Lupakan sejenak debut memalukan Bali United di Piala AFC 2018 yang berupa kekalahan 1-3 dari Yangon United, karena kali ini Football Tribe Indonesia akan mengajak kalian menyusuri lorong waktu, untuk mengingat kembali kali terakhir tim asal Myanmar itu berkunjung ke Indonesia.
Bertarung di babak 16 besar Piala AFC 2014, Persipura berstatus sebagai juara Grup E dengan 11 poin, unggul satu poin dari Churchill Brother (India) dan Home United (Singapura), dengan torehan sembilan gol yang lima diantaranya dicetak ke gawang tim juru kunci, New Radiant (Maladewa).
Sementara itu, Yangon United datang ke Stadion Mandala Jayapura dengan status peringkat kedua Grup G dengan koleksi 9 poin, terpaut 7 poin dari Vissai Ninh Bình (Vietnam) yang memuncaki klasemen. Perjalanan Yangon United di fase grup memang berat. Meski pada akhirnya lolos, tapi gawang mereka kebobolan 17 kali dari 6 laga, yang tertinggi diantara semua peserta babak 16 besar.
Buruknya pertahanan Yangon United ternyata tak berubah saat bersua Persipura pada 13 Mei 2014. Pertandingan baru berjalan dua menit saja gawang mereka sudah bobol lewat sontekan Boakay Eddie Foday, yang berhasil meloloskan diri dari jebakan offside saat menerima bola lambung dari lini kedua.
Tak butuh waktu lama bagi Persipura untuk menggandakan keunggulan. Delapan menit berselang, Yustinus Pae yang melakukan overlap mengubah papan skor menjadi 2-0, usai melanjutkan sodoran Ian Kabes dengan tendangan keras kaki kiri ke pojok atas gawang Yangon United.
Tertinggal dua gol, kampiun Liga Myanmar 2013 itu langsung menaikkan intensitas serangan. Sebaliknya, Persipura yang merasa sudah aman dengan unggul dua gol cepat sedikit mengendurkan tekanan. Sebuah perubahan strategi dari Persipura yang sempat menjadi momentum kebangkitan Yangon United.
Hanya dalam tempo lima menit Yangon United menyamakan kedudukan. César Augusto Hermenegildo jadi pencetak gol pertama tim tamu di menit ke-16 memanfaatkan kemelut di depan gawang Mutiara Hitam, dan lima menit berselang Persipura menjadi ketar-ketir setelah tendangan jarak jauh pemain muda berusia 21 tahun yang sekarang bermain di Chiangrai United, Kyaw Ko Ko, meluncur mulus ke gawang Yoo Jae-hoon.
Meski saat itu angin berbalik memihak Yangon United, tapi Persipura yang berisikan salah satu generasi emas mereka sepanjang masa, bermain jauh lebih baik dari tamunya. Terlihat dari dua gol Persipura selanjutnya, yang terjadi akibat kelengahan Yangon United karena terus menerus digempur tuan rumah.
Di menit ke-23, Boakay Eddie Foday mencetak gol keduanya di laga itu lewat tendangan melengkung yang mengecoh kiper Yangon United, karena mengira bola mengenai kaki pemain Persipura dan offside. Namun dari tayangan ulang terlihat jelas bola sepakan pemain asal Liberia itu meluncur mulus tanpa mengenai apapun di jalur lintasannya.
Lima menit berselang bisa dibilang adalah awal dari kehancuran Yangon United. Kesalahan kiper Yangon United menghalau bola mengakibatkan Titus Bonai lolos tanpa penjagaan di kotak penalti. Ia kemudian melakukan tendangan chip untuk mengecoh bek lawan di depannya, yang digagalkan pemain tersebut secara ilegal.
Bola ditahannya dengan tangan, yang berbuah kartu merah langsung sekaligus hadiah penalti bagi Persipura. Ian Kabes yang maju sebagai algojo tak membuang kesempatan emas itu dan membawa Persipura kembali unggul, kali ini dengan skor 4-2.
Bermain dengan 10 orang membuat Yangon United tak berdaya di hadapan Persipura. Empat menit jelang turun minum Boakay Eddie Foday mencatatkan hat-trick sore itu memanfaatkan sodoran manis dari Titus Bonai, dan dua menit kemudian menambah gol lagi melalui bola tap-in hasil umpan tarik dari Ruben Sanadi.
Babak pertama berakhir dengan skor 6-2 untuk Persipura, dan pemain Yangon United terlihat sangat kesal sekaligus putus asa. Sore yang sangat berat di Jayapura bagi sang jawara Liga Myanmar.
Di babak kedua alur cerita tak banyak berubah. Persipura masih tetap mendominasi jalannya laga meski bermain lebih santai. Sebaliknya, Yangon United yang sudah tidak memiliki harapan hanya mencoba tidak kebobolan lagi. Namun sayangnya, upaya mereka tidak banyak membuahkan hasil.
Ian Kabes mencetak gol keduanya sore itu dengan tendangan placing dari luar kotak penalti di menit ke-53, dan empat menit kemudian giliran Titus Bonai yang berselebrasi setelah tendangan geledeknya dari kaki kiri menjadi gol kedelapan Persipura.
Pesta Persipura kemudian ditutup dengan kombinasi satu-dua antara Boakay Eddie Foday dan Titus Bonai, yang diakhiri dengan lesatan mulus dari kaki kiri pemain yang disebut pertama. Skor akhir, Persipura Jayapura 9-2 Yangon United. Hasil akhir yang menjadi rekor gol terbanyak di satu pertandingan fase gugur Piala AFC.
Hebatnya Persipura, pesta gol mereka tidak terhenti di laga itu saja. Di babak perempat-final mereka kembali mengulang kisah serupa, dengan melumat Al-Kuwait lewat agregat 8-4. Sempat kalah 2-3 di kandang lawan, tim asuhan Jackesn F. Tiago kemudian membalikkan keadaan dengan menang 6-1 di Stadion Mandala Jayapura.
Dengan segenap euforia itu, Persipura pun menatap laga semifinal kontra Al-Qadsia dengan penuh optimisme. Namun sayang, perjalanan Persipura ditakdirkan untuk terhenti di babak ini. Pada leg pertama di Kuwait mereka kalah 2-4, dan di leg kedua Mutiara Hitam justru dibabat enam gol tanpa balas, padahal diharapkan dapat kembali berpesta gol, memanfaatkan modal dua gol tandang.
Al-Qadsia sendiri kemudian keluar menjadi juara Piala AFC 2014, setelah mengalahkan wakil Irak, Erbil SC, melalui adu penalti setelah imbang tanpa gol di waktu normal.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.