Turun Minum Serba-Serbi

Ketika Sebuah Pertandingan Profesional Terhenti karena Azan

Tribes, masih ingatkah kalian dengan kenangan masa kecil dulu, saat bermain sepak bola bersama teman-teman di lapangan dekat rumah pada sore hari? Saat itu (mungkin anak-anak zaman sekarang pun masih begini), tak jarang kita menjadikan azan Naghrib sebagai ‘peluit panjang’ penanda berakhirnya pertandingan. Ketika azan berkumandang, secara perlahan kita mulai menyelesaikan pertandingan, seasyik apapun itu, untuk kemudian pulang ke rumah masing-masing.

Ternyata, hal ini juga terjadi di sepak bola tingkat profesional. Tapi tenang dulu, tidak ada peraturan resmi FIFA yang dilanggar kali ini. Azan yang berkumandang pun tidak digunakan sebagai tanda berakhirnya pertandingan, melainkan hanya sebagai jeda pertandingan saja. Mungkin kita bisa menyamakannya dengan water break yang terjadi dalam pertandingan-pertandingan tertentu.

Jeda istirahat yang disebabkan oleh azan ini terjadi pada babak 16 besar kejuaraan Piala Raja Saudi (setara Piala FA) antara tuan rumah Al-Fayha melawan Al-Fateh yang berlangsung pada 24 Januari lalu di King Salman Bin Abdulaziz Sport City Stadium.

Saat itu, Mark Clattenburg, wasit yang memimpin pertandingan tersebut, memutuskan untuk menghentikan pertandingan sejenak sesaat setelah terdengar suara azan berkumandang dari masjid yang berada tak jauh dari stadion. Pertandingan sedang memasuki menit ke-5 babak perpanjangan waktu dengan skor imbang 1-1 bagi kedua tim. Tiga menit berselang, setelah azan selesai dikumandangkan, wasit yang pernah memimpin partai final Piala Eropa 2016 tersebut kembali melanjutkan pertandingan.

Pertandingan itu sendiri dimenangkan oleh tuan rumah setelah bek tengah mereka, Sami Al Khaibari, berhasil mencetak gol di menit 118. Namun yang menjadi perhatian utama dalam pertandingan tersebut adalah keputusan Clattenburg yang memilih menghentikan pertandingan sejenak. Berita ini tersebar dengan cepat di dunia maya, dan banyak pihak yang memuji keputusan mantan wasit Liga Primer Inggris tersebut. Bahkan, jika kalian memperhatikan video dengan seksama, tepuk tangan pun diberikan para suporter yang berada di stadion kepada Clattenburg sebagai penghargaan atas keputusannya yang menghormati azan.

Memang, di negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam seperti Indonesia, kita biasa menemukan kegiatan-kegiatan yang dihentikan sejenak saat mendengar suara azan. Bahkan seringkali kita melihat rundown sebuah acara yang terdapat rehat di waktu-waktu tertentu, biasanya terkait jadwal salat. Namun rasanya kita tak pernah melihat sebelumnya ada pertandingan yang berhenti sejenak karena adanya suara aazan yang terdengar dari masjid di dekat stadion, termasuk di Indonesia.

Dalam Laws of The Game, memang tak ada peraturan yang menjelaskan secara tegas terkait hal ini. Namun wasit sebagai pemimpin sebuah pertandingan boleh saja menghentikan pertandingan sejenak dengan beberapa pertimbangan tertentu yang membuat ia merasa perlu melakukan hal tersebut.

Hal ini juga berlaku untuk aturan water break yang tak dijelaskan dalam Laws of The Game, atau mungkin ingin melakukan sebuah penghormatan, seperti yang terjadi di pada 25 Maret 2016 dalam pertandingan persahabatan antara Belanda melawan Prancis yang berlangsung di Amsterdam Arena. Kala itu, pertandingan berhenti selama semenit di menit ke-14 untuk menghormati Johan Cruyff, legenda sepakbola Belanda yang wafat sehari sebelumnya.

Terlepas dari hal tersebut, Clattenburg menunjukkan satu hal penting, yaitu rasa hormat pada sesuatu yang dianggap berarti bagi warga di mana ia tinggal, layaknya pepatah yang mengatakan dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Meskipun Clattenburg dikenal sebagai wasit yang sedikit kontroversial di masa lalu saat bertugas di Inggris dan Eropa, bolehlah kali ini kita memberikan pujian atas perbuatannya tersebut.

Author: Adhi Indra Prasetya (@aindraprasetya)
Penggemar Juventus yang merasa dirinya adalah Filippo Inzaghi saat bermain bola