Bursa transfer selalu menyajikan kisah tersendiri. Tak hanya melulu tentang rekor-rekor harga yang menjulang tinggi atau tarik-ulur yang berlarut-larut, tapi juga beragam kontroversi yang muncul di baliknya. Tak terkecuali di Asia, di mana loyalitas pemain masih jamak ditemui.
Berikut ini adalah 10 transfer paling kontroversial dan penuh skandal di Asia, yang turut menyeret dua nama pemain asal Indonesia, seorang legenda Thailand, juga salah satu penyerang ikonik Vietnam.
Dejan Damjanovic (FC Seoul ke Suwon Bluewings)
Tahun 2018
Pemain asal Montenegro ini awalnya merupakan legiun asing favorit di FC Seoul, tapi segalanya berubah 180° tahun ini. Berawal dari kekecewaannya yang mulai jarang mendapat menit bermain, ia memutuskan pindah ke klub rival, Suwon Bluewings. Damjanovic bahkan rela gajinya berkurang 30 persen untuk memuluskan langkahnya.
Aliyuddin (Persija Jakarta ke Persib Bandung)
Tahun 2011
Salah satu anggota trio ABG (Aliyuddin-Bambang-Greg) di Persija ini sempat meroket di Liga Indonesia berkat kecepatannya. Ia pun tak butuh waktu lama untuk mendapat tempat di hati para Jakmania. Namun, di tahun 2011 , Aliyuddin secara mengejutkan menerima pinangan Persib, yang menjadi awal mula dari kemunduran kariernya.
Le Cong Vinh (Hanoi T&T ke Hanoi FC)
Tahun 2011
Di tahun yang sama dengan hengkangnya Aliyuddin, penyerang legendaris Vietnam, Le Cong Vinh, juga sempat membuat manuver mengejutkan saat pindah ke rival sekota. Kepindahannya bahkan menjadi salah satu transfer paling kontroversial sepanjang sejarah sepak bola Vietnam.
Kejadian bermula pada 19 September 2011, ketika Vinh menyatakan akan bertahan di Hanoi T&T, tapi tiga hari kemudian ia justru menyeberang ke Hanoi FC. Di tahun 2015, dalam sebuah wawancara di televisi lokal, Vinh mengungkapkan bahwa latar belakang kepindahannya ke Hanoi FC adalah karena Hanoi T&T memaksanya untuk memutuskan hubungan dengan Thuy Tien, penyanyi yang kemudian dinikahinya.
Salim Alaydrus (Persib Bandung ke Persija Jakarta)
Tahun 2009
Kembali ke Indonesia, dua tahun sebelum kasus Aliyuddin, Salim Alaydrus sudah lebih dulu melakukannya, tapi dari arah sebaliknya, Persib ke Persija. Salim yang hampir sepanjang kariernya sangat beraroma Persib saat itu membumbui saga transfer ini dengan mengunggah foto dengan suporter Persija, dan mengenakan kaus bertuliskan kalimat yang merendahkan Persib. Namun sama seperti Aliyuddin, karier Salim juga meredup setelah transfer kontroversial ini.
Seo Jung-won (Anyang Cheetahs & RC Strasbourg ke Suwon Bluewings)
Tahun 1999
Seo bermain untuk Anyang Cheetahs (kini FC Seoul) pada 1992 sampai 1997. Anyang saat itu sebenarnya enggan melepas Seo ke Prancis, tapi tak kuasa menahan keinginan sang pemain. Bahkan, Anyang rela membayarkan separuh dari nilai transfer Seo ke Strasbourg, tapi dengan perjanjian Seo akan kembali ke Anyang setelah petualangannya bersama Strasbourg usai.
Namun, setelah dua musim yang mengecewakan di Prancis, Seo justru mengingkari janjinya. Ia memang kembali ke K-League, tapi bergabung dengan Suwon Bluewings yang merupakan rival abadi Anyang Cheetahs. Para pendukung Anyang yang murka pun rama-ramai membakar jersey Seo dan menuntutnya untuk mengembalikan uang klub yang “dipinjamnya”.
Meski demikian, masa lalu hanyalah masa lalu. Waktu membuat segalanya mereda, termasuk luka lama. Hubungan Seo dan FC Seoul kini telah membaik, dan ia dipercaya sebagai pelatih kepala klub tersebut.
Azrif Nasrulhaq (Selangor FA ke Johor Darul Ta’zim)
Tahun 2016
Salah satu transfer penuh kontroversi di Liga Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Azrif yang merupakan ikon Selangor terus didekati oleh Johor Darul Ta’zim (JDT), tapi secara diam-diam. Pendekatan JDT kemudian terungkap pada Januari 2016, yang membuat mereka meminta maaf dan menyatakan sudah tidak tertarik dengan Azrif.
Namun ternyata kata-kata pihak JDT hanya bualan semata. Enam bulan setelah pernyataan tersebut, Azrif resmi berpindah ke JDT, dengan nominal transfer yang tak disebutkan.
Yoshito Okubo (Kawasaki Frontale ke FC Tokyo)
Tahun 2016
Pada 7 November, FC Tokyo mengumkan perekrutan Okubo, yang menjadi kado indah bagi para pendukungnya. Sebab, selain berhasil menghindari degradasi, Okubo merupakan top skor J.League dalam tiga musim beruntun.
Di akhir masa baktinya dengan Frontale, banyak yang meyakini Okubo sudah tidak bermain sepenuh hati. Ia terlihat tidak gembira saat membobol gawang FC Tokyo di perempat-final Emperor Cup, dan bermain sangat buruk saat kalah 0-1 di semifinal kontra Kashima Antlers.
Mehdi Hasheminasab (Persepolis ke Esteghlal)
Tahun 1999
Uang memang bukan segalanya, tapi hampir bisa membeli segalanya. Mehdi Hasheminasab, bek jangkung yang menjadi idola Persepolis berkat empat gol yang dicetaknya selama melakoni derbi Teheran, tak kuasa menolak tawaran gaji besar di Esteghlal, rival sekota Persepolis.
Di derbi Teheran pertamanya bersama Esteghlal, Hasheminasab bermain sebagai penyerang. Ketika banyak pemain merasa canggung saat melawan klub yang telah membesarkan namanya, ia justru biasa saja, bahkan terlihat menyembunyikan kegembiraannya saat mencetak gol kedua Esteghlal saat itu.
Suree Sukha (Chonburi ke Buriram United)
Tahun 2012
Selama 12 musim lamanya Suree Sukha menjadi ikon di Chonburi. Ia diidolai di level klub dan dipuja di tim nasional, tapi segalanya berubah sejak sang bek kanan menerima tawaran Buriram United. Awalnya tidak ada yang salah dengan transfer ini, tapi kengototan Suree untuk hengkang banyak menuai kritikan, karena ia sampai membolos latihan bersama Chonburi.
Akibatnya, reputasi Suree pun langsung menurun drastis. Ia juga mulai kehilangan tempat di timnas, meski bertabur gelar liga domestik bersama Buriram United. Hingga akhirnya, Suree hengkang dari Buriram dan berlabuh di Ubon UMT United, klub di divisi dua.
Manabu Saito (Yokohama F. Marinos ke Kawasaki Frontale)
Tahun 2018
Kepindahan pemain ke klub rival sudah bukan lagi hal yang tabu di sepak bola, tapi yang dilakukan Saito tidak hanya sekadar “menyeberang”. Ia pindah ke rival F. Marinos di derbi Kanagawa, yakni Kawasaki Frontale, hanya semusim setelah menjabat kapten kesebelasan, menggantikan Shunsuke Nakamura yang hijrah ke Jubilo Iwata.
Tak pelak pendukung F. Marinos melabeli pemain berusia 27 tahun ini sebagai pengkhianat, tapi tak sedikit pula yang menyalahkan manajemen F. Marinos, karena dengan mudahnya kehilangan dua pemain bintang secara gratis dalam dua musim beruntun.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.