“Tes doping takkan dilaksanakan hanya pada saat para pemain mengikuti sebuah kejuaraan bersama klub atau negaranya, tapi kapanpun dan di manapun (secara acak), termasuk saat mereka sedang menjalani latihan”, terang Datuk Windsor Paul John seperti dikutip via newstraitstimes.
Datuk Windsor Paul John adalah pria berkebangsaan Malaysia yang saat ini menduduki jabatan Sekretaris Jenderal induk organisasi sepak bola Asia (AFC). Apa yang dituturkan oleh lelaki berkepala plontos tersebut merupakan salah satu upaya yang bakal ditempuh AFC untuk menghentikan penggunaan doping di kalangan pesepak bola profesional di Benua Kuning.
Seiring berjalannya waktu, pihak AFC memiliki kekhawatiran yang makin besar terkait kasus doping. Terlebih, beberapa waktu lalu ada seorang pemain belia Malaysia, Ahmad Syihan Hazmi, yang terbukti menggunakan doping berupa metabolite methandienone, ketika mentas bersama tim nasional Malaysia U-23 di ajang Piala AFC U-23 2018 bulan Januari lalu.
Akibat peristiwa tersebut, Hazmi dihukum oleh AFC dengan larangan bermain sepak bola di level apapun selama dua bulan.
Peringatan yang telah dipaparkan Sekjan AFC itu sendiri bisa menjadi alarm nyata bagi para pesepak bola Indonesia karena hal ini menyasar ke seluruh negara anggota AFC.
Pasalnya, federasi sepak bola Asia itu telah mendapat izin dari Agensi Anti-Doping Dunia (WADA) untuk melakukan tes doping di luar sebuah kejuaraan atau turnamen (utamanya yang diselenggarakan mereka) tertentu guna memberantas kasus penggunaan doping oleh para pesepak bola.
Artinya, pihak AFC bisa datang kapan saja dengan tujuan mana saja guna memilih pemain yang untuk melakukan tes doping, baik saat pemain tersebut turun di Liga 1 (andai sudah digelar) atau bahkan seusai menjalani latihan bersama klub atau timnas. Hal ini bermakna bahwa para pesepak bola di Indonesia harus siap jalani tes doping di waktu-waktu yang tidak terduga.
Selama ini, penggunaan doping memang cukup marak dilakukan oleh atlet, termasuk di bidang sepak bola, guna meningkatkan performa mereka. Misalnya saja mengonsumsi zat-zat terlarang tertentu yang membuat kondisi fisiknya lebih kuat dan punya daya tahan lebih tinggi.
Berkaca dari situasi macam itu, Sekjen AFC itu juga tak henti-hentinya mengimbau kepada para pesepak bola supaya lebih selektif dalam mengonsumsi obat-obatan tertentu, contohnya pada saat mereka dirundung cedera atau sakit.
“Pemain sepak bola profesional mesti berdiskusi dengan staf medis tim (baik klub ataupun timnas) sebelum mengonsumsi obat guna memulihkan diri dari sakit maupun cedera. Hal ini patut dilakukan sebagai langkah antisipasi dari penggunaan zat-zat terlarang seperti doping yang justru membuat mereka bisa dikenai sanksi oleh AFC”.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional