu, mimpi dan cita-citanya musnah seketika.
Talenta berharga dari Belanda
Talenta dari seorang Abdelhak Nouri memang sudah terlihat ketika dia masih kecil. Dia sudah lama menimba ilmu di salah satu klub besar di Belanda, Ajax Amsterdam. Di usia tujuh tahun, Appie, sapaan Nouri, memanfaatkan waktunya dengan bermain bola di salah satu akademi milik Ajax di daerah De Toekomst. Di sanalah, dia berkembang menjadi salah satu talenta muda tumpuan masa depan tim nasional Belanda dan juga Ajax.
Beberapa tahun kemudian, Appie masih bertahan dan mengenakan seragam putih-merah kebanggaan Ajax. Di musim 2016/2017, dia sempat bermain untuk tim senior sebanyak 15 laga, di mana dia berhasil mencetak sebuah gol dan mencatatkan tiga asis. Appie juga turut membantu timnya melangkah maju ke final Liga Europa musim itu, meski di laga puncak menghadapai Manchester United, dia tidak dimasukkan ke dalam skuat.
Appie juga sudah mulai menerbangkan sayapnya di timnas Belanda. Di Piala Euro tahun 2014, bersama tim U-17, Appie berperan penting dalam kesuksesan negaranya melenggang ke final. Sayangnya, sama seperti Liga Europa, Appie harus rela menerima kekalahan dari timnas Inggris.
Mimpi dan cita-cita di lapangan hijau
Dalam sebuah wawancara dengan Alessandro Schiavone pada tahun 2016 silam, Appie pernah menjabarkan mimpi, cita-cita, dan rencananya di masa depan. Tim utama Ajax tentunya menjadi sasaran pertamanya terlebih dahulu. Jika sudah sukses, barulah dia pindah ke klub besar lainnya di Eropa. Spanyol, Inggris, ataupun Prancis merupakan negara tujuannya kelak.
Mimpi dan cita-citanya itu memang sederhana dan sangat wajar di kalangan pemain bola, terlebih Appie masih berusia muda saat itu. Bermain untuk tim kelas atas di Eropa tentunya menjadi keinginan setiap pemain muda. Entah itu Real Madrid, Barcelona, Manchester United, atau Juventus, semua pemain pastinya ingin berkompetisi di tingkat paling atas.
Selain mimpi dan cita-citanya, Appie juga pernah mengungkapkan tentang idolanya di rumput hijau. Baginya, Johan Cruyff, Andres Iniesta, dan Lionel Messi merupakan pemain ingin dia tiru. Cerdas dan punya skill mengolah bola yang baik, Appie ingin menjadi pemain seperti itu. Sayangnya, mimpi hanyalah sekedar mimpi. Tuhan nyatanya punya rencana lain bagi Appie.
Appie dan sepak bola
“Bola adalah teman terbaik saya dan sepak bola adalah segalanya buat saya,” itulah kata-kata Appie yang terekam di situs resmi UEFA.
Perasaan sesungguhnya dari seorang Appie tercemin langsung di kata-kata tersebut. Sepak bola adalah segalanya bagi seorang pemain dan kita pastinya sulit membayangkan apabila hal itu direnggut dari mereka, terutamanya dari seorang Appie.
Pertandingan persahabatan antara Werder Bremen dan Ajax di bulan Juli lalu mengubah segalanya. Di tengah-tengah pertandingan, Appie tergeletak lemas di lapangan. Wasit pun memberhentikan pertandingan untuk membiarkan tim medis bekerja. Satu menit, sepuluh menit, Appie dan tim medis masih berada di lapangan. Pertandingan pun dibubarkan setelah pada akhirnya Appie dibawa ke rumah sakit menggunakan helikopter.
Appie divonis oleh dokter bahwa dia mengidap cardiac arrhythmia atau detak jantung yang abnormal. Itu adalah awal dari terkuburnya mimpi-mimpi Appie. Kelainan jantung tersebut memberikan efek kerusakan ke otaknya dan membuat dia harus gantung sepatu dini. Berita terkini mengenai kesehatan Appie adalah dia sudah dalam kondisi stabil dan sedang dirawat di rumah sakit ‘normal’.
Fijne verjaardag, Appie! #StayStrongAppie
Author: Budy Darmawan (@budydiew)
Penyuka sepak bola