Eropa Inggris

Gabriel Jesus, Leroy Sane, dan Ketegasan Manchester City di Tengah Saga Alexis Sanchez

Manchester City merespons dengan tegas setelah Arsenal tak mau menurunkan banderol Alexis Sanchez. Di tengah negosiasi yang alot, di tengah usaha Manchester United mencuri buruan dari bawah hidungnya, manajemen City tidak menunjukkan satu indikasi pun bahwa mereka “tertekan”. City justru tenang dan tengah mengamati perkembangan situasi,

Manajemen City sudah mengajukan tawaran resmi untuk memboyong Alexis di bulan Januari ini. Tawaran resmi pertama City adalah 18 juta paun saja. Lantaran terpaut sangat jauh dari banderol Arsenal, maka tawaran tersebut langsung ditolak mentah-mentah. The Gunners mematok banderol 30 juta paun bagi siapa saja yang tertarik merekrut Alexis.

Selain menolak tawaran dari City, Arsenal juga menentukan syarat apabila sebuah klub tertarik kepada Alexis. Syarat yang dimaksud adalah sebelum bersedia melepas Alexis, Arsenal harus mendapatkan pemain pengganti terlebih dahulu. Sebuah syarat tanpa tenggat waktu ini tentu bisa mengganggu niat klub memboyong pemain asal Cile tersebut.

Namun City tetap tenang. Hingga tulisan ini dibuat, manajemen City belum akan menaikkan tawaran. City sendiri menujukkan indikasi bahwa mereka tak punya masalah apabila harus menunggu kedatangan Alexis ketika kontraknya habis di bulan Juni 2018. Dengan begitu, The Citizens tak perlu mengeluarkan biaya transfer karena bisa memboyong Alexis dengan aturan Bosman ketika jendela transfer Januari ini ditutup.

Bahkan, City tetap tegas tak mau menaikkan tawaran ketika Manchester United datang dengan tawaran yang lebih seksi. United sudah menyiapkan paket penawaran yang melibatkan uang tunai, ditambah satu pemain sebagai pelicin. Nilai transfer yang disodorkan United adalah 25 juta paun, ditambah Henrikh Mkhitaryan.

Hanya terpaut tujuh juta paun, ditambah satu pemain yang cukup berkualitas, tentu saja, tawaran United jauh lebih menarik ketimbang proposal City. Bagaimana respons City? Manajemen City mempraktikan peribahasa “Diam itu emas”. Mengapa City bisa begitu tenang dan enggan menaikkan tawaran untuk Alexis?

 

Gabriel Jesus

Kabar baik terkait Gabriel Jesus

Rumor pembelian Alexis oleh City semakin intensif ketika Gabriel Jesus cedera. Penyerang asal Brasil itu diperkirakan akan absen, setidaknya sampai bulan Mei mendatang. Secara logika, City hanya punya Sergio Aguero sebagai penyerang dan membeli pemain sebagai usaha paling sederhana menjaga kedalaman sangat masuk akal.

Melihat performa sebelum Gabriel Jesus cedera, City nampak tak membutuhkan tenaga Alexis. Oleh sebab itu, sepanjang separuh musim, narasi yang masih terjaga adalah City akan kembali berusaha melakukan pendekatan di musim panas ketika kontrak Alexis bersama Arsenal sudah kedaluwarsa. Namun, cedera mengubah narasi itu.

Nah, bagaimana jika Gabriel Jesus sembuh lebih cepat?

Minggu lalu, tepatnya hari Kamis (11/1), Gabriel Jesus kembali bertemu dengan dr. Ramon Cugat, spesialis ortopedi di Barcelona. Dari hasil pertemuan tersebut, Gabriel Jesus sudah diizinkan tidak memakai tongkat untuk berjalan. Memang, hingga saat ini belum ada konfirmasi dari klub terkait perkembangan kesehatan Gabriel Jesus. Namun, dengan tak lagi mengenakan tongkat untuk berjalan, kesembuhan Gabriel Jesus bisa lebih cepat.

Jika sembuh di pertengahan Februari, setidaknya, Gabriel Jesus hanya akan absen di satu laga babak 16 besar Liga Champions. Dengan rotasi yang tepat dan manajemen menit bermain pemain yang ideal, Pep Guardiola bisa membantu Sergio Aguero bermain lebih segar di 16 besar Liga Champions. Betul, rotasi akan memegang peranan penting dalam usaha menekan pengeluaran.

keputusan City untuk mendatangkan Sane

Keberadaan Leroy Sane

Rotasi bisa dilakukan Guardiola dengan cara mengubah posisi pemain. Misalnya, memainkan Leroy Sane sebagai penyerang tengah. Tentu, meski bermain sebagai “ujung tombak”, Sane tidak berperan seperti penyerang murni. Ia akan banyak bergerak ke sisi lapangan atau turun ke tengah untuk membuka ruang. Dan untuk urusan ekspoitasi ruang, dengan berbagai jenis peran pemain, Guardiola adalah salah satu yang terbaik.

Dari sisi kemampuan individu, Sane punya setidaknya tiga kemampuan yang mendukung. Pertama, pemain asal Jerman itu punya teknik menembak bola yang baik, dengan berbagai sudut tembakan. Teknik ini didukung akurasi yang juga sama baiknya.

Kedua, teknik olah bola. Dengan teknik ini, Sane tak hanya finisher yang baik. Ia mampu menjaga bola di depan kotak penalti, atau bermain satu-dua sentuhan dengan rekannya. Ketiga, mampu membaca dan memanfaatkan ruang sempit di dalam kotak penalti.

https://www.youtube.com/watch?v=d65HqtrOkPY

Meski bukan penyerang, tiga teknik dasar tersebut sudah mencukupi untuk membantu Sane menggantikan Aguero yang beberapa kali harus diistirahatkan.

Ketika Sane bisa ditransformasikan menjadi penyerang, maka banyak pilihan yang terbuka untuk City. Misalnya, memberi Bernardo Silva menit bermain yang lebih banyak untuk menempati posisi Sane di sebelah kiri. Kedua, jika memang Guardiola berani, memberikan pengalaman ke beberapa pemain muda City seperti Phil Folden.

Guardiola bukan pelatih yang kaku, di mana pemain A harus bermain di posisi A. Contoh paling terang adalah ketika Guardiola menjadikan Fabian Delph, dari gelandang yang akan terbuang, menjadi salah satu bek kiri terbaik di liga saat ini. Atau, keberhasilan Guardiola mengasah ketajaman Raheem Sterling, dari seorang pemain sayap, menjadi finisher yang efektif.

Banyak cara dan pilihan bagi City untuk tetap kompetitif tanpa membeli Alexis. Jangan salah, uang sebesar 30 juta paun bukan nilai yang besar untuk City. Membelanjakaan uang memang mudah. Namun, membelanjakannya secara bijak, adalah perkara yang berbeda.

Ketika nanti Alexis tetap memilih City, banyak orang akan dengan mudah memakluminya. Namun ketika Alexis batal bergabung, setidaknya, tulisan ini memberi satu sudut pandang bagi pendukung City di seluruh dunia. Jadilah seperti City: tetap tenang dan tegas dengan terukur di tengah tekanan. Calon menantu yang baik, bukan?

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen