Eropa Jerman

Mats Hummels, Si Anak Buangan Bayern München yang Kini Menjadi Andalan

Apabila kita membicarakan tentang siapa-siapa saja bek tengah terbaik di dunia saat ini, nama Mats Hummels wajib hukumnya untuk masuk ke dalam pembicaraan. Bek tengah kebanggaan timnas Jerman ini adalah salah satu yang terbaik di dunia saat ini. Namanya tentu pantas untuk disejajarkan dengan rekan setimnya di Bayern München, Jerome Boateng, dan duo Spanyol, Sergio Ramos dan Gerard Pique.

Kini, ia memang menjadi bagian integral dari skuat München, namun di awal karier sepak bolanya, namun tahukah Tribes bahwa klub yang ia bela saat ini tersebut sempat tak menginginkannya? Ya, Hummels adalah anak buangan Bayern München yang akhirnya kembali pulang dan menjadi andalan.

Ketika masih kanak-kanak, pemain yang lahir di tahun 1988 ini tergabung bersama akademi sepak bola Bayern München. Ia benar-benar belajar dan meniti karier sebagai pesepak bola di klub sepak bola terkuat di Bavaria tersebut. Akhirnya, di tahun 2006, ia berhasil menembus tim B München, dan di tahun 2007, ia mencatatkan debutnya bersama Die Roten  dalam laga akhir Bundesliga musim 2006/2007 melawan FC Mainz 05.

Namun, di bursa transfer Januari musim 2007/2008, bek tampan yang satu ini dipinjamkan ke rival berat München di Bundesliga, Borussia Dortmund, karena tak ada tempat baginya di skuat München yang memang diisi oleh pemain bertahan top seperti Lucio dan Martin Demichelis. Ia langsung tampil gemilang bersama klub barunya, dan dipermanenkan di tahun berikutnya dengan mahar sebesar 4,3 juta euro saja.

Bersama Dortmund, Hummels menjelma menjadi bek yang luar biasa tangguh. Tak hanya kemampuannya sebagai pesepak bola yang berkembang, namun mentalnya juga ikut terasah, terutama kepemimpinannya. Ia berhasil mematahkan dominasi mantan klubnya dengan membawa Die Borussen menjadi jawara Bundesliga di musim 2010/2011, musim ketiganya bersama Dortmund. Ia membentuk kombinasi yang sempurna bersama bek asal Serbia, Neven Subotic di musim tersebut.

Musim berikutnya berjalan lebih gemilang. Di bawah asuhan Jürgen Klopp, Hummels semakin berkembang, dan di usianya yang masih 23 tahun, ia mampu masuk ke dalam jajaran bek terbaik dunia. Ini dibuktikan dari kontribusinya dalam membantu Dortmund meraih gelar ganda di kompetisi lokal. Hummels berhasil mencetak gol di final DFB-Pokal melawan München, dan kontribusi defensifnya berhasl mengunci gelar Bundesliga berturut-turut bagi Die Borussen.

Prestasi Hummels bersama Dortmund tak sampai di situ. Di musim 2012/2013, ia berhasil membawa klubnya ke final Liga Champions setelah absen ke final selama 16 tahun. Sayangnya, München melalui Arjen Robben merusak pesta mereka. Di awal musim 2014/2015, selepas membawa Der Panzer Jerman menjadi juara Piala Dunia, Hummels didapuk menjadi kapten tim, menggantikan Sebastian Kehl yang mulai uzur.

Ia langsung mempersembahkan trofi Piala Super Jerman setelah penobatannya sebagai kapten. Sayangnya, trofi tersebut menjadi persembahan pertama sekaligus terakhir Hummels sebagai kapten tim. Di musim berikutnya, Hummels memutuskan bahwa ia ingin mengakhiri petualangannya bersama Der BVB.

Hingga akhirnya, secara kontroversial, ia menyusul jejak Mario Gotze dan Robert Lewandowski dengan pindah ke München. Tentunya, kepindahannya tak disenangi oleh pendukung Dortmund, namun pada dasarnya, Hummels hanya kembali ke klub tempat ia belajar, sekaligus mempertegas ambisinya untuk bermain bagi klub terkuat di Jerman.

Kini, ia menjalani musim yang nyaman di Bundesliga bersama klub masa kecilnya tersebut. Pemain yang memiliki wajah mirip dengan bek timnas Meksiko, Oswaldo Alanis ini, sudah menjuarai gelar liga dan Piala Super Jerman di musim pertamanya. Ia juga menunjukkan permainan yang semakin matang, mengingat usianya semakin mendekati kepala tiga.

Ia masih dikenal sebagai salah satu ball-playing defender, bek tengah yang mahir memainkan bola dan melepaskan operan jauh, terbaik di dunia. Ia juga tak kehilangan kecepatannya dalam melakukan marking, dan kecerdasannya dalam membaca permainan lawan. Kedatangan bek yang lebih muda seperti Niklas Süle tentu memacunya untuk tetap pada performa primanya, dan penampilannya sepertinya tak akan meredup dalam waktu dekat.

Hummels mungkin dicap sebagai pengkhianat oleh pendukung Dortmund, namun rumah tempat kita beranjak besar memang tak dapat dilupakan begitu saja, terlebih jika rumah itu adalah tempat yang lebih baik ketimbang tempat kita berpijak sekarang. München mungkin memang pernah membuangnya, namun kini Hummels kembali, Hummels yang lebih dewasa dan lebih matang, Hummels yang sudah menjadi salah satu bek terbaik di dunia.

Happy birthday, Mats!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket