Namanya langsung mencuat di musim pertamanya bermain di Liga Indonesia. Bersama Persela Lamongan, ia mencetak 41 gol dalam 66 pertandingan yang terbagi dalam dua musim. Márcio Souza namanya. Penyerang tajam yang lekat dengan beragam kontroversi sepanjang kariernya di Tanah Air.
Ketika berada di performa terbaiknya, Márcio adalah penyerang yang tiada henti meneror pertahanan lawan. Dari situasi apapun dia dapat mencetak gol, mulai dari tendangan sederhana, lesatan jarak jauh, sundulan, maupun eksekusi bola mati. Bahkan ia juga tak jarang mengirim asis bagi rekan-rekannya.
Sebuah paket lengkap dari seorang pemain. Beberapa kehebatan Márcio dapat Tribes saksikan lagi di video kompilasi aksinya ketika berseragam Persib Bandung.
Sangat menyenangkan bukan, melihat seorang pemain bisa mengacak-acak pertahanan lawan sesuka hatinya, dan mengkreasi gol maupun mencetaknya sendiri dari situasi yang tak terduga. Ditambah dengan gaya selebrasinya yang bervariasi, membuat aksi Márcio selalu dinanti tiap pekannya, bagi para pemirsa maupun rekan-rekannya sendiri.
Dari video tersebut juga terlihat ciri khas permainan Márcio. Ia sejatinya adalah penyerang tengah, tapi tak canggung ketika dimainkan melebar maupun lebih ke dalam. Bahkan ketika berada di koridor sayap itulah daya magis Márcio kerap terlihat. Umpan-umpan akurat yang tiba-tiba menembus barikade lini belakang lawan, atau aksi individu yang secara menakjubkan membawanya tiba di kotak penalti.
Itu belum ditambah dengan eksekusi tendangan bebasnya yang mematikan. Bahkan saking seringnya set-piece Márcio yang berujung gol, Arema FC sempat mengungkapkan bahwa mereka ingin memiliki lagi eksekutor bola mati yang andal seperti mantan pemainnya itu.
Berikut ini adalah video cuplikan laga Deltras Sidoarjo kontra Arema Indonesia di Indonesia Super League (ISL) 2013. Saat itu kedua kesebelasan imbang dengan skor 3-3, dan Márcio mencetak dua gol indah lewat sepakan tendangan bebas, dari keseluruhan tiga gol yang diukirnya sore itu.
Kontroversi
Meskipun lekat dengan kenangan manis, karier Márcio di Liga Indonesia juga tak lepas dari kontroversi. Ia termasuk pemain yang bertempramen tinggi, dan tak jarang terlibat friksi dengan kubu lawan.
Salah satunya adalah ketika memperkuat Deltras Sidoarjo, Márcio pernah dilaporkan oleh Panpel Persisam, Tomy Ermanto, ke pihak kepolisian atas tuduhan penganiayaan. Kejadian itu berawal dari Deltras yang memprotes gol Persisam di menit ke-85, saat Persisam menjamu Deltras pada tahun 2011 lalu, yang berujung pada kericuhan di bench pemain.
Akibat beragam tindakan tak terpujinya itu, Márcio sempat mendapat larangan bermain di tim-tim ISL pada tahun 2012. “Dari hasil pembahasan bersama antara PT. Liga dan klub-klub ISL, diputuskan Márcio Souza tak bisa bermain di semua klub ISL,” ujar CEO PT. Liga Indonesia saat itu, Joko Driyono.
“Dia tidak boleh bermain di ISL musim depan dengan baju klub apapun. Ia memiliki trek rekor yang buruk, kerap mencederai semangat sportivitas dan fair play dalam pertandingan,’ pungkasnya.
Selain itu, Márcio juga pernah diduga terlibat kasus pengaturan skor pada Oktober 2013. Saat itu ia bermain di Perseman Manokwari yang menjadi klub terakhirnya di Indonesia. Di laga kontra Persepar Palangka Raya, ia dituding telah menjual pertandingan senilai 50 juta rupiah agar laga tersebut dimenangkan Persepar. Márcio sendiri bermain sangat buruk saat itu dan Perseman kalah 2-4 di play-off Indonesia Premier League (IPL).
Akibatnya, setelah pertandingan, Márcio dikeroyok oleh tiga rekan setimnya saat itu, yakni Caitanus Ohoilulin, Valentino Telaubun, dan John Pattikawa. Ketika Perseman pulang dari stadion, Márcio juga terlihat tidak di satu bus dengan rekan-rekannya.
Kala itu, ada dugaan Márcio sengaja menerima suap karena sedang terlilit masalah finansial. Konon, gaji Márcio masih ditunggak manajemen Perseman senilai 800 juta rupiah, sehingga ia sampai harus menjual satu unit mobil untuk menyambung hidup. Márcio juga sempat melapor ke pihak kepolisian karena mendapat pesan singkat berisi ancaman pembunuhan yang menurutnya dikirim oleh manajer Perseman.
Pun ketika angkat kaki dari Indonesia, Márcio juga tak lepas dari kontroversi. Pada Juli 2016 lalu di Brasil. ia ditahan oleh kepolisian setempat karena menjadi tersangka dalam skandal pengaturan skor. Menurut laporan surat kabar Folha De S. Paulo, Márcio merupakan bagian dari sindikat pengaturan skor yang melibatkan pemain, pelatih, agen, hingga presiden klub.
Márcio ditangkap bersama enam orang lainnya, dalam operasi pimpinan Kelly Cristina Sacchetto yang dinamakan “Operation Game Over”. Kelompok Márcio diduga mengatur sejumlah pertandingan di Serie A2 dan A3 Brasil, serta melibatkan para penjudi di beberapa negara seperti Malaysia, Cina, dan Indonesia.
Sangat disayangkan memang, karier Márcio Souza yang bergelimang puja-puji di awal kedatangannya di Liga Indonesia, harus diakhiri dengan cerita kelam. Pun ketika menyeberang ke Malaysia untuk bergabung dengan Terengganu FA pada 2013, gelontoran golnya sangat minim sehingga tidak bertahan lama di klub itu.
Meski demikian, tak pantas rasanya jika kita mengenang Márcio Souza hanya dari sisi gelapnya saja. Ibarat dua sisi mata uang, setiap orang pasti juga memiliki sisi baik dan buruk, dan tak ada salahnya jika kita juga mengingat pemain kelahiran Rio de Janeiro ini dari aksi-aksi berkelasnya di atas lapangan, dan beragam selebrasinya yang kocak.
Salah satunya adalah selebrasinya yang menirukan gaya Tukul Arwana di program talkshow ‘Bukan Empat Mata’, saat mengucapkan kalimat “papa, mimi, sasa, pemirsa!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.