Cerita

Joaquin Correa yang Sudah Pantas Diikutsertakan Argentina ke Piala Dunia

Wissam Ben Yedder menjadi eksekutor utama kemenangan Sevilla atas Manchester United dengan dua golnya. Steven Nzonzi menjadi dirigen di lini tengah, dan Sergio Rico menjadi benteng tangguh yang susah ditembus para penyerang Setan Merah. Namun, ada satu nama yang juga tampil mengesankan berkat aksi-aksi individunya. Dia adalah Joaquin Correa.

Pemain yang akrab disapa ‘Tucu’ ini melepaskan asis brilian dengan sundulan kepala yang berbuah gol kedua Ben Yedder. Sundulan akurat yang tak mampu dihalau David de Gea tersebut sekaligus membunyikan gong kematian Manchester United di Liga Champions 2017/2018 ini.

Satu setengah bulan sebelumnya, Correa juga membuat salah satu tim besar menangis. Ia mencetak gol di menit-menit akhir pertandingan ke gawang Atletico Madrid ketika Sevilla bertandang ke Stadion Wanda Metropolitano. Kemenangan 2-1 atas tuan rumah pun akhirnya mengantarkan pasukan Vincenzo Montella ke semifinal, dan akhirnya sukses mencapai final Copa del Rey.

Peran pemain sayap asal Argentina ini di skuat utama Sevilla memang semakin penting. Ketika Montella menggantikan Eduardo Berizzo pada akhir Desember 2017, sang pelatih Italia ini menegaskan bahwa ia mengharapkan kontribusi besar dari Correa, yang sebelumnya pernah ia latih di Sampdoria.

Correa lebih diprioritaskan Montella dibandingkan dua nama lain, Franco Vazquez dan Pablo Sarabia. Penampilannya yang lincah cukup berguna untuk membuka ruang di wilayah pertahanan lawan. Ia juga cukup jeli menyelesaikan sendiri peluang yang diperolehnya di depan gawang lawan. Ini terbukti dari delapan gol yang dicetaknya dari 31 pertandingan di semua kompetisi.

Pemain berusia 23 tahun ini memulai kariernya di klub Argentina, Estudiantes. Ia lalu digembleng Sinisa Mihajlovic selama beberapa bulan pertamanya di Eropa bersama Sampdoria. Penamilan mengesankannya selama satu musim di Serie A membuat Sevilla kepincut dan akhirnya merekrutnya.

Meski bergabung dengan pelatih asal Argentina, Jorge Sampaoli, musim pertama Correa di Sevilla tak berjalan mudah. Dia terlalu sering asyik sendiri menari-nari di sektor sayap, padahal para rekan setimnya sudah mendapatkan posisi atau kesempatan yang lebih baik untuk menyerang. Penilaian ini sepertinya masih dibawa Sampaoli setelah pelatih botak ini memegang penuh kendali tim nasional Argentina. Correa sampai saat ini hanya pernah dipanggil tim nasional dalam dua pertandingan pertama Sampaoli sebagai pelatih Argentina.

Meski demikian, penampilan Correa di sepanjang musim 2017/2018 ini terlhat lebih matang.  Ia tampil sangat rileks dan menawan dalam dua laga melawan Manchester United, termasuk mencetak satu asis yang berbuah gol Ben Yedder. Persaingan di lini depan tim nasional Argentina memang ketat, tapi setidaknya Correa sudah pantas dipertimbangkan untuk berangkat ke Piala Dunia 2018.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.