Eropa Prancis

Kylian Mbappé dan Ujung Jari yang Menyentuh Trofi

Seseorang yang ditakdirkan memiliki nama besar biasanya lahir dari peristiwa yang besar. Kylian Sanmi Mbappé Lottin salah satunya. Lahir lima bulan setelah Prancis merengkuh trofi Piala Dunia dan Indonesia memasuki masa Reformasi, pemuda yang pada hari ini berulang tahun ke-19 tersebut kini tengah meniti jalan menuju salah satu lirik theme song Akademi Fantasi Indosiar (AFI).

Menuju puncak, gemilang cahaya, mengukir citra, seindah asa. Menuju puncak, impian di hati, bersatu janji, kawan sejati.

Ramalan yang menjadi kenyataan

Kehidupan di dunia nyata kadang mirip dengan alur cerita film-film bioskop, tak terkecuali di sepak bola. Suatu ketika ada seorang pemain yang sangat hebat, dan ketika ia pensiun, masyarakat langsung sibuk mencari siapa penggantinya. Beragam prediksi dan ramalan muncul bahwa suatu hari akan ada pemain A, B, atau C yang akan menggantikannya.

Memang, yang namanya ramalan hanya sekadar tebakan, tapi tidak menutup peluang kalau bisa menjadi kenyataan. Mbappé salah satu contohnya.

Ketika Thierry Henry memasuki masa senja kariernya, publik Prancis langsung khawatir kalau mereka akan kehilangan sosok juru gedor andal di tim nasional. Nama-nama di akademi klub pun mulai diapungkan, seperti Anthony Martial. Namun, justru Mbappé yang kini paling mendekati ramalan tersebut.

Di usia 16 tahun 347 hari ia memecahkan rekor berusia 21 tahun milik Henry sebagai pemain termuda yang melakoni debut di AS Monaco. Di usia 17 tahun 62 hari, ia lagi-lagi merubuhkan rekor Henry sebagai pencetak gol termuda di Monaco. Lalu pada akhir tahun lalu ia mencetak hattrick di Coupe de la Ligue, torehan yang terakhir kali dibukukan oleh pemain Monaco, Sonny Anderson, pada 1997.

Puncaknya (sejauh ini), ketika Mbappé dipinang Paris Saint-Germain (PSG) dengan status pinjaman di awal musim ini, dan pada musim depan akan dibeli permanen seharga 180 juta euro.

Tribes bisa bayangkan? Seorang pemain yang belum genap berusia 20 tahun sudah memiliki nilai jual yang setinggi itu! Di saat segelintir remaja-remaja tanggung di sini masih sibuk mencari warnet untuk berbuat mesum dan perang komentar di media sosial, Mbappé sudah merintis jalan untuk menaklukkan dunia.

Entah apa yang dirasakan Leonardo Jardim ketika ia menemukan bakat besar Mbappé. Di usia yang masih sangat belia, Mbappé sudah memiliki bangunan tubuh yang kokoh, kakinya sangat lincah, dan memiliki close control (kemampuan mempertahankan bola saat berlari) yang sangat baik.

Musim lalu di Monaco ia mencetak 26 gol dan 14 asis dari 44 penampilan di seluruh ajang, dan sejauh ini di PSG sudah mengukir 11 gol dan 9 asis dari 22 laga di semua kompetisi. Muda, beda, dan berbahaya. Seperti lirik salah satu lagu grup milik Superman is Dead.

Trofi di ujung jari

Berbekal segala kemampuannya itu, Mbappé langsung meraih predikat sebagai penyerang masa depan Prancis, The Next Thierry Henry, dan segala macam julukan lainnya yang pernah tersemat dalam diri Martial. Menariknya, Mbappé terkesan biasa saja dengan segudang “gelarnya” itu.

Bukan dalam artian sombong, tetapi tetap tenang dan rendah hati, walau namanya sudah terkenal di seluruh dunia dan diyakini tak lama lagi akan masuk dalam nominasi pemain terbaik dunia atau Eropa. Bahkan ketika di Monaco, ia masih diantar-jemput oleh ibunya saat latihan.

Sikap apa-adanya itulah yang membuat publik sepak bola dunia semakin menyukai dirinya. Di antara Martial yang kerap terlibat permasalahan rumah tangga, Mbappé masih bertahan di jalannya sebagai calon pemain terbaik dunia.

Di usia yang baru menginjak 19 tahun pada hari ini, memang belum banyak trofi yang diraihnya. Namun, keberhasilan membawa Monaco menjadi kampiun Ligue 1 dan menembus semifinal Liga Champions musim lalu adalah awalan yang sangat bagus untuk meraih trofi-trofi selanjutnya.

Apapun itu. Entah Ligue 1 lagi, Liga Champions, ataupun Piala Dunia, ujung jari Mbappé sudah menyentuhnya. Tinggal ditunggu saja, apakah ia berhasil menggenggamnya.

Joyeux anniversaire, Kylian!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.