Selama ini banyak pesepak bola yang memilih beralih ke olahraga lain selepas menutup karier mereka di lapangan hijau. Namun, hanya ada satu pemain, Tim Wiese, mantan penjaga gawang, yang saat ini berkarier sebagai seorang pegulat professional.
Ketika masih aktif bermain untuk beberapa klub Bundesliga dan tim nasional Jerman, berat badan Wiese hanya sekitar 90 kilogram. Setelah resmi gantung sarung tangan dan sepatu, bobotnya meningkat drastis hingga 132 kilogram. Ia harus memasukkan sekitar enam sampai tujuh ribu kalori per hari untuk membentuk otot demi mencapai mimpi menjadi pegulat di World Wrestling Entertainment (WWE).
Apa sebenarnya yang terjadi dengan Wiese? Sebelum menjadi sosok berotot seperti raksasa di film Hulk, ia dikenal sebagai salah satu penjaga gawang terbaik di Jerman. Wiese mencatat debutnya untuk tim Panser Jerman ketika melawan Inggris pada bulan November 2008, saat ia masuk sebagai pengganti René Adler di awal babak kedua. Pada pertandingan persahabatan penuh gengsi yang berlangsung di Olympiastadion Berlin itu, Jerman menyerah 1-2. Di situ saat-saat sulit Wiese dimulai.
Kiper yang memulai karier di Bayer Leverkusen lalu angkat nama di Fortuna Koeln dan Kaiserslautern ini mendapati dirinya tak lagi tertarik dengan sepak bola pada usia 32 tahun. Padahal, ia terbilang cukup sukses ketika tujuh tahun memperkuat Werder Bremen, dengan satu trofi DFB-Pokal (Piala Jerman) di daftar prestasinya. Wiese juga tampil dalam 269 penampilan Bundesliga dan menjadi anggota skuat untuk Jerman di Piala Dunia 2010.
Namun pada pelaksanaan Piala Dunia di Afrika Selatan tersebut, ia menjadi satu-satunya pemain yang tidak pernah merasakan menit bermain, meskipun sebagai pemain cadangan. Ketika Jerman berlaga di pertandingan terakhir yang kurang bergengsi, yaitu perebutan juara tiga, Wiese pun tak kunjung memperoleh kesempatan karena kiper veteran Hans-Jörg Butt yang tampil menggantikan Manuel Neuer.
Karier klub terakhirnya di Bundesliga, yaitu bersama TSG Hoffenheim, berakhir jadi mimpi buruk. Ia terus-menerus dicemooh pendukung Hoffenheim karena melakukan blunder di beberapa pertandingan. Maka, ia memutus kontraknya dengan klub tersebut pada bulan Januari 2014. Wiese pun memutuskan untuk mundur total dari lapangan hijau pada usia 32 tahun, usia yang sebenarnya masih merupakan usia emas bagi seorang penjaga gawang.
Tanpa diduga, ketertarikan pria kelahiran 17 Desember 1981 ini terhadap dunia gulat profesional memberinya karier baru. Pada bulan September 2014, Wiese mengklaim bahwa WWE menawarinya untuk bergabung dengan salah satu divisi kompetisi mereka. Ia kemudian tampil sebagai pencatat waktu undangan di salah satu acara WWE yang berlangsung di Frankfurt. Pada bulan Juni 2016, pegulat legendaris Amerika Serikat, Triple H, mengundangnya untuk berlatih di WWE Performance Center di Florida.
Selama dua tahun, Wiese berlatih membentuk otot dan mengurus administrasi lisensinya di WWE. Akhirnya, kesempatan untuk tampil di ring WWE diperolehnya pada bulan November 2016. Ia berlaga dalam acara WWE di München dan bergabung dengan dua pegulat senior, Sheamus dan Cesaro, untuk mengalahkan duet The Shining Stars dan Bo Dallas.
Sejak saat itu, Wiese seolah menjadi pribadi yang berbeda dan ia pun dikenal dengan nama panggung lumayan sangar, ‘The Machine’. Sensasi debut The Machine menjadi pemberitaan heboh pada akhir 2016 lalu, melebihi kabar ketika Wayne Rooney menampar pegulat King Barrett pada tahun 2015 lalu.
Bukan rahasia lagi bahwa pertunjukan WWE terlebih dahulu diatur dengan alur drama yang sudah settingan dan perkelahiannya disusun oleh koreografer. Meski demikian, dunia ini rupanya menjadi ajang aktualisasi diri bagi Wiese ‘The Machine’.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.