Nasional Bola

Mengenang Mendiang Miroslav Janů, Pelatih dari Republik Ceko yang Menambatkan Hatinya di Indonesia

Sepak bola Indonesia pernah memiliki pelatih bertangan dingin asal Republik Ceko, Miroslav Janů. Mari kita bernostalgia sedikit dengan mengenang kembali karier pria yang meninggal dunia pada awal 2013 ini.

Besar kemungkinan Miroslav Janů mulai familiar dengan sepak bola Asia Tenggara ketika memperkuat Sabah FA semasa bermain dulu. Ia memperkuat Sabah pada usia awal 30-an selama dua tahun. Tiga belas tahun kemudian, ia kembali ke Asia Tenggara, kali ini di Indonesia.

Pada tahun pertamanya di Indonesia, Janů menangani klub Divisi Satu (kasta kedua) Persigo Gorontalo pada tahun 2003. Nasib membawanya ke kota terbesar pulau Sulawesi, yaitu Makassar. Pada musim berikutnya, ia dikontrak untuk menjabat kursi pelatih kepala PSM Makassar.

Di PSM, pria kelahiran 8 November 1959 ini dipercaya penuh memimpin skuat bertabur bintang di bawah kepemimpinan manajer Erwin Aksa. Mengandalkan duo penyerang eksplosif, Oscar Aravena dan Cristian Gonzales, Janů tetap gagal membawa PSM juara akibat kalah bersaing dari Persik Kediri pada Liga Indonesia 2003.

Baca juga: Terbang Tenggelam Karier Oscar Aravena, Penyerang Tajam Juku Eja

Semusim kemudian, ia kembali memimpin perburuan gelar Divisi Utama Liga Indonesia bersama Syamsul Haeruddin dan kawan-kawan. Namun, lagi-lagi PSM mengalami nasib tragis dengan gagal keluar sebagai juara di pertandingan terakhir. Gelar juara melayang ke kota Surabaya dengan Persebaya sebagai kampiun.

Usai menangani PSM, Janů sempat kembali ke negaranya, Republik Ceko. Di sana, ia menjadi asisten Karel Jarolim, pelatih Slavia Praha. Setelah mengabdi setahun di klub almamaternya tersebut, pria kelahiran Praha ini ternyata masih merindukan Indonesia. Alhasil, ia kembali ke Indonesia untuk menangani Arema Malang di musim kompetisi 2007.

Namun, Janů meninggalkan Arema di tengah jalan karena menerima tawaran untuk menangani skuat junior Slavia. Ia akhirnya pulang lagi ke Ceko guna mengembangkan pemain-pemain muda klub tersebut. Janů baru kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan unfinished business-nya bersama Arema Indonesia pada musim kompetisi 2010/2011.

Malang ternyata menjadi rumah kedua bagi sang pelatih. Seperti ketika bersama PSM, ia dua kali memimpin tim Singo Edan dalam mengarungi Liga Champion Asia. Meski demikian, Janů ternyata belum berjodoh dengan gelar juara Liga Indonesia. Prestasi terbaiknya lagi-lagi hanya sebatas runner-up. Bersama Arema, ia kembali finis di posisi dua Indonesia Super League (ISL) 2010/2011 setelah kalah bersaing dari Persipura Jayapura.

Semusim kemudian, Janů hijrah ke Persela Lamongan. Di klub tersebut, ia mencetak sejarah baru. Laskar Joko Tingkir dibawanya finis di posisi empat klasemen akhir ISL 2011/2012, yang menjadi prestasi terbaik Persela sepanjang sejarah mereka di kancah sepak bola nasional.

Sayang, kebersamaan itu lagi-lagi berlangsung singkat. Pada awal musim ISL 2012/2013, Janů menyeberang ke kota Surabaya untuk menangani versi lain klub kota tersebut, yaitu ‘Persebaya Divisi Utama’. Klub tersebut menjadi tim terakhir yang dilatihnya sebelum mengembuskan napas terakhir, yaitu pada 24 Januari 2013 di kota Surabaya. Janů meninggal dunia pada usia 53 tahun akibat serangan jantung.

Meski tak pernah meraih gelar juara, Miroslav Janů adalah pelatih yang akan selalu dikenang publik kota Makassar, Malang dan Lamongan. Semoga dirimu tenang di sana, Coach!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.