Sudah tiga pekan Liga Thailand berjalan, di tiga pertandingan itu pula Sylvano Comvalius gagal menunjukkan tajinya. Sampai saat ini belum satupun gol yang dicetak Comvalius di Suphanburi FC, padahal selalu dimainkan sejak menit pertama dan hampir selalu bermain penuh.
Di laga debutnya, Comvalius gagal mendulang gol yang berujung hasil imbang 0-0 di kandang Chainat Hornbill FC, lalu minggu depannya saat menjamu Nakhonratchasima Mazda FC, eks pemain Dynamo Dresden ini juga gagal menceploskan bola ke gawang lawan. Beruntung bagi Suphanburi, saat itu Wasan Homsan yang jadi pahlawan lewat gol tunggalnya.
Kemudian di laga ketiganya tadi malam (25/2), Comvalius kembali gagal mencatatkan namanya di papan skor, dan Suphanburi pun kembali gagal menang. Kali ini imbang 2-2 di kandang True Bangkok United, sesama klub papan tengah. Comvalius tidak bermain penuh saat itu, sebab ia digantikan penyerang lainnya, Sirimongkhon Jitbanjong, tiga menit jelang bubaran.
Mandulnya Comvalius di Suphanburi membuat klub berjuluk The War Elephant tumpul di lini depan. Padahal, Suphanburi termasuk klub Liga Thailand yang memiliki tradisi penyerang tajam. Mereka pernah diperkuat Pipat Thonkanya yang mencuat di Piala AFF 2007, Dragan Bošković yang musim lalu jadi top skor Liga Thailand, dan Sergio van Dijk pada tahun 2015, yang turut membantu Suphanburi finis di peringkat ketiga.
Posisi Suphanburi di klasemen sementara pun masih berkutat di lini tengah, tepatnya di peringkat 7 dengan 4 poin. Terpaut 5 angka dengan klub Terens Puhiri, Port FC, yang masih kokoh di posisi puncak dengan poin sempurna. Sebuah jalan terjal bagi Suphanburi, yang dalam dua musim terakhir selalu finis di papan tengah, dan musim ini coba kembali merengkuh kejayaan seperti di tahun 2012-2015.
Meski demikian, bukan berarti kalau Comvalius di Suphanburi adalah pembelian gagal. Di Bali United musim lalu ia juga sempat seret gol di awal musim, sebelum meledak jelang paruh kompetisi. Bahkan Comvalius pada akhirnya menorehkan 37 gol yang merupakan rekor terbanyak di Liga Indonesia, mengalahkan rekor 22 tahun milik Peri Sandria.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.