Suara Pembaca

Penyerang Kampung Itu Bernama Musikan

Siapa yang tidak tahu tim berjuluk “Macan Putih” Persik Kediri? Juara dua kali Liga Indonesia edisi 2003 dan 2006 ini cukup menarik untuk dibahas. Bak di negeri dongeng, kala itu, Persik langsung menyabet gelar juara di tahun pertamanya di kasta tertinggi Liga Indonesia setelah promosi dari Divisi Utama.

Tapi saya tidak menulis tentang itu, saya akan membahas tentang sosok penyerang lokal Kediri yang namanya tenar setelah menjadi pemain terbaik Liga Indonesia di tahun yang sama sekaligus gagal menunjukkan tajinya di level timnas Indonesia.

Sosok itu adalah Musikan. Penyerang bertubuh bongsor ini akan mengingatkan Anda di era Liga Indonesia lama. Mungkin penonton layar kaca sekarang tak banyak mengenal pemain asli Kediri ini, sebab Musikan memang tak begitu populer seperti Ilham Jayakesuma dan Bambang Pamungkas, bahkan mungkin Budi Sudarsono sekalipun.

Tetapi, masyarakat Kediri menganggap Musikan bak pahlawan lokal yang begitu agung, bersama tandemnya sang penyerang asing, Bob Manuel. Duet Musikan-Bob di Liga Indonesia tahun 2003 menjadi ancaman besar bagi para pemain belakang lawan. Dari 72 gol yang dicetak Persik kala itu, 69 persen di antaranya dicetak oleh duet penyerang Musikan-Bob yang pada akhirnya membawa Macan Putih duduk di singgasana tertinggi Liga Indonesia.

Musikan juga menyabet gelar pemain terbaik Liga Indonesia tahun 2003 dengan mencetak 21 gol. Nama-nama sekaliber Oscar Aravena, Cristian Gonzales, dan Ilham Jayakesuma disingkirkannya di penghargaan itu. Momen yang paling diingat adalah ketika bertanding melawan PSM Makassar, Persik menang dengan skor 3-2 sekaligus untuk mengunci gelar juara. Tiga gol kemenangan Persik kala itu secara sensasional dicetak Musikan. Setelah gelar juaranya di tahun 2003, Musikan terus menjadi andalan Persik Kediri untuk mengarungi Liga Indonesia sampai kembali menjadi juara di tahun 2006, dengan skuat yang lebih mentereng.

Namun, beberapa tahun setelahnya Musikan seperti hilang ditelan bumi. Ia hanya mampu mencetak 10 gol saja, dan hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Musikan kalah bersaing dengan Cristian Gonzales, juru gedor anyar Persik yang didatangkan dari PSM Makassar, klub yang menjadi pesaing utama Persik di tahun 2003.

Gagal masuk timnas

Namun, menyandang status sebagai pemain terbaik Liga Indonesia bukan berarti nasibnya untuk membela negara di level internasional berjalan mulus. Musikan tidak dipanggil timnas asuhan Peter withe untuk ikut ajang Piala Tiger 2004. Padahal, Musikan adalah sosok penyerang lokal yg mampu bersaing dengan penyerang asing di Liga Indonesia pada era 2000-an awal.

Seperti kita tahu, di tahun itu timnas Indonesia mampu mencapai final walaupun akhirnya kita kalah dari Singapura. Di turnamen bergengsi untuk negara-negara Asia Tenggara itu, duet Ilham Jayakesuma dan pemuda ajaib dari timur Indonesia bernama Boaz Salossa menjadi andalan timnas Indonesia, dan itu juga faktor utama kenapa nama Musikan harus tersingkir.

Dalam beberapa kesempatan ketika di wawancarai oleh beberapa media, Musikan terkesan santai menanggapi hal semacam itu. Menurutnya, semua rezeki sudah ada yang mengatur. Apa yg menjadi keputusan Peter Withe yang tidak memanggilnya untuk membela timnas tidak sekalipun ia sesali. Menurutnya, mungkin karena Persik Kediri hanya tim kecil dari daerah pelosok yang tidak mendapat banyak atensi.

Kini setelah ia memutuskan gantung sepatu, Pemkot Kediri telah mengangkatnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena prestasinya yang mengharumkan Kediri di kancah sepak bola Tanah Air.

Mungkin ia berasal dari kota kecil, penyerang yang lahir dari kampung, namun berhasil membawa Kediri berada di jajaran kota elite di Indonesia yang pernah disinggahi trofi bergengsi Liga Indonesia. Terima kasih, Musikan!

Author: Rochmat Faisal