Eropa Champions League

Rentetan Kartu Merah Marco Verratti di Liga Champions Eropa yang Menyulitkan PSG

Berkaca pada penampilannya di lapangan, Marco Verratti adalah pesepak bola yang berbakat. Masih berumur 25 tahun, ia sudah mampu menjadi jenderal lapangan tengah di klub seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan timnas Italia. Ia pun disebut sebagai penerus dari maestro legendaris Italia, Andrea Pirlo. Pujian juga diberikan oleh playmaker legendaris Spanyol, Andres Iniesta, yang menyebut Verratti sebagai penerusnya di Barcelona.

Ya, permainan Verratti memang memanjakan mata. Tubuhnya memang tergolong mini untuk ukuran pesepak bola, namun ia memiliki jangkauan operan yang luar biasa. Selain itu, visi bermainnya juga di atas rata-rata. Kemampuan mengopernya memang tak perlu dipertanyakan, namun ia juga mahir dalam melakukan dribel penetrasi, serta ia juga dapat diandalkan ketika diminta untuk bertahan. Singkatnya, Verratti adalah gelandang yang komplet.

Namun, tentu saja tak ada manusia yang sempurna. Verratti juga memiliki beberapa kelemahan dalam permainan sepak bolanya. Salah satunya adalah masalah kedisiplinan di lapangan. Verratti adalah pemain yang tergolong keras dengan kepala yang panas. Tak jarang ia terlibat konflik dengan lawan, atau bahkan wasit ketika tengah merumput. Sayangnya, kelemahannya yang satu ini seringkali merugikan klubnya, terlebih di ajang akbar seperti Liga Champions.

Di pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions yang PSG jalani, mereka harus kembali menelan kekalahan dari raksasa La Liga, Real Madrid. PSG, yang harus membalikkan ketertinggalan 3-1 di leg pertama, justru kembali takluk dengan skor 2-1 di kandang sendiri. Salah satu faktor utama kekalahan Les Parisiens adalah mereka harus bermain dengan 10 orang setelah Verratti diusir oleh wasit di babak kedua.

Sejak awal laga, pertandingan memang berjalan dengan cukup keras. Casemiro, gelandang bertahan Madrid, menjadi lawan yang berhasil membuat frustrasi Verratti. Gelandang asal Brasil ini berhasil menjadi aktor dikartu kuningnya Verratti di menit 20 setelah ia menerima tekel yang cukup keras dari mantan pemain Pescara itu.

Memasuki babak kedua, Verratti tampak terlihat beberapa kali mencari masalah. Akhirnya, di menit 66, wasit Felix Brych memberinya kartu merah akibat protes berlebihan yang tak perlu. Kala itu, ia merasa dilanggar oleh Lucas Vazquez, namun wasit tak mengindahkannya. Verratti lalu bangkit dan memberikan protes keras yang tak bisa ditoleransi oleh Brych.

Bukan hanya sekali pertandingan di Liga Champions tak bisa dikendalikan oleh Verratti. Dilansir dari Opta, empat kartu merah terakhir yang didapat PSG di Liga Champions, tiga di antaranya didapatkan oleh Verratti. Selain kartu merah melawan Madrid subuh tadi, ia juga pernah mendapatkan kartu merah di Liga Champions musim 2013/2014 lalu di pertandingan fase grup melawan Olympiakos, serta di musim 2016/2017 lalu di pertandingan fase grup melawan Arsenal.

Kartu merah yang ia terima tentu menjadi pembeda bagi hasil akhir yang didapatkan oleh PSG. Di ajang seperti Liga Champions, protes-protes berlebihan yang merugikan tentunya tak boleh dilakukan, dan seorang pemain kelas dunia harus menyadari itu. Verratti tentunya menyadari pengaruhnya bagi tim, dan apabila ia tak segera membenahi masalah kedisiplinannya, PSG bisa jadi tak akan melangkah lebih jauh di Eropa selama ia masih menjadi pilihan utama di tim.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket