Cerita

Tawa AS Roma, Bahagia Italia

Menerima sodoran manis Kevin Strootman, penyerang andalan AS Roma, Edin Dzeko, berhasil lolos dari jebakan offside guna mencocor bola sekaligus mengoyak jala Shakhtar Donetsk yang dijaga oleh Andriy Pyatov pada menit ke-52.

Gol penyerang berpaspor Bosnia-Herzegovina itu sendiri menjadi satu-satunya yang tercipta pada laga 16 besar leg kedua di Stadion Olimpico antara Roma dan Shakhtar dini hari tadi (14/3). Berbekal kemenangan minimalis tersebut, I Giallorossi pun melenggang mulus ke fase perempat-final Liga Champions 2017/2018 dengan modal agresivitas gol tandang kendati agregat sama kuat 2-2.

Lolosnya Dzeko dan kawan-kawan ke babak selanjutnya tentu menyenangkan hati tifosi setia mereka, Romanisti. Terlebih, langkah mereka di Serie A musim ini agak inkonsisten kendati masih bercokol di peringkat tiga klasemen sementara.

Usut punya usut, keberhasilan ini juga laju terjauh mereka di kompetisi antarklub nomor wahid Eropa itu sejak satu dekade silam alias musim 2007/2008.

Selepas musim 2007/2008, Roma yang konsisten tampil di Liga Champions maupun Liga Europa, hanya sanggup bertahan sampai babak 16 besar di sepasang kompetisi tersebut. Bahkan di musim 2012/2013 dan 2013/2014, mereka tidak bertempur sama sekali di Benua Biru.

Selain mendatangkan suka cita bagi Roma dan para pendukungnya, anak asuh Eusebio Di Francesco juga membuat Italia merasa bahagia. Hal ini terjadi karena untuk kali pertama sejak musim 2006/2007, Negeri Spaghetti memiliki lebih dari satu utusan pada fase perempat-final. Uniknya, di akhir musim tersebut, satu dari dua wakil Italia yakni AC Milan, sukses membawa pulang trofi juara. Akankah terjadi déjà vu pada musim ini? Tidak ada yang mustahil.

Banyaknya klub Italia yang melaju jauh di kompetisi Eropa tentu ikut mendongkrak koefisien Serie A yang dalam beberapa musim pamungkas acapkali dikalahkan oleh Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, dan Liga Primer Inggris (meski per musim 2018/2019 asosiasi sepak bola Eropa (UEFA) memberi jatah untuk liga yang bertengger di empat besar koefisien UEFA buat meloloskan empat kesebelasan sekaligus ke Liga Champions).

Selama ini, langkah mayoritas tim asal Italia di Liga Champions dan Liga Europa terbilang masih angin-anginan dan kerap gugur lebih cepat. Jika problem seperti ini terus berlangsung, Negeri Spaghetti bisa saja langsung anjlok serta keluar dari posisi empat besar karena wakil Bundesliga, La Liga, dan Liga Primer selalu konsisten dan sanggup bertahan lebih lama di ajang regional.

Di sisi lain, tim-tim yang berasal dari Ligue 1 Prancis dan Liga Primer Rusia (keduanya menempati posisi lima dan enam koefisien UEFA) juga terus menggeliat serta bermain apik guna meraih titel juara di Benua Biru, khususnya di Liga Europa, sehingga peluang untuk menyodok ke empat besar koefisien UEFA terus terbuka.

Agak berbeda dengan wakil Italia lain yang lolos ke perempat-final Liga Champions, Juventus, perjalanan apik Roma di Liga Champions 2017/2018 sulit lepas dari skeptisme sejumlah pihak.

Banyak yang menganggap jika suksesnya anak asuh Eusebio Di Francesco mengangkangi Shaktar di babak 16 besar lantaran kualitas masing-masing tim nyaris setara. Maknanya, Roma memiliki peluang cukup besar untuk menumbangkan wakil Ukraina tersebut. Andaikata gagal sekalipun, I Giallorossi tak perlu malu.

Saat mengejutkan khalayak dengan keluar sebagai juara Grup C di babak penyisihan lalu, finis di atas dua kesebelasan yang lebih diunggulkan yaitu Atletico Madrid dan Chelsea, I Giallorossi pun dianggap mujur belaka oleh sebagian pengamat.

Pasalnya, dua pesaing utama mereka itu malah tampil bak yoyo selama babak penyisihan. Lebih jauh, rekor pertemuan mereka dengan Los Colchoneros dan The Blues juga kurang mengilap.

Dari empat laga, klub yang berdiri pada 7 Juni 1927 ini memetik satu kemenangan, dua kali imbang, plus satu pil pahit berupa kekalahan. Artinya, Dzeko dan kolega ‘cuma’ mengemas lima angka dari pertempuran-pertempuran berat tersebut. Status kampiun grup yang mereka sandang pun ‘hanya’ berasal dari keunggulan head-to-head dari Chelsea lantaran koleksi poin keduanya sama.

Namun apa yang sudah diperbuat Roma sejauh ini merupakan justifikasi nyata bahwa sesungguhnya, mereka punya kualitas mumpuni untuk berbicara banyak di pentas Eropa.

Hal ini berarti siapapun calon lawan I Giallorossi di perempat-final mendatang, klub sekelas Manchester City ataupun Real Madrid, wajib berhati-hati. Tetap memandang remeh pasukan Serigala Ibu Kota justru bisa menghadirkan petaka yang akan disesali selama-lamanya.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional