Alejandro Gomez datang ke Catania di tahun 2010. Bersama klub asal Sisilia itu, ia menjalani musim yang sukses bersama sederet pemain Argentina lainnya, selama tiga musim. Kegemilangan yang membuat Metalist Kharkiv tertarik, dan membawa Gomez berlabuh di Liga Ukraina.
Namun kariernya tidak bertahan lama di sana. Hanya semusim ia bermain untuk Metalist Kharkiv, lalu menerima pinangan Atalanta. Klub Serie A yang berlokasi tidak jauh dari Catania, klub pertamanya di Eropa.
Kini, sudah empat tahun lamanya Gomez berseragam biru ala La Dea. Suka dan duka telah ia lewati di Atalanta, yang menjadikannya sosok panutan di dalam maupun luar lapangan. Seorang kapten yang tidak hanya menjadi pemimpin, tapi juga teman yang baik.
Di awal kedatangannya di Atalanta, Gomez lebih berperan sebagai kreator serangan. Ia lebih sering bergerak ke dalam, untuk mengatur ritme permainan. Gol atau asis bukan target utamanya. Yang terpenting, bola berhasil dialirkan untuk menghidupkan serangan timnya, agar bisa memenangkan pertandingan.
Dari situlah Gomez meniti kesuksesannya di Atalanta, dan sejauh ini puncaknya adalah musim lalu. Bersama para pemain muda seperti Mattia Caldara, Andrea Conti, Franck Kessié, dan Roberto Gagliardini, La Dea dibawanya menjadi kuda hitam baru di Serie A. Di bawah arahan Gian Piero Gasperini, musim 2016/2017 dilalui Atalanta dengan finis di peringkat empat, berbekal 72 poin dari 38 laga.
Tapi permasalahan klub papan tengah seperti Atalanta dengan para pemain mudanya adalah persoalan klasik. Tidak ada ‘lem’ yang bisa merekatkan para pemain pilar lebih lama, usai satu musim yang sangat fantastis. Satu per satu lepas ke klub lain, mengejar gelar dan gaji yang lebih besar, namun itu tidak berlaku untuk Alejandro Gomez.
Membawa Atalanta lolos ke panggung Eropa untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir adalah prestasi sekaligus tanggung jawab baginya. Ia memiliki tugas yang belum terselesaikan, memimpin skuat anyar Atalanta untuk setidaknya menyamai prestasi musim lalu yang membanggakan. Gomez sendiri saat itu mengemas 16 gol dan 10 asis.
Oleh karena itu, pemain asal Argentina berusia 29 tahun ini telah menjadi ikon terkini Atalanta. Ia menjadi cult hero, sosok penting di Atalanta dengan ban kapten yang melilit di lengannya tiap pekan. Seorang pemain yang aksinya akan selalu dinanti di tiap laga.
Sepak bola sendiri merupakan cabang olahraga yang mengambil sudut pandang berbeda dari cabang olahraga lainnya untuk menggambarkan kehidupan seorang atlet. Alejandro Gomez salah satunya. Berwarna dasar loyalitas, disertai goresan tinta yang menunjukkan totalitas, menunjukkan kerja keras pemain berujul El Papu ini dalam menjalankan tugasnya.
Sejauh ini ia masih dapat membuktikannya di Atalanta. Peringkat 7 di klasemen sementara memang menjadi sedikit penurunan, tapi terbalas dengan menjadi pimpinan klasemen Grup E Liga Europa. Berdiri gagah di atas Lyon dan Everton.
Alejandro Gomez, sosok yang kharismatik itu tidak akan mudah dicari penggantinya. Ia memang berpostur pendek dan kecil, hanya 165 sentimeter, tapi ambisinya sangat tinggi. Seorang kapten yang membuat siapapun mudah jatuh hati kepadanya, berkat kepribadiannya yang santun, dan jiwa kepemimpinannya yang anggun.
Author: Matthew Santangelo (football-italia.net)
Penerjemah: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)