Cerita

Tribe Profil: Agar PS Tira Tidak Sekadar Ganti Nama

Berganti nama dan pindah kandang, PS Tira menjadi “klub baru” di Liga 1 2018. Klub yang dulunya bernama PS TNI ini sekarang berdomisili di Bantul, Yogyakarta, dan berkandang di Stadion Sultan Agung. Lalu, apakah perubahan nama dan kandang itu dapat dijadikan pertanda perubahan nasib juga?

PS Tira dalam dua gelaran liga domestik terakhir adalah tim papan bawah. Di Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016 mereka menempati posisi juru kunci, dan di Liga 1 2017 finis di peringkat 12. Sejauh ini, prestasi terbaik The Army adalah lolos ke perdelapan-final Piala Jenderal Sudirman 2015.

Oleh karena itu, seharusnya di tahun 2018 ini adalah saat terbaik bagi PS Tira untuk menghapus cap medioker. Sebagai kesebelasan yang membawa nama TNI (Tentara Nasional Indonesia), semangat pantang menyerah yang sudah terpupuk adalah modal berharga, dan akan sangat menjanjikan bila dapat dipadukan dengan skema permainan yang apik.

Rudy Eka Priyambada dan gelora anak muda

Aroma peningkatan prestasi PS Tira sudah tercium sejak musim lalu, tapi terhitung telat karena baru muncul jelang akhir musim. Di bawah asuhan pelatih muda, Rudy Eka Priyambada, PS Tira menjelma sebagai kesebelasan yang solid bermaterikan pemain muda.

Persipura Jayapura bahkan dapat mereka kalahkan 2-1, yang membuat Mutiara Hitam terlempar seketika dari perburuan gelar juara. Hasil tersebut melengkapi rentetan tiga kemenangan beruntun yang didapat pada pekan 31-33. Satu-satunya kemenangan beruntun terpanjang yang diraih PS Tira musim lalu.

Rudy Eka adalah pelatih yang jago memoles pemain muda. Dengan pengalamannya sebagai analis taktik Timnas U-19 Indonesia, asisten pelatih Mitra Kukar, dan pelatih kepala Celebest FC yang ikut membangun klub itu dari nol, ia tidak canggung meramu skema bermaterikan pemain muda, untuk menjadi penjegal tim raksasa.

Contohnya di Piala Presiden 2018. Hanya sekali mereka kalah, yaitu dari Madura United, dan sisanya dapat menahan imbang tuan rumah Persebaya Surabaya 1-1, dan menggilas Perseru Serui 4-2. Namun sayangnya 4 poin yang dikumpulkan gagal membawa PS Tira melaju ke fase gugur.

Meski demikian, cukup banyak pemain muda yang menunjukkan tajinya, dan mayoritas adalah penggawa musim lalu yang semakin matang, seperti Wawan Febrianto dan Ahmad Nufiandani. Itu belum termasuk anggota timnas seperti Manahati Lestusen, dan Abduh Lestaluhu, lalu Andy Setyo yang tidak bermain di Piala Presiden.

Kelebihan dan kelemahan

Pemain muda identik dengan semangat menggebu-gebu, rasa haus gelar, dan energik. Itulah yang menjadi kekuatan utama PS Tira musim ini, terutama dari para penghuni sisi lapangan, bek sayap dan penyerang sayap.

Dengan formasi 4-3-3, penyerang sayap kemungkinan akan diisi Ahmad Nufiandani dan Wawan Febrianto, dua anak muda yang jago dribel dan gemar melakukan cut-inside. Mereka akan ditopang dua gelandang asing dengan akurasi umpan yang sangat baik, yaitu Gustavo Lopez dan Mariano Berriex. Di lini belakang, ada Abduh Lestaluhu yang gemar overlap.

Komposisi ini membuat PS Tira akan sangat berbahaya di sisi sayap. Kehadiran Lopez dan Berriex juga membuat The Army bisa mengatur serangan dengan nyaman, karena keduanya punya kemampuan untuk mendikte permainan. Kemudian untuk tugas merebut bola, bisa diserahkan pada Manahati Lestusen.

Akan tetapi, daya ledak tinggi di sektor sayap ini pula yang menjadi titik lemah PS Tira. Transisi dari menyerang ke bertahan masih butuh banyak perbaikan, karena mengambil contoh di Piala Presiden 2018, cukup banyak gol yang bersarang ke gawang PS Tira karena kegagalan menutup ruang di sisi lapangan.

Saat kalah 1-3 dari Madura United contohnya. Tiga gol Laskar Sapeh Kerrab dicetak lewat skema umpan silang, yang diselesaikan oleh Bayu Gatra, Greg Nwokolo, dan Cristian Gonzales. Ini diperparah dengan buruknya antisipasi umpan tarik dan umpan lambung, seperti pada gol Greg dan Gonzales, juga kualitas kiper yang tidak cukup baik.

Jika tidak segera diperbaiki akan sangat berbahaya bagi PS Tira, karena mayoritas klub-klub Liga 1 mengandalkan sisi sayap sebagai tumpuan serangan. Terlebih, di Asian Games dan Piala AFF nanti kemungkinan PS Tira akan kehilangan tiga pilar lini pertahanan mereka, yaitu Andy Setyo, Abduh Lestaluhu, dan Manahati Lestusen.

Kelemahan lainnya adalah kualitas pemain asing yang belum terbukti. Gustavo Lopez memang pemain hebat pada masanya, tapi sejak hengkang dari Liga Indonesia kariernya meredup karena cedera panjang. Ia bahkan didapat PS Tira karena tidak lolos seleksi di Arema FC.

Kemudian bagi tiga pemain asing lainnya, Kim, Berriex, dan Rakic, ini adalah kali pertama mereka merumput di Liga Indonesia. Jadi, jangan heran jika di awal musim mereka akan melempem karena adaptasi, walau tidak menutup kemungkinan akan langsung bersinar, seperti Peter Odemwingie musim lalu.

Terakhir, PS Tira juga harus berhati-hati menjaga temperamen pemain mereka. Musim lalu Abduh sempat terlibat insiden pemukulan, dan Manahati tertangkap kamera mencekik Marc Klok saat melawan PSM Makassar. Jumlah pelanggaran juga harus dikurangi, karena musim lalu The Army adalah pengoleksi kartu kuning terbanyak.

Player to watch: Manahati Lestusen

PS Tira mengandalkan sisi sayap sebagai tumpuan serangan, tapi mengapa Manahati yang harus mendapat perhatian lebih? Karena dialah mesin penggerak utama dari kesebelasan ini.

Manahati adalah pemain dengan daya jelajah tinggi. Ia akan sangat diandalkan PS Tira untuk menutup lubang-lubang yang ditinggalkan Abduh, Lopez, atau Berriex. Mobilitasnya juga kerap memecah kebuntuan PS Tira, baik dengan membuka ruang, memberi asis, atau mencetak gol. Nilai plus lainnya, Manahati jago mengeksekusi penalti.

Asalkan pemain kelahiran Maluku ini bisa bermain lebih bersih, dan bisa lebih menjaga temperamennya, N’Golo Kante versi Indonesia yang akan didapat PS Tira.

Prediksi: peringkat 9-15

Musim yang baru seharusnya membuat Rudy Eka Priyambada dan PS Tira seharusnya sudah siap dengan segala komposisi yang mereka punya. Terlihat dari kerangka utama tim yang tetap dipertahankan, komposisi tim utama tidak banyak berubah, yang akan membuat para pemain semakin kompak. Efeknya, dapat mendongkrak performa klub, agar musim ini PS Tira dapat meraih hasil yang lebih baik musim lalu, tidak hanya sekadar ganti nama.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.