Gelandang asal Mali, Makan Konate, jelas memberikan banyak kenangan manis untuk Persib Bandung. Selama keberadaanya dua tahun di Kota Bandung, Konate memberikan dua major trophies. Tentunya yang paling berkesan adalah ketika Konate berhasil membawa Persib memupus dahaga gelar juara yang terjadi hampir selama dua dekade. Pada tahun 2014 lalu, Konate berhasil membawa Maung Bandung menjadi kampiun kompetisi nasional yang kala itu masih bernama Liga Super Indonesia.
Bobotoh jelas tidak ada yang menyangka ketika kala itu Konate bisa memberikan kesan yang begitu mendalam. Maklum, saat itu Konate datang sebagai bagian karena mendaratkan Djibril Coulibaly. Juga karena penampilan Konate di musim sebelumnya bersama Barito Putera rasanya tidak terlalu mencolok. Tetapi, pertandingan pra-musim perdana tim Maung Bandung melawan kesebelasan asal Amerika Serikat, DC United, menjadi awal segalanya.
Konate mencetak gol pada pertandingan tersebut. Ia menunjukan sesuatu yang dicari selama ini. Sosok playmaker yang tidak saja andal mengatur permainan tetapi juga bisa tampil energik sepanjang pertandingan. Harus diakui bahwa Konate adalah nyawa tim di musim tersebut. Ia berhasil mengejawantahkan permainan yang diinginkan oleh pelatih Djadjang Nurdjaman, sekaligus menerjemahkan aliran bola serta alur serangan yang dibentuk oleh Firman Utina.
Setelah kesuksesan meraih gelar juara Liga Super 2014, Konate kemudian membawa Persib meraih gelar juara Piala Presiden tahun 2015, tepat ketika FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia. Di situasi tidak menentu tersebut, Konate tetap loyal dan memberikan yang terbaik. Hingga akhirnya situasi sulit tersebut membuat Konate mesti hengkang. Meskipun demikian, di pertandingan terakhirnya untuk Persib, ia tetap memberikan penampilan yang maksimal di babak penyisihan grup Piala Jenderal Sudirman.
Nama Makan Konate begitu berkesan bagi seluruh elemen klub Persib Bandung. Semua suporter begitu mencintainya. Tua, muda, generasi lama, generasi baru, bahkan semua golongan Bobotoh memiliki kesan begitu mendalam terkait sosok Konate. Kepergiannya begitu berat, dan kembalinya begitu dirindukan. Seperti yang diketahui pula, bahwa manajemen Persib sudah berupaya beberapa kali memulangkan Konate ke Bandung.
Takdir kemudian menggariskan lain. Alih-alih pulang ke Bandung seketika kembali ke Indonesia, Konate justru bergabung ke Sriwijaya FC. Mengikuti jejak mantan pelatih yang menanganinya ketika berlaga di Liga Super Malaysia untuk T-Team, Rahmad Darmawan. Konate akan datang ke Bandung bukan sebagai kawan tetapi sebagai lawan. Kesempatan pertama akan terjadi ketika kedua tim bentrok di partai pembuka Piala Presiden 2018 pada Selasa (16/01) nanti.
Kembalinya Konate ke Bandung jelas sesuatu yang menarik dinantikan. Di samping laga di antara kedua tim besar yang siap tampil lebih baik setelah pencapaian yang buruk di musim lalu, Konate tentu tidak bisa mengharapkan Bobotoh akan memberikan pujian dan sanjungan serupa ketika ia masih bermain untuk Persib.
Bobotoh sebagai suporter tentu akan melakukan banyak hal untuk menekan Konate sepanjang pertandingan. Yang pasti, ketika nama Makan Konate diumumkan oleh announcer, dan menggema di stadion Gelora Bandung Lautan Api Selasa nanti, seluruh stadion akan memberikan tepuk tangan yang meriah tanda mereka menyambut kembali datangnya pahlawan yang sempat memberikan kenangan manis di waktu lalu.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia