Pada musim dingin 2008, AC Milan, Ajax Amsterdam, Chelsea, Internazionale Milano dan Juventus berlomba-lomba untuk mengamankan tanda tangan seorang penggawa asal Serbia yang merumput di Liga Primer Rusia bersama Lokomotiv Moskow, Branislav Ivanovic.
Kendati namanya saat itu belum kelewat populer, tapi kemampuannya dinilai sangat mumpuni oleh lima kesebelasan yang mengincarnya itu. Usai melewati proses negosiasi yang panjang, Chelsea berhasil ‘memenangi’ duel tersebut. Pihak Lokomotiv menerima tawaran The Blues senilai 9 juta paun, konon sebuah rekor penjualan bagi klub yang berkandang di Stadion RZD Arena itu.
Namun awal karier Ivanovic di Stadion Stamford Bridge tak serta merta berjalan mulus. Avram Grant, gaffer Chelsea saat itu menepikannya dari skuat utama. Keputusan itu terpaksa diambil karena Ivanovic gagal memberi impresi yang dibutuhkan sang pelatih tatkala menjalani sesi latihan. Pasalnya, ketika direkrut oleh The Blues dari Lokomotiv, Ivanovic sedang menjalani libur kompetisi.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, kalender pertandingan pada Liga Primer Rusia memang berbeda dengan mayoritas kompetisi di Eropa yang selama musim dingin hanya libur selama satu sampai tiga pekan.
Di Negeri Beruang Merah itu, kompetisi digulirkan selama Maret-November saja sampai akhirnya per musim 2012/2013 lalu diubah menjadi Juli-Mei. Namun dengan catatan bahwa libur kompetisi selama musim dingin (Desember-Februari) tetap diberlakukan.
Momen debut Ivanovic guna memakai seragam biru Chelsea baru terwujud di musim kompetisi 2008/2009 saat Luiz Felipe Scolari duduk sebagai manajer anyar. Walau begitu, Ivanovic belum menjadi andalan pria asal Brasil tersebut.
Sialnya, ketika Scolari didepak pada pertengahan musim dan digantikan oleh Guus Hiddink sebagai pelatih interim, peruntungan Ivanovic di London Barat masih tergolong suram. Ia juga jarang dimainkan oleh sang meneer meski di setiap momen turun ke lapangan, Ivanovic tampil cukup gemilang.
Satu setengah musim perdana yang berjalan kurang mulus membuat gosip kepergiannya terus menyeruak ke permukaan. Tapi masuknya Carlo Ancelotti sebagai pelatih baru The Blues di musim 2009/2010, mengubah takdir kapten tim nasional Serbia itu.
Bersama Ancelotti, Ivanovic senantiasa diandalkan sebagai tembok di barisan belakang. Kemampuannya yang dapat mengisi pos bek kanan dan bek tengah bikin sang pelatih memiliki opsi alternatif dalam menyusun strategi.
Kepercayaan yang diberikan Ancelotti sanggup dijawab secara paripurna oleh Ivanovic. Di sepanjang musim itu, ia berperan besar atas tiga trofi yaitu Liga Primer Inggris, Piala FA, dan Community Shield, yang berhasil dibungkus Chelsea.
Pada musim-musim selanjutnya, meski pergantian pelatih di tubuh Chelsea juga terus terjadi (Ivanovic sempat mencicipi ramuan taktik dari Andre Villas-Boas, Roberto Di Matteo, Rafael Benitez, Jose Mourinho, Hiddink lagi, dan Antonio Conte), namanya begitu sulit digeser sebagai salah satu pemain yang mengisi slot di jantung pertahanan.
Mantapnya, di momen-momen itu pula Ivanovic sukses menggamit berbagai trofi lainnya, masing-masing berupa dua gelar Liga Primer Inggris dan Piala FA serta satu buah Piala Liga, Liga Champions dan Liga Europa. Secara keseluruhan, Ivanovic membela Chelsea selama sembilan musim dan merumput di 377 pertandingan, mengemas 34 gol dan 34 asis di semua ajang.
Akan tetapi, jargon bahwa di setiap pertemuan pasti menghasilkan perpisahan akhirnya berlaku juga untuk Ivanovic. Pada bursa transfer musim dingin 2017 kemarin, ia sepakat untuk balik kucing ke Liga Primer Rusia setelah dipinang oleh Zenit St. Petersburg tanpa uang sepeser pun.
Kendati sudah cukup veteran tapi kemampuan dan pengalaman Ivanovic dirasa berharga oleh manajemen Zenit. Bareng Mircea Lucescu sebagai pelatih di musim kemarin, pemain yang sekarang merayakan hari jadinya ke-34 ini gagal mempersembahkan trofi apapun bagi Sine–Belo–Golubye.
Namun hasratnya untuk menggondol trofi juara kembali menggelegak begitu rezim Roberto Mancini dimulai di Stadion Krestovsky per Juni 2017 kemarin. Sampai tulisan ini dibuat, Zenit masih menyimpan peluang untuk beroleh dua titel.
Di kancah Liga Primer Rusia, Sine–Belo–Golubye masih nangkring di peringkat dua klasemen sementara dan hanya tertinggal delapan angka dari sang pemuncak, Lokomotiv.
Sedangkan pada ajang Liga Europa, Zenit masih bertempur di fase 32 besar dan akan menjamu Celtic FC (Skotlandia) di kandang sendiri pada Jumat dini hari (23/2) mendatang walau tengah ketinggalan agregat 0-1 dari The Bhoys.
Tampil baik dan membantu Zenit meraih trofi bakal membuat curriculum vitae Ivanovic sebagai pesepak bola profesional semakin mentereng. Tak sampai di situ, keberhasilan mengantar klub yang ia perkuat sekarang pasti memberi dorongan ekstra kepada Ivanovic yang di musim panas nanti akan memperkuat timnas Serbia pada turnamen sepak bola antarnegara paling megah, Piala Dunia 2018.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional