Berjalannya roda nasib memang tidak ada yang bisa memperkirakan. Tepat pada 1 Januari 2009, Lassana Diarra diperkenalkan sebagai pemain baru Real Madrid. Jelas langkah Los Galacticos saat itu betul-betul mengherankan. Maklum, Diarra sebelumnya bermain untuk Portsmouth yang tengah kesulitan di Liga Primer Inggris, bahkan memiliki kemungkinan besar akan terdegradasi ke divisi championship.
Ironisnya lagi, riwayat karier Diarra di klub-klub sebelumnya pun tidak terlalu mengesankan. Ia tidak banyak tampil untuk dua tim asal London, Chelsea dan Arsenal. Bahkan keukeuh-nya pelatih timnas Prancis saat itu, Raymond Domenech, yang kerap memanggil Diarra ke timnas, membuat tanda tanya semakin besar. Karena meskipun Claude Makelele memang sudah akan pensiun, rasanya masih banyak gelandang bertahan lain yang bisa dipanggil.
Kejutan kembali dibuat oleh Diarra yang saat ini sudah berusia 32 tahun. Ia yang sebelumnya memperkuat tim Uni Emirat Arab, Al Jazira, dipinang oleh Paris Saint-Germain (PSG). Sebuah langkah yang harus diakui sangat mengejutkan, terutama bagi klub kaya raya asal Prancis tersebut.
Kepindahan Diarra ke PSG semakin menambah kepindahan dan fenomena mengejutkan sepanjang kariernya. Mendarat di Real Madrid dan bertahan di sana selama tiga musim, bahkan sempat mengenakan nomor punggung 10, jelas merupakan sesuatu yang mengejutkan. Sama mengejutkannya ketika ia sudah melancong ke Rusia, kemudian mendapatkan tawaran kembali ke Prancis dan bermain untuk Marseille pada 2015-2017.
Bahkan harus diakui bahwa penampilan Diarra di klub yang khas dengan warna putih dan biru mudannya ini luar biasa. Ia yang berada di usia tiga puluh awal, masih tampil hebat, bahkan merepotkan barisan gelandang milik PSG yang saat itu tentunya lebih muda, dan memiliki predikat bintang. Permainan hebat yang kemudian membuatnya dipanggil ke timnas Prancis yang akan berlaga di Piala Eropa 2016. Sayangnya, ia kemudian mesti mundur dari tim karena masalah cedera. Tempatnya kemudian digantikan oleh Morgan Schneiderlin.
Bagi Lassana Diarra, tentu mendarat di PSG merupakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Ia belum pernah memperkuat tim tersebut meskipun faktanya ia lahir dan besar di Paris. Tentu ada kebahagiaan tersendiri untuk membela tim daru tanah kelahiran. Ditambah tentunya PSG memberikan gaji yang lumayan bagi Diarra yang saat ini sudah melewati usia 30 tahun.
Tetapi pertanyaan besar tentu hadir bagi PSG yang merekrut Diarra. Apa yang membuat mereka mendaratkan pemain yang sudah berusia 32 tahun, dan sepertinya sudah berada di senjakala kariernya?
Boleh jadi soal kemungkinan PSG melaju terus di Liga Champions. Ajang yang membuat seluruh elemen klub menyimpan rasa penasaran yang sangat besar karena mereka sudah sangat dominan di level domestik. Dengan bertarung di kompetisi antarklub Eropa, Unai Emery tentu membutuhkan banyak tenaga agar bisa mencapai level tertinggi.
Kedatangan Lassana Diarra adalah untuk menambah tenaga mengingat wakil kapten tim, Thiago Motta, sudah semakin uzur, dan Gregorz Krychowiak dipinjamkan ke West Bromwich Albion. Juga menambah sosok berpengalaman di tim mengingat para bintang muda PSG seperti Giovanni Lo Celso dan Adrien Rabiot belum banyak bertarung di level tertinggi. Keberadaan Diarra setidaknya membuat pelatih Unai Emery memiliki opsi ketika ia berhadapan dengan situasi yang sangat sulit.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia