Turun Minum Serba-Serbi

Deretan Gestur Tangan Kontroversial yang Terjadi di Lapangan Hijau

Dalam pertandingan sepak bola, seringkali para pemain menghadapi situasi yang benar-benar menguji emosi mereka. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari hinaan yang dilontarkan suporter lawan, keputusan wasit yang tak memuaskan, berselisih dengan lawan, bahkan yang teraneh, saat mereka mencetak gol. Namun yang parah adalah saat mereka tak mampu mengontrolnya. Bila sudah begitu, maka hal negatif pasti akan muncul dan terlampiaskan di lapangan.

Cara melampiaskan emosi yang tak terkontrol tersebut pun beragam. Salah satunya adalah dengan menggunakan gestur tangan untuk menyampaikan sebuah pesan. Sayangnya, beberapa gestur tangan tersebut memiliki arti negatif, seperti tak menunjukkan rasa hormat, fitnah, mengandung pesan politik, hingga rasisme. Akibatnya, sikap para pemain ini menimbulkan kontroversi. Tak jarang mereka harus menerima hukuman akibat sikap mereka tersebut.

Berikut ini adalah contoh-contoh gestur negatif yang mengundang banyak perdebatan tersebut:

Clapping

Gestur bertepuk tangan ini biasanya ditujukan ke wasit sebagai bentuk sarkastik atas keputusan yang dianggap tidak tepat. Untuk yang satu ini, beberapa pemain bisa lolos hukuman, tapi ada juga yang dihukum berat. Contohnya Paul Pogba saat Manchester United melawan Arsenal pada Desember 2017, yang dikartu merah dan dapat 3 kali larangan bermain.

Roman salute

Gestur yang lebih dikenal dengan sebutan ‘salam Nazi’ ini pernah dilakukan oleh mantan pemain kawakan Italia, Paolo Di Canio pada tahun 2005. Di Canio melakukannya kala melawan AS Roma dan Livorno, dua klub yang basis suporternya dianggap menganut politik sayap kiri. Akibatnya, ia menerima hukuman larangan bermain sebanyak satu pertandingan dan denda 7 ribu euro.

Handcuffed

Gestur menyilangkan tangan seperti sedang diborgol (handcuffed) ini merupakan bentuk protes mengarah ke penghinaan pada wasit, dengan menuduh mereka terlibat dalam pengaturan pertandingan (match fixing). Fabrizio Cacciatore pernah melakukannya di Januari 2018, saat Chievo Verona bersua Juventus. Dia langsung dihukum kartu merah.

Middle finger

Gestur yang satu ini paling sering dilakukan oleh para pesepak bola. Pemberitaan besar sempat terjadi saat Dele Alli melakukannya di laga Inggris vs Slovakia dalam kualifikasi Piala Dunia 2018. Sempat dikira menghina wasit Clement Turpin, Alli berdalih gestur itu diarahkan kerekannya, Kyle Walker.

Quenelle

Gestur yang lekat dengan simbol anti-semitisme ini dilakukan dengan meluruskan tangan kanan ke bawah dan tangan kiri menyentuh bahu kanan. Quenelle pernah dilakukan Nicolas Anelka sebagai selebrasi setelah mencetak gol ke gawang West Ham United pada Desember 2013. Walau beralasan tidak untuk menghina, ia tetap menerima hukuman 5 kali larangan bermain dan denda 80 ribu paun pada Februari 2014.

Slant-eye gesture

Gerakan menyipitkan mata dengan tangan. Bisa ditebak ini adalah gestur rasis pada orang Asia. Aksi ini sempat dilakukan oleh pemain timnas Kolombia, Edwin Cardona, saat menghadapi tuan rumah Korea Selatan dalam pertandingan persahabatan di bulan November 2017 lalu. Cardona pun figanjar hukuman 5 kali larangan bermain bersama timnas Kolombia.

Cocaine use simulation

Gestur ini dilakukan oleh Robbie Fowler, saat mencetak gol dalam pertandingan Merseyside Derby melawan Everton pada 3 April 1999. Setelah mencetak gol, ia melakukan selebrasi dengan berlari ke garis lapangan yang berwarna putih dan melakukan gerakan tangan seperti sedang menghirup kokain. Maksudnya sebagai balasan ke suporter The Toffees yang menuduhnya memakai obat-obatan terlarang. FA kemudian menghukumnya dengan 4 kali larangan bermain.

A mock flute

Gestur ini dilakukan gelandang legendaris Inggris, Paul ‘Gazza’ Gascoigne saat ia berseragam Glasgow Rangers. Dalam Old Firm Derby yang berlangsung di Celtic Park pada Januari 1998, Gazza yang merasa terhina oleh suporter Glasgow Celtic melakukan gestur memainkan alat musik flute di hadapan suporter The Bhoys. Gestur tersebut erat kaitannya dengan Orange Order, sebuah organisasi yang beraliran Protestan, dan Gazza dianggap menghina suporter Celtic yang secara tradisional erat dengan agama Katolik. Akibatnya, Gazza didenda 20 ribu paun oleh Rangers. Selain itu, ia juga menerima ancaman pembunuhan karena hal tersebut.

 

Author: Adhi Indra Prasetya (@aindraprasetya)
Penggemar Juventus yang merasa dirinya adalah Filippo Inzaghi saat bermain bola