Pemain berparas tampan itu masuk di babak kedua menggantikan Pedro Rodriguez. Ia punya beban ganda, yaitu menambah gedoran ke barisan pertahanan Real Madrid sekaligus membuktikan perannya yang masih diragukan di skuat Barcelona. Ternyata ia sukses mengirim asis yang berbuah gol Lionel Messi, sekaligus memastikan kemenangan Barcelona atas rivalnya itu di semifinal Liga Champions 2010/2011.
Pemain itu bernama Ibrahim Afellay. Ia hanya butuh lima menit sejak masuk ke lapangan pada menit ke-70 untuk berlari kencang di sektor sayap kiri dan memberi umpan matang kepada Messi.
“Saya sangat bahagia. Rasanya impian masa kecil saya terkabul!” kata Afellay kepada media setelah tampil cemerlang di pertandingan penting tersebut. Pada saat itu, ia memang baru dua bulan bergabung dengan skuat Barcelona. Sejak kepindahannya dari PSV Eindhoven, pemain yang lahir di Utrecht ini digadang-gadang akan menjadi bagian penting dalam skuat Josep Guardiola.
Namun, kenyataan berkata lain. Tujuh tahun kemudian, nasib Afellay berubah seratus delapan puluh derajat. Tadinya pembelian menjanjikan Barcelona, kini pemain berdarah Maroko itu bahkan tersingkir dari skuat utama Stoke City.
Pada akhir Maret 2018, pelatih Paul Lambert, telah memutuskan untuk menyingkirkan Afellay dari skuat Stoke City. Sang pelatih berdalih bahwa pemain Belanda ini hanya akan memengaruhi anggota tim lainnya dengan sikap dan etos kerja yang buruk. Stoke memang sedang berjuang untuk menghindari degradasi dari Liga Primer Inggris, dan Lambert menginginkan seluruh anggota di ruang ganti bersatu. Di sinilah Afellay dianggap tidak sepenuhnya memiliki komitmen untuk bekerja keras.
Afellay bergabung dengan klub medioker Inggris tersebut pada musim panas 2015. Banyak hal yang terjadi sejak penampilan gemilangnya di semi-final Liga Champions 2011, dan sebagian besar bukanlah hal menyenangkan. Ia gagal menembus persaingan di lini depan Barca dan akhirnya dipinjamkan ke klub lain selama dua musim setelahnya. Di musim 2012/2013, ia dipinjamkan ke klub Bundesliga Jerman, Schalke 04, lalu setelahnya ke klub Yunani, Olympiakos.
Pada tahun 2018 ini, Afellay memiliki sisa kontrak satu tahun lagi bersama Stoke. Namun, sejak 30 Desember 2017, pemain bernomor punggung 14 ini belum lagi merumput meski klub tersebut sedang mati-matian menghindari degradasi.
Apakah penyerang sayap yang pernah menjadi bagian tim nasional Belanda di final Piala Dunia 2010 ini sedang mengalami masa-masa terburuk dalam karier profesionalnya? Sangat disayangkan, karena usianya hari ini baru tepat menginjak 32 tahun. Banyak pemain seangkatannya yang masih energik di lapangan hijau pada usia sepantaran dengannya.
Dengan pengalaman bermain di Piala Dunia 2010, Piala Eropa 2008 dan 2012, serta mencatatkan lebih dari 50 penampilan berama tim Oranje, besar kemungkinan Afellay masih diminati klub-klub lain. Jangan lupakan bahwa ia dianugerahi penghargaan sebagai pemain muda terbaik Eredivisie Belanda pada tahun 2007 lalu, ketika kontribusinya berbuah empat gelar juara Eredivisie bagi PSV Eindhoven.
Hijrah ke Liga Super Cina, Afellay? Atau sekalian ke Liga Indonesia?
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’