Sebagai permainan yang menjadikan gol sebagai penentu kemenangan, aktor-aktor sepak bola yang bermain dengan posisi di area depan dan punya kontribusi ofensif selalu mendapat atensi lebih.
Meskipun begitu, peran dan aksi-aksi dari para pemain yang karakternya lebih defensif juga tak boleh dipandang sebelah mata. Pasalnya, tanpa kehadiran mereka yang sangat esensial, meraih kemenangan pasti jadi hal yang amat sulit untuk dilakukan.
Dari sekian figur berkarakter defensif yang akhir-akhir ini menyeruak ke permukaan, nama N’Golo Kante sudah tentu terselip di antaranya. Kendati berpostur mini, hanya 168 sentimeter, tapi siapa yang berani meragukan kapabilitas sosok berkewarganegaraan Prancis ini.
Memulai karier profesional sebagai pesepak bola di Negeri Anggur bareng Boulogne di musim 2012/2013, kualitas mumpuni Kante sudah terlihat sejak saat itu.
Namun hanya bermain di kasta ketiga sepak bola Prancis, memiliki postur tubuh yang di bawah rata-rata kebanyakan pesepak bola Eropa, dan karakter bermain yang tidak egois (hingga kini Kante dikenal sebagai sosok team player) membuatnya kerap luput dari perhatian.
Sampai akhirnya pemandu bakat dari kesebelasan Caen, kala itu masih berkubang di Ligue 2, tertarik dengan performa Kante saat berseragam Boulogne. Tanpa ragu, sang pemandu bakat pun merekomendasikan sosoknya agar direkrut ke Stadion Michel d’Ornano.
Benar saja, jelang bergulirnya musim kompetisi 2013/2014, Caen mencomot Kante dari Boulogne. Lebih hebatnya lagi karena perekrutan itu dilakukan secara cuma-cuma!
Bersama Caen, kehebatan Kante justru semakin terlihat jelas. Sejumlah pengamat di Prancis bahkan menyamakan gaya bermain pria kelahiran Paris tersebut dengan gelandang bertahan legendaris Prancis era 2000-an, Claude Makelele.
Mengantar klub dari utara Prancis tersebut promosi ke Ligue 1 di musim perdananya serta mempertahankan posisi Caen di kasta teratas pada musim kedua, menjadi catatan memikat Kante sebelum akhirnya diboyong Leicester City jelang bergulirnya musim 2015/2016 via mahar 5,6 juta paun.
Seperti yang sama-sama kita ketahui pula, Kante justru meledak sebagai bagian integral tim yang bermarkas di Stadion King Power tersebut. Tak tanggung-tanggung, pada musim pertamanya merumput di Negeri Ratu Elizabeth, ia sukses membawa The Foxes jadi kampiun Liga Primer Inggris 2015/2016!
Oleh para pengatam, ramuan strategi Claudio Ranieri di Leicester musim itu dibedah habis-habisan. Begitu pula dengan cara bermain Riyad Mahrez dan Jamie Vardy sebagai poros pendulang gol.
Akan tetapi, peran dan fungsi Kante di lini tengah The Foxes juga tidak luput untuk dibahas. Ada begitu banyak artikel yang membahas bagaimana Ranieri memaksimalkan kemampuan sosok yang sekarang merayakan ulang tahun ke-27 tersebut sebagai mesin penggerak permainan.
Berbekal tenaga besar, skill brilian (lihai dalam menghentikan alur serangan lawan lewat tekel dan intersep plus jago mendistribusikan bola) dan visi bermain prima, Kante bak dinamo di lini tengah The Foxes. Jangan kaget bila Kante beroleh banyak kredit dari rekan setim, pelatih maupun pengamat sepak bola.
Performa hebatnya ketika itu membuat Chelsea ikhlas mengucurkan dana sebesar 32 juta paun untuk menggaetnya ke Stadion Stamford Bridge. Keputusan The Blues pun tidak salah, sebab di musim pertamanya berkostum Chelsea, ia berhasil membawa tim asal London Barat itu ke tangga juara Liga Primer Inggris 2016/2017.
Bareng Nemanja Matic (sekarang bermain untuk Manchester United), Kante membentuk duo superior di barisan tengah The Blues. Sebuah senjata yang membuat tim asuhan Antonio Conte begitu sulit ditaklukkan pada musim lalu.
Sayangnya, penampilan gemilang Chelsea di musim lalu gagal dipertahankan pada musim ini. Selain terengah-engah dalam mempertahankan gelar juara karena masih bercokol di posisi lima klasemen sementara, mereka juga sudah tersingkir di ajang Liga Champions.
Kalaupun ada kans beroleh trofi, Piala FA menjadi satu-satunya tempat guna mewujudkan hal itu (Chelsea sudah memastikan tempat di semifinal dan bakal berduel kontra Southampton guna lolos ke final).
Aksi-aksi menawan Kante dalam beberapa tahun terakhir juga membuatnya jadi salah satu figur penting di tim nasional Prancis. Bersama nama-nama seperti Thomas Lemar, Paul Pogba, Adrien Rabiot, sampai Corentin Tolisso, publik bahkan meyakini jika skuat Les Bleus di area sentral permainan tampak begitu mewah sehingga didapuk sebagai salah satu favorit utama guna mencaplok gelar Piala Dunia 2018 bulan Juni-Juli mendatang.
Penampilan luar biasa Kante tentu jarang berujung dengan gol dari kepala ataupun kakinya. Namun sebagai gelandang bertahan, ia sudah menunjukkan kualitas jempolannya setiap kali bertugas di atas lapangan. Menjadi motor penggerak dalam menghentikan serangan-serangan lawan pada fase bertahan sekaligus distributor bola saat timnya sendiri tengah menginisiasi serangan. Oleh sebab itu, jangan pernah ragu untuk memuji Kante.
Joyeux anniversaire, N’Golo.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional