“Perdona, tiene entradas?”
Remaja itu bukan orang pertama yang menanyakan kepada saya apakah saya punya tiket lebih. Atau mungkin dia mengira saya calo tiket, entahlah. Saya hanya menggelengkan kepala dan anak itu segera melangkah pergi. Beberapa detik kemudian, saya melihatnya sedang bertanya kepada orang lain. Mungkin menanyakan ketersediaan tiket juga.
Remaja itu mungkin baru berusia sekitar empat belas atau lima belas tahun. Ini menggambarkan betapa antusiasnya berbagai kalangan dari usia yang berbeda-beda untuk menyaksikan laga kandang Barcelona melawan Atletico. Remaja tadi kemungkinan besar termasuk orang-orang yang kalah cepat membeli tiket pertandingan penting ini. Tiket pertandingan di kanal resmi seperti situsweb FC Barcelona dan loket di stadion Camp Nou sudah ludes terjualdua hari sebelum pertandingan.
Barcelona melawan Atletico memang bukan El Clasico. Namun, sejak musim 2013/2014, Apelatih Diego Simeone menyulap laga timnya melawan Barca menjadi selevel El Clasico. Sejak Atleti memenangkan gelar juara La Liga di pertandingan terakhir musim 2013/2014 di Camp Nou, rumah megah Blaugrana, kebencian para Cules kepada Atleti meningkat. Jurnalis Euan McTear menuliskan laga bersejarah Los Colchoneros dalam bukunya berjudul ‘Hijacking La Liga’ (Membajak La Liga).
Ya, jika sekarang ada klub yang bisa ‘membajak’ gelar juara La Liga dari tangan Barcelona dan Real Madrid, itu adalah Atletico Madrid! Pada musim 2017/2018 ini, pasukan Simeone akan mampu melakukannya jika unggul di laga pekan ke-27 di Camp Nou. Atleti hanya terpaut lima poin dari Barca yang menduduki posisi puncak. Saking pentingnya laga ini, Presiden Atleti, Enrique Cerezo, pembalap MotoGP Marc Marquez hingga eks pemain Barca Javier Saviola hadir langsung di stadion.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, saya sudah berada di dalam tribun stadion. Line-up menunjukkan bahwa pelatih Ernesto Valverde memasang Philippe Coutinho. Pemain baru asal Brazil itu akan mengisi satu dari tiga posisi di lini depan bersama Lionel Messi dan Luis Suarez. Sedangkan Simeone mengandalkan duet Antoine Griezmann dan Diego Costa di lini depan. Khusus Griezmann, media-media setempat sudah seminggu terakhir menjual laga ini dengan menyandingkan foto pemain Prancis ini dengan Messi. Griezmann memang sedang berada dalam performa luar biasa, mencetak tujuh gol dalam dua pertandingan terakhir.
Selama babak pertama Griezmann terlihat kesulitan mengembangkan permainan. Namun, ini bukan salah sang striker. Seluruh gelandang Atleti tampak kewalahan mengimbangi trio Ivan Rakitic – Sergio Busquets – Andres Iniesta. Setelah Iniesta ditarik keluar digantikan Andre Gomes, barulah Gabi Fernandez dan Thomas Partey sesekali melepas operan yang membuat kedua pemain sayap, Saul Niguez dan Koke Resurreccion, melakukan pergerakan-pergerakan berbahaya.
Secara keseluruhan, Atleti bertahan dengan baik. Namun, penjaga gawang Jan Oblak yang baru kebobolan sebelas kali sepanjang musim ini akhirnya takluk juga oleh tendangan bebas maut Messi. Gol tersebut dicetak sang maestro Argentina pada menit ke-26. Ini merupakan gol tendangan bebas ketiga Messi dalam tiga pertandingan terakhir. Skor 1-0 menjadi kesimpulan babak pertama.
Barulah pada babak kedua, Atleti mulai keluar menyerang. Simeone memasukkan Angel Correa dan Kevin Gameiro untuk menambah greget barisan penyerang. Pelatih Argentina itu sepertinya sadar, kesempatan terbaik untuk menjaga peluang juara La Liga adalah meraup poin di pertandingan ini.
Keputusan Simeone bukan tanpa risiko. Lini belakang Atleti semakin mudah ditembus. Luis Suarez sempat mencetak gol tapi lebih dulu terperangkap offside. Tembakan Sergio Busquets harus dihalau oleh point-blank save Oblak. Namun, Atleti juga mencetak gol melalui Kevin Gameiro, tapi juga terperangkap offside.
Gol tendangan bebas Messi akhirnya menjadi satu-satunya gol di pertandingan ketat ini. Begitu peluit akhir dibunyikan, seisi stadion Camp Nou seperti meledak. Lebih dari 90-ribu penonton menyadari bahwa peluang terbesar untuk memenangi gelar La Liga kini berada di tangan Barcelona, karena selisih kedua kubu kembali melebar menjadi delapan poin.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.